Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Soal Pembiayaan Covid-19, Menkeu Sebut SBN Masih Diserap Investor

Mediaindonesia.com
16/10/2020 04:39
Soal Pembiayaan Covid-19, Menkeu Sebut SBN Masih Diserap Investor
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati(ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia memiliki reputasi yang baik sehingga masih memiliki akses terhadap pasar. Hal ini berkaitan dengan serapan surat berharga negara (SBN) untuk pembiayaan covid-19, meski sebelumnya sempat ada kepanikan pelaku pasar di April dan Juni 2020.

"Meski memasuki pasar keuangan saat terjadi turbulensi akibat pandemi covid-19, namun SBN pemerintah masih diserap investor karena menawarkan bunga yang menarik," kata Menkeu Sri Mulyani.

Adapun imbal hasil SBN tenor 10 tahun adalah sebesar 6,9% per 1 Oktober 2020. Saat ini, lanjut Menkeu, pemerintah juga bekerja sama dengan pelaku pasar keuangan dalam negeri dan juga Bank Indonesia (BI). Keterlibatan bank sentral dalam membeli SBN pemerintah di pasar perdana karena membutuhkan pembiayaan yang luar biasa besar dan dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya atau unprecedented.

BI juga bisa membeli SBN pemerintah di pasar perdana tanpa menciptakan kesan bahwa kami akan mengancam independensi BI. Ini unprecedented, kami butuh banyak komunikasi, dalam waktu yang sama mendesain kebijakan apa yang tepat," ungkapnya.

Baca juga: Menkeu Soroti Omnibus Law dalam Pemulihan Ekonomi

Meski begitu, Menkeu memastikan kebijakan itu dilakukan secara hati-hati dan tidak sembarangan serta transparan.

Krisis pandemi covid-19 membuat pemerintah memperlebar defisit fiskal APBN 2020 yang sebelumnya mencapai 1,7 persen kini menjadi 6,34% dari
Produk Domestik Bruto (PDB).

Untuk penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, pemerintah mengalokasikan Rp695,2 triliun di antaranya untuk kesehatan, perlindungan sosial, dukungan UMKM hingga insentif usaha.

"Kami sangat prudent dan hati-hati menggunakan pilihan dan kebijakan dan instrumen. Ini sangat penting ketika kami harus menstabilkan pasar, ketika kami harus memiliki utang berkelanjutan dan juga agar kami mampu menyelamatkan masyarakat dan mata pencahariannya," imbuhnya.(Ant/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya