Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Naiknya Impor Barang Modal Jadi Harapan Meningkatnya Produktivitas

Fetry Wuryasti
16/3/2021 10:04
Naiknya Impor Barang Modal Jadi Harapan Meningkatnya Produktivitas
Suasana di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.(ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

NERACA perdagangan tercatat surplus US$ 2,01 miliar pada Februari, lebih tinggi dari bulan Januari yang sebesar US$ 1,96 miliar. Impor mengalami kenaikkan tercatat sebesar US$ 13.26 miliar atau naik 14,86%. Impor sepanjang Februari didominasi oleh barang modal yang naik 9,08% MoM dan 17,68% YoY. Impor bahan baku turun 0,5% MoM menjadi US$9,89 miliar, namun realisasi ini tumbuh 11,53% YoY.

"Impor barang konsumsi turun 13,78% dipicu oleh penurunan sejumlah vaksin dan bawang putih. Naiknya impor dari barang modal menjadi harapan terkait meningkatnya produktivitas dari industri dalam negeri," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (16/3).

Sedangkan ekspor mengalami kenaikan menjadi US$15,27 miliar atau naik 8,56% lebih tinggi dari Februari 2020 yang sebesar US$ 14,06 miliar. Namun jika mengacu pada data historis, kenaikan angka ekspor bulan Februari lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,19%. Hal tersebut seiringan dengan adanya penurunan ekspor migas sebesar 2,63%.

Dilihat dari sisi sektornya, ekspor bulan Februari didominasi oleh industri pengolahan yang tumbuh 1,38% MoM, didorong besi baja, kendaraan motor, logam dasar mulia dan kimia dasar organik dari hasil pertanian. 

Secara tahunan, industri pengolahan juga tumbuh 9% YoY, didorong oleh besi baja dan kimia dasar organik serta peralatan listrik. Berdasarkan data dari BPS terdapat penurunan ekspor ke Tiongkok pada bulan Februari 2021 sebesar US$ 96,2 juta.

Penurunan tersebut seiringan dengan penurunan dari harga komoditas seperti minyak dan lemak hewan nabati yang dalam akumulasi satu bulan turun 40,99%, sedangkan pulp turun 21,55%.

Meski mengalami penurunan, pangsa ekspor nonmigas Indonesia masih belum banyak berubah. Posisi pertama tetap ditempati oleh Tiongkok dengan pangsa mencapai 20,50% dengan nilai ekspor sebesar US$2,95 miliar. Di sisi lain, impor Indonesia dari Tiongkok  juga mengalami penurunan sebesar US$215,9 juta.

baca juga: Produk Mamin RI Sukses Raup Rp173 M di Pameran Jepang

BPS mencatat, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dnegan Tiongkok, yaitu mencapai US$968,5 juta. Di samping Tiongkok, penurunan ekspor yang paling dalam adalah ke negara tujuan India, yang mencapai US$178 juta. Selanjutnya, penurunan disusul oleh ke negara tujuan Spanyol US$75,5 juta, Myanmar US$52,8 juta, dan Singapura -49,7 juta. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik