Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Ekonomi AS Mulai Pulih, Ada Arus Modal Keluar dari RI

Fetry Wuryasti
18/8/2021 19:33
Ekonomi AS Mulai Pulih, Ada Arus Modal Keluar dari RI
Bendera AS berkibar di Capitol Building yang berlokasi di wilayah Washington, DC.(AFP)

SETELAH mengalami aliran modal masuk akibat rilis data PDB kuartal II 2021, terjadi sedikit aliran modal keluar dari US$7,81 juta menjadi US$7,62 juta pada minggu kedua Agustus 2021.

Kondisi itu disebabkan investor asing yang memindahkan aset dari pasar negara berkembang. "Penyebabnya, laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) pada Juli 2021 yang menunjukkan penurunan tajam pada tingkat pengangguran menjadi 5,4%," ujar ekonom dari LPEM FEB UI Teuku Riefky, Rabu (18/8).

"Sehingga, ini menyebabkan imbal hasil obligasi AS meningkat dan mengubah sentimen pasar. Serta, ekspektasi bahwa The Fed akan mengumumkan tapering-off. Setidaknya, pada pertemuan September," imbuhnya.

Baca juga: Kinerja Impor Indonesia Turun 12,22% pada Juli 2021

Lalu, ada indikasi bahwa arus modal keluar akan terus berlanjut, jika ketidakpastian domestik masih tinggi. Mulai dari implementasi kebijakan PPKM, hingga jumlah kasus covid-19. 

Arus modal keluar yang berlangsung akhir-akhir ini telah meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dan 1 tahun menjadi masing-masing 6,4% dan 3,9%. Itu dibandingkan dengan masing-masing 6,3% dan 3,0% pada minggu sebelumnya.

Demikian pula dampak dari arus balik portofolio, yang membawa rupiah kembali terdepresiasi pada level Rp14.380 per US$. Rupiah diketahui mengalami depresiasi sebesar 2,29% (ytd) terhadap dolar AS. 

Baca juga: Defisit Anggaran pada 2022 Lebih Kecil dari Tahun Ini

Namun, rupiah masih melampaui kinerja ringgit Malaysia dan baht Thailand, dengan depresiasi year-to-date yang lebih rendah. Cadangan devisa sedikit meningkat jadi US$137,3 miliar pada Juli 2021, dari bulan sebelumnya US$137,1 miliar. Itu dipengaruhi penerbitan obligasi pemerintah, serta penerimaan pajak dan jasa.

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari perkiraan kuartal II 2021, namun laju pemulihan masih terbatas. Sebab, adanya varian Delta yang memiliki tingkat transmisi tinggi, sehingga mendorong pemerintah menerapkan pembatasan mobilitas warga.

"Di tengah ketidakpastian yang tinggi, kami melihat Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya di 3,50%, dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar dan sektor keuangan," pungkas Riefky.(OL-11)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik