Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
BADAN Pusat Statistik (BPS) menyatakan tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2019 turun menjadi 5,28% dari periode sama di 2018 yang sebesar 5,34%.
"Dengan pencapaian ini berarti terdapat 5 penganggur dari 100 orang angkatan kerja di Indonesia," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.
Penurunan tingkat pengangguran terbuka terjadi lantaran jumlah angkatan kerja per Agustus 2019 naik menjadi 133,56 juta orang dari 131,01 juta orang pada Agustus 2018, dan di sisi lain jumlah orang bekerja naik dari 124,01 juta orang menjadi 126,51 juta orang.
"Angkatan kerja itu ada yang be-kerja dan yang menganggur. Kalau kita bandingkan pada Agustus 2018, berarti orang yang bekerja ini meningkat 2,02%," papar dia.
Adapun tingkat partisipasi angkat-an kerja (TPAK) per Agustus 2019 sebesar 67,49%, atau meningkat 0,23% jika dibandingkan dengan di periode yang sama tahun lalu.
Suhariyanto menjelaskan tenaga kerja yang masih tidak terserap oleh pasar itu didominasi lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang jumlahnya mencapai 10,42%.
Selain itu, lulusan sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 7,92%, diploma I/II/III 5,99%, dan universitas 5,67% juga masih kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Sementara itu, berdasarkan kelompok umur yang berstatus pengangguran, paling tinggi berada di kisaran umur 15 tahun-24 tahun, yakni 18,62%. "Semakin tinggi umur seseorang, tingkat pengangguran terbuka akan menurun," katanya.
Berdasarkan provinsi, tingkat pengangguran terbuka tertinggi berada di Banten yang mencapai 8,11% dan diikuti Jawa Barat 7,99%.
Pada kesempatan itu, BPS juga mencatat jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebesar 133,56 juta orang atau naik 2,55 juta dari Agustus 2018.
Dari jumlah tersebut, tambah Suhariyanto, sebanyak 126,51 juta orang merupakan penduduk bekerja dan 7,05 juta orang menganggur.
"Bila dibandingkan dengan setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,5 juta orang dan pengangguran meningkat 50 ribu orang," ujarnya. (Mir/Ant/E-2)
Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pemerintah akan merevisi data angka kemiskinan nasional.
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
BANK Dunia resmi mengubah standar garis kemiskinan global dengan meninggalkan purchasing power parity (PPP) 2017 dan saat ini menggunakan PPP 2021.
DINAMIKA geopolitik global mewarnai beragam pemberitaan media arus utama atau media sosial kita.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025. Angka ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di April 2025 yang mengalami inflasi 1,17%.
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PD DKI Jakarta Kusworo mengkhawatirkan rancangan peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok dapat meningkatkan angka pengangguran.
Tagar Kabur Aja Dulu menjadi simbol kegelisahan generasi muda Indonesia terhadap masa depan.
JK mengkritisi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang disebut sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dari antusiasme pencari kerja yang membludak saat pembukaan job fair di Bekasi.
PSI angkat suara mengenai 100 hari kinerja Pramono Anung dan Rano Karno. Job fair yang masih belum diketahui banyak orang maupun dirasakan manfaatnya
Pemerintah dinilai berhasil mendorong praktik rekrutmen yang lebih inklusif dan bebas diskriminasi. Salah satunya dengan menghapuskan syarat usia bagi pelamar kerja.
GELOMBANG pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya semakin masif di awal tahun, bertepatan dengan menyambut bulan Ramadan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved