Politik Energi seusai Penaikan Harga BBM

24/11/2014 00:00
BAHAN bakar minyak, juga pangan, sudah menjadi komoditas mahapenting sekaligus supergenting. Disebut komoditas mahapenting karena tanpa BBM, kita tak bisa menjalani hidup sehari-hari. Disebut supergenting karena komoditas tersebut bisa memicu kegaduhan politik, bahkan guncangan keamanan negara.

Kita telanjur kecanduan minyak. Tidak mengherankan bila BBM dianggap akar persoalan sekaligus pangkal penyelesaiannya. Di negara kita, subsidi BBM dianggap sebagai biang keladi terbebaninya APBN.

Oleh karena itu, pemerintah memangkas subsidi harga BBM agar ruang fiskal bisa bernapas lebih lega sehingga APBN bisa dipakai membiayai belanja yang lebih produktif. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi kelak bisa kita pacu.

Celakanya, pertumbuhan ekonomi memicu peningkatan konsumsi, termasuk konsumsi BBM. Itu menunjukkan penghematan konsumsi yang diharapkan terjadi setelah penaikan harga BBM tidak sungguh-sungguh tercapai. Penghematan hanya berlangsung sesaat ketika harga BBM baru dinaikkan.

Kita berangsur-angsur mampu beradaptasi dengan harga BBM dan kebutuhan pokok lain yang meningkat. Itu disebabkan BBM ialah komoditas mahapenting yang kita tak bisa hidup tanpanya, selain karena kita semakin sejahtera sebagai dampak pertumbuhan ekonomi.

Ketika pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaikkan harga BBM pada 2013, penghematan terjadi sesaat dalam jumlah yang tidak terlalu signifikan. Di ujung 2014, Pertamina mewanti-wanti kuota konsumsi BBM akan terlampaui.

Ketika konsumsi BBM tinggi, Indonesia tetap harus mengimpor minyak. Impor minyak yang tak terkendali menjadi penyumbang utama defisit transaksi berjalan. Kita akan menghadapi persoalan fiskal juga ujung-ujungnya.

Untuk menahan laju impor minyak, kita harus menggunakan energi yang kita produksi sendiri. Konversi ke gas merupakan salah satu langkah yang harus segera diayunkan karena gas kita masih melimpah.

Kita juga mesti membangun kilang-kilang minyak sehingga kita sanggup mengolah sendiri minyak mentah menjadi minyak yang bisa dikonsumsi.

Kita pun harus memperbaiki transportasi publik. Politik transportasi kita harus bertujuan membuat orang kaya mau naik kendaraan umum, bukan membuat orang miskin mampu membeli mobil.

Yang tak kalah pentingnya, negara ini harus segera mengembangkan energi baru dan terbarukan. Kita sesungguhnya punya potensi besar mengembangkan energi panas bumi, nuklir, matahari, angin, dan gelombang laut.

Itu semua semestinya menjadi politik dan kebijakan energi yang harus segera dijalankan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Jokowi-JK tidak boleh berpuas diri hanya dengan menaikkan harga BBM. Jangan berpikiran bahwa menaikkan harga BBM menjadi satu-satunya resep mujarab menyelesaikan persoalan energi bangsa ini.

Parlemen semestinya mendorong dan bekerja sama dengan pemerintah untuk melaksanakan politik energi jangka panjang tersebut demi generasi mendatang. Itu jauh lebih baik daripada sibuk tak menentu mengancam menginterpelasi pemerintah yang menaikkan harga BBM.


Berita Lainnya
  • Membuka Pintu Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.

  • Main Hajar Rekening ala PPATK

    01/8/2025 05:00

    ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.

  • Masih Berburu Harun Masiku

    31/7/2025 05:00

    KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.

  • Indonesia Rumah Bersama

    30/7/2025 05:00

    Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.

  • Jangan Biarkan Rasuah Rambah Desa

    29/7/2025 05:00

    KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.

  • Ujian Kekuatan ASEAN

    28/7/2025 05:00

    KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.

  • Atasi Karhutla Butuh Ketegasan

    26/7/2025 05:00

    NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.

  • Jaga Kedaulatan Digital Nasional

    25/7/2025 05:00

    Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.

  • Ini Soal Kesetiaan, Bung

    24/7/2025 05:00

    EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.

  • Koperasi Desa versus Serakahnomics

    23/7/2025 05:00

    SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia. 

  • Laut bukan untuk Menjemput Maut

    22/7/2025 05:00

    MUSIBAH bisa datang kapan pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga.

  • Mengkaji Ulang IKN

    21/7/2025 05:00

    MEGAPROYEK pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada awalnya adalah sebuah mimpi indah.

  • Suporter Koruptor

    19/7/2025 05:00

    PROSES legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Pidana menunjukkan lagi-lagi DPR dan pemerintah mengabaikan partisipasi publik.

  • Rumah Sakit Asing bukan Ancaman

    18/7/2025 05:00

    DIBUKANYA keran bagi rumah sakit asing beroperasi di Indonesia laksana pedang bermata dua.

  • Kerja Negosiasi belum Selesai

    17/7/2025 05:00

    AKHIRNYA Indonesia berhasil menata kembali satu per satu tatanan perdagangan luar negerinya di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi.

  • Setop Penyakit Laten Aksi Oplosan

    16/7/2025 05:00

    BARANG oplosan bukanlah fenomena baru di negeri ini. Beragam komoditas di pasaran sudah akrab dengan aksi culas itu.