Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PRODUSEN minyak sawit di Tanah Air mengungkapkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang menandakan produk sawit sudah berkelanjutan ternyata tidak mampu meningkatkan penjualan terutama di kawasan Eropa.
Padahal, negara-negara di Benua Biru adalah pihak yang sangat vokal dalam menyuarakan sawit harus memiliki sertifikasi berkelanjutan.
"Tetapi, ketika produsen sudah memenuhi prinsip dan kriteria berkelanjutan, mereka masih juga melakukan diskriminasi," ujar Pengamat Perkelapasawitan Maruli Gultom melalui keterangan resmi, Rabu (27/11).
Bersertifikat atau tidak, komoditas sawit tetap dipandang buruk bagi sebagian orang di Benua Biru. Hal itu terjadi karena sudah masifnya kampanye negatif yang dilakukan oleh pihak-pihak setempat.
Baca juga: Sertifikasi Bisa Jadi Jalan Keluar Polemik Minyak Sawit
Isu-isu lingkungan dan tenaga kerja diangkat menjadi topik utama untuk mendiskreditkan industri sawit.
"Padahal, penolakan sawit di Eropa bukanlah persoalan merusak lingkungan melainkan karena murni persaingan. Produk minyak nabati yang diproduksi Eropa seperti rapeseed dan bunga matahari tidak mampu bersaing dengan kelapa sawit. Akhirnya mereka main kotor," tuturnya.
Adapun, Menteri Pertanian periode 2000-2004 Bungaran Saragih menyatakan kebijakan sertifikasi RSPO adalah wujud ketidakadilan dalam industri minyak nabati.
Pasalnya, komoditas penghasil minyak nabati lain tidak dipaksa untuk memiliki sertifikat berkelanjutan. Padahal, kelapa sawit memiliki tingkat produktivitas paling tinggi ketimbang rapeseed atau bunga matahari.
"Padahal kewajiban sustainability ini bersifat global, menyeluruh, baik dalam perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maupun platform SDG’s," ungkap Bungaran.(OL-5)
Sekjen CPOPC yang baru Izzana Salleh merupakan sosok yang memiliki pengalaman pada sektor kebijakan publik, kepemimpinan korporat, hingga advokasi nirlaba global.
Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) secara resmi mengumumkan transisi kepemimpinan eksekutifnya.
Adhiya juga menyiapkan buzzer untuk merespons setiap postingannya di media sosial.
Edukasi tentang betapa pentingnya peran kelapa sawit dalam kehidupan sehari-hari manusia terus disampaikan oleh para pemangku kepentingan.
Forwatan dan Gapki menyalurkan bantuan kepada anak yatim piatu sebagai wujud kepedulian dan berbagi kebahagiaan di bulan Ramadan.
Asian Agri dan Apical mempertegas komitmen berkelanjutan kedua perusahaan, yaitu AsianAgri2030 dan Apical2030 yang diluncurkan pada 2022 lalu.
Kemenangan di WTO menjadi bukti Indonesia berada di jalur yang benar dalam memperjuangkan kelapa sawit dan biodiesel.
Putusan WTO yang memenangkan Indonesia sekaligus memperlancar kembali akses pasar kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel ke depannya.
PEMERINTAH Indonesia berhasil membuktikan diskriminasi oleh Uni Eropa (UE) dalam sengketa dagang kelapa sawit di Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (DSB WTO).
Uni Eropa hingga kini masih menilai kelapa sawit sebagai salah satu komoditas berisiko tinggi pada lingkungan.
Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) tak urung rampung selama 9 tahun.
NEGARA yang bergabung dalam dewan negara produsen minyak sawit, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menegaskan akan memperjuangkan usaha petani kecil sawit
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved