JARINGAN hotel Accor Group menyatakan, perhatian terbesar selama setahun ini ialah kekhawatiran para pengunjung terkait keamanan soal penularan covid-19.
Senior Vice President Operations and Government Relations, Accor Indonesia & Malaysia Adi Satria menuturkan, pihaknya berupaya bertahan dengan menerapkan ALLSAFE, sebagai sertifikasi standar kebersihan dan persyaratan higienis hotel untuk memberikan jaminan kepada para pengunjung.
Jaringan hotel itu sendiri menaungi Raffles, Swissotel, Pullman, Novotel yang tersebar di Jakarta, Bali, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan lainnya.
"Implementasi ALLSAFE di hotel kami selaras dengan panduan yang diberikan oleh pemerintah seperti sertfikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability)," ungkap Adi dalam keterangannya kepada Media Indonesia.
Selain itu, Adi mengatakan, pihaknya juga berusaha menyelematkan nasib karyawan mereka di tengah ganasnya pandemi. Pada April 2020, jaringan hotel internasional asal Perancis itu dilaporkan membeikan dukungan dana kepada karyawan yang paling rentan terdampak covid-19 sebesar 70 juta euro atau sekitar Rp1,1 triliun.
"Di Indonesia, Accor telah mendukung lebih dari 12.000 staf atau sekitar 88% dari total staf. Kami akan terus memberikan bantuan hingga tahun ini, karena kami menyadari dampaknya masih berlangsung," jelas Adi.
Di satu sisi, Adi menegaskan, Accor Group optimis kegiatan pariwisata akan bangkit di tahun ini. Menurutnya, pemulihan tersebut ditentukan oleh kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Dia berpendapat, jika pasar domestik berkinerja baik dan program vaksinasi covid-19 berjalan lancar, maka industri hotel di Tanah Air pun diprediksi menggeliat kembali.
"Minat wisatawan domestik untuk mengunjungi destinasi domestik cukup menjanjikan. Kami juga yakin bahwa setelah vaksin didistribusikan, pariwisata akan kembali dengan cepat," pungkas Adi.
Sebelumnya, dalam survei yang dihimpun Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pada September 2020, ditemukan bahwa sekitar 1.033 restoran yang tutup permanen. Data itu diambil terhadap 9.000 lebih restoran di seluruh Indonesia, dengan 4.469 responden.
Angka itu diyakini PHRI akan bertambah terus hingga kisaran 150 restoran yang tutup per bulan, akibat sepinya pengunjung.
"Kami belum menghitung total kerugian yang dialami oleh industri perhotelan, namun dampaknya tentu sangat signifikan. Hotel dan Restoran berada di dalam situasi yang sangat terpuruk," ungkap Ketua Badan Pimpinan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono dalam diskusi virtual, Jumat (5/2). (E-1)