Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Petani Mabar Keluhkan Harga Cengkeh dan Cokelat Anjlok

John Lewar
27/8/2020 15:15
Petani Mabar Keluhkan Harga Cengkeh dan Cokelat Anjlok
Harga cengkeh turun disaat petani cengkeh memanen hasil tanamannya di Manggarai Barat, NTT.(Antara)

PETANI cengkeh dan cokelat di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) NTT, di musim panen ini mengeluhkan jatuhnya harga panen mereka. Sebelum panen, harga cengkeh bisa dijual dengan harga Rp120 ribu per kilogramnya. Kini, dua bulan belakangan harganya terjun bebas di bawah Rp40 ribu per kilogramnya.

Hal ini disampaikan tokoh masyarakat Yohanes Joni, di Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbliling, Kamis (27/8)

Harapan terbesar setiap tahun dan satu satunya para petani Cengkeh dan Cokelat, ungkap Yohanes, adalah harga pertaniannya stabil. Tidak terlalu jatuh harganya saat panen raya. Sebab menjadi andalan pendapatan ekonomi keluarga petani cengkeh dan coklat di Mabar. Mereka bisa membiayai sekolah dan kuliah anaknya, selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

"Tahun ini ada korona dan musim ini kami kesulitan besar karena harga jual Cengkeh dan Cokelat anjlok. Cengkeh paling bagus Rp40 ribu, coklat Rp15 rbu perkilogram. Sulit bagi kami memahami bagaimana begitu cepat harga jatuh, kami taunya menanam saja. Situasi ini terpaksa kerja serabutan," ungkap Yohanes.

Yohanes berharap kedepan hasil komoditi pertanian warga perlu di intervensi atau di pantau oleh pemerintah. Pemerintah bisa hadir sehingga harga tidak di permainkan sepihak oleh pengepul/pembeli.

"Aneh memang selama ini barang komoditi milik petani, harga di tentukan pembeli. Pemerintah harus mampu mengendalikan hal ini, ini nilainya jauh lebih besar daripada memberikan bantuan saat pandemi ke kami. Dengan pertumbuhan ekonomi desa bergerak maka menggerakkan ekonomi nasional," harap Yohanes.

Hal serupa disampaikan Martinus Sudil, petani Cengkeh, dia mengatakan hasil komoditi di tengah pandemi ini rasanya tak ada nilai jual di tingkat jual beli hasil komoditi baik Cengkeh, Cokelat Kopi harga barang andalan itu, tidak memberikan dampak ekonomi bagi petani kebun Kopi, Cengkeh, dan Cokelat.

"Harga hasil komoditi sejauh ini terus melorot dan petani tak bisa terbantu dengan nilai jual komoditi. Yang di butuhkan sekarang ini pengendalian harga barang sehingga pembeli maupun penjual tidak sesuka hati, "ujar Martinus.

Sementara itu ketua DPRD Manggarai Barat Editarsius Endi, SE mendesak pemerintah daerah secara terus menerus melakukan pengawasan terhadap harga pasar. Baik itu harga komodi pertanian maupun barang dagangan di pasar swalayan.

"Pengendalian harga barang penting di kontrol, sehingga petani merasa tertolong dengan nilai jual hasil jeripayahnya selama bekerja di kebun," katanya. (OL-13)

Baca Juga: Kendalikan OPT, Kementan Pacu Produktivitas Kelapa di Kalbar



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya