Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Stok Bawang Putih Cukup, Pedagang Khawatirkan Permainan Harga

Mediaindonesia.com
18/6/2020 10:52
Stok Bawang Putih Cukup, Pedagang Khawatirkan Permainan Harga
Pedagang bawang khawatir terjadi kenaikan harga bawang disebabkan terjadi penimbunan.(Ist/Kementan)

SEJAK diberlakukan Permendag Nomor 27 Tahun 2020 terkait relaksasi impor bawang putih dan bombay, harga bawang putih dan bombay sejak April kembali turun bahkan sampai ke tingkat paling rendah.

Sebelum relaksasi terlebih di masa pandemi Covid-9, harga bawang putih melonjak naik sampai Rp60 ribu per kilogram. Bahkan harga bawang bombay sampai Rp120 ribu per kilogram.

Ketika dilakukan relaksasi kedua komoditi impor tersebut turun drastis. Bawang putih menjadi rata-rata Rp25 ribu per kilogram dan bombay Rp20 ribu per kilogram. 

Dengan berakhirnya relaksasi impor per 31 Mei 2020 menimbulkan kekhawatiran di pedagang terjadinya permainan harga kembali seperti sebelumnya oleh segelintir importir. 

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto mengatakan bahwa jumlah rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) yang diterbitkan per Maret 2020 sudah mencapai 450 ribu ton. Namun jumlah tersebut belum menjamin harga bawang putih tetap stabil seperti sekarang ini. 

Pedagang bawang putih Pasar Induk Kramat Jati, Khairul Piliang, pihaknya meyakini adanya lonjakan harga bawang putih usai berakhirnya relaksasi impor dan diberlakukan kembali kuota impor. 

"Jika diberlakukan pasti naik, bulan depan lah pasti harga udah diatas Rp15.000 lagi gambaran saya," ucapnya di Jakarta, Rabu (17/6).

Tak hanya itu, bahkan dirinya juga mengkhawatirkan adanya penimbunan stok bawang putih ketika harga mulai naik. "Udah pasti itu (penimbunan), kalau saya orang pasar, mahal dibeli, mahal dijual, harusnya bebaskan saja impor," tegasnya. 

Sebenarnya, lanjut Khairul, pemerintah sangat mudah untuk melacak kenapa harga bawang putih mengalami kenaikan. 

"Data impor barang itu kan ada, sebenarnya kalau Kementerian Perdagangan itu gampang amat. Ditanya saja ke Tiongkok pasarnya berapa, bulan ini, misalnya harga Rp5.000 atau Rp7.000, ini kenapa dijual Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu di sini," ujar Khairul.

"Biaya sekian, kan gitu aja engga ada susahnya. Kan di Tiongkoka itu kebuka, kenapa di sini bisa sampai Rp 40.000, gampang itu lacaknya. Cuman itu tadi, ada udang dibalik batu atau batu dibalik udang, itu aja," jelasnya.

Sementara itu, Syaiful Bahari, salah satu pemerhati pertanian yang dihubungi terpisah oleh media, mengatakan,"Harga bawang putih dan bombay yang dinikmati masyarakat saat ini adalah harga yang sebenarnya. Jadi kalau setelah berakhirnya relaksasi harga kembali naik berarti ada rekayasa dan permainan harga seperti tahun-tahun sebelumnya".

Menurut Syaiful, tidak ada alasan harga kembali naik karena sekarang ini panen raya bawang putih di Tiongkok kurang lebih 7 juta ton,  lebih tinggi dari tahun sebelumnya berkisar 5 juta ton. 

"Harga penen baru bawang putih di Tiongkok sampai pelabuhan Indonesia antara US$450 sampai US$500 per ton. Harga tersebut bisa jadi patokan berapa harga yang seharusnya dibeli oleh masyarakat. Asal tidak ada penimbunan dan rekayasa harga konsumen bisa menikmati harga bawang putih yang wajar sepanjang tahun," paparnya. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya