Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
Di bawah perairan Teluk Beppu, Jepang, terdapat lapisan sedimen dan lumpur. Sepintas lumpur itu biasa-biasa saja. Namun, dalam endapan itu, tersimpan kisah tentang bagaimana perilaku manusia telah mengubah lingkungan di sekitar mereka.
Para ahli menyebut zaman ini sebagai era antroposen. Istilah ini merujuk pada zaman dimana manusia telah menjamah hampir seluruh pelosok Bumi, termasuk di kutub utara. Hal ini telah mengundang perdebatan di kalangan ahli. Apakah zaman Holosen yang dimulai 11.700 tahun lalu benar-benar telah digantikan oleh periode baru yang ditentukan oleh dampak perilaku manusia di Bumi.
Topik utama diskusi mereka adalah bagaimana mendokumentasikan cara kita (manusia) mengubah lingkungan dan mencemarinya, mulai dari plutonium yang berasal dari uji coba nuklir, hingga mengotorinya dengan mikroplastik.
Dua belas lokasi di seluruh dunia telah diusulkan sebagai lokasi penelitian dimana lonjakan kerusakan begitu nyata, termasuk lahan gambut di Polandia, terumbu karang Australia, dan teluk Beppu yang mirip cekungan di Oita barat daya Jepang.
Michinobu Kuwae, seorang profesor di Pusat Studi Lingkungan Laut Ehime, telah mempelajari daerah tersebut selama hampir satu dekade.
Dia mulai dengan penyelidikan tentang bagaimana perubahan iklim memengaruhi populasi ikan. Ia meneliti bagaimana lapisan sisik ikan yang tersimpan di sedimen teluk, dapat memberi petunjuk tentang keadaan masa lalu.
Baru-baru ini dia mulai mempertimbangkan lokasi tersebut (Teluk Bewppu) sebagai lokasi utama penelitian mengingat banyaknya ‘sidik jari antropogenik’, termasuk bahan kimia dan radionuklida buatan manusia, yang bertumpuk menjadi sedimen di teluk itu.
“Lapisan sedimen tersebut memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan tanggal dan tingkat yang tepat dari batas Antroposen-Holosen," katanya kepada AFP.
“Pengawetan yang sempurna dalam sedimen itu adalah hasil dari beberapa karakteristik unik,” jelas Yusuke Yokoyama, seorang profesor di Institut Riset Atmosfer dan Kelautan Universitas Tokyo, yang telah menganalisis sampel inti dari kawasan tersebut.
“Dasar teluk turun dengan cepat dari garis pantai, menciptakan cekungan yang memerangkap material di kolom air dan "semacam menciptakan sup miso," katanya kepada AFP.
“Air dapat mengalir masuk, tetapi hanya bergerak kembali ke permukaan. Karena minim oksigen berarti tidak ada organisme yang mengganggu sedimen atau mengganggu endapan.”
Lonceng peringatan
"Ini seperti Baumkuchen, kue, setumpuk panekuk, dan Anda dapat menghitung panekuk tersebut untuk mengukur usianya yang tepat," dia menambahkan.
Selama ini, karang dianggap oleh sebagian orang sebagai benda untuk melihat jejak-jejak perilaku manusia. Bentuknya yang tumbuh berlapis-lapis seperti batang pohon dan menyerap unsur-unsur yang terlarut dalam air, termasuk sisa-sia dari uji coba nuklir.
Tapi, karang tidak bisa menangkap bahan yang tidak larut dalam air, seperti mikroplastik. Sedimen Teluk Beppu, sebaliknya, dapat menangkap segala sesuatu, mulai dari limpasan pupuk pertanian hingga endapan dari banjir bersejarah yang tercatat dalam dokumentasi resmi, serta sisik ikan dan plastik.
Temuan yang paling menarik, menurut Kuwae dan Yokoyama, adalah jejak dari serangkaian uji coba bom nuklir yang dilakukan melintasi samudra Pasifik dari tahun 1946 hingga 1963.
"Kami bisa mendeteksi semuanya. Karena Teluk Beppu terletak di hilir, kami dapat mengidentifikasi tanda-tanda tertentu dari pengujian tertentu," kata Yokohama,
Sampel inti yang dikumpulkan dari Teluk Beppu menunjukkan puncak plutonium yang berkorelasi dengan uji coba nuklir dan cocok dengan temuan serupa di karang di dekat Ishigaki.
Lokasi mana pun yang dipilih sebagai bahan penelitian diharapkan tetap menjadi sumber penting untuk memahami dampak manusia terhadap Bumi. Dan Kuwae berharap sebutan ‘Antroposen’ akan menjadi "lonceng peringatan" bagi umat manusia.
"Kerusakan lingkungan global, termasuk pemanasan global, berlangsung cepat. Kita akan berada dalam keadaan di mana bumi yang semula aman, kini rusak. Jika sekali hilang, kondisi ini tidak dapat lagi dipulihkan," tegasnya. (AFP/M-3)
Meski dunia menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius, pencairan lapisan es di dunia tetap melaju tak terkendali.
Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Penyebab Pemanasan Global: Faktor & Dampak Buruknya. Pemanasan global mengkhawatirkan? Pelajari penyebab utama, faktor pendorong, dan dampak buruknya bagi bumi. Temukan solusinya di sini!
Terwujudnya Taman Kehati diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan ekosistem.
Gambar satelit NASA menunjukkan dampak pemanasan global di Alaska. Di mana lapisan salju tahun lalu telah menghilang dan menyisakan hamparan tanah kosong yang luas.
PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) menyelenggarakan serangkaian kegiatan lingkungan bertema Beat Plastic Pollution atau Hentikan Polusi Plastik.
Sebagai bentuk implementasi nyata dari komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), Krakatau Posco menjalankan program konservasi mangrove di Desa Lontar, Serang
Hotel ibis Palembang Sanggar dengan bangga mengumumkan keberhasilan meraih sertifikasi Green Key, sebuah penghargaan prestisius bertaraf internasional
Kepolisian RI dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk sinergi dalam penegakan hukum guna memastikan kelestarian lingkungan hidup Indonesia.
Medco Energi Internasional melalui Medco E&P Natuna Ltd mengembangkan Sekolah Adiwiyata di Kepulauan Anambas, wilayah terluar Indonesia di Laut Natuna, Kepulauan Riau.
Peringatan Hari Bumi atau Earth Day yang jatuh setiap tanggal 22 April menjadi momen penting untuk merefleksikan hubungan manusia dengan planet ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved