Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Secara perdana, Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan daging ayam hasil rekayasa genetika yang dikembangkan di laboratorium. Upside Foods dan Good Meat asal negara bagian California merupakan dua perusahaan pertama di AS yang sudah menuntaskan proses peraturan baru tersebut untuk disalurkan ke berbagai pasar.
Dilansir dari New York Post pada Kamis (22/6), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada November 2022 telah menyatakan bahwa daging hasil rekayasa genetika produksi dua perusahaan tersebut aman untuk dikonsumsi.
Daging yang dikembangkan di laboratorium itu sebenarnya mengandung protein hewani. Akan tetapi, tidak seperti daging tradisional, sehingga daging buatan ini tidak melewati proses penyembelihan hewan.
Peraturan baru ini seketika mendapat respons dari para pendukung hak asasi hewan. Mereka mengklaim bahwa daging genetika ini merupakan alternatif daging konsumsi yang lebih etis atau beretika karena dianggap tidak menyiksa hewan.
CEO dan pendiri Upside Foods, Uma Valeti mengatakan bahwa langka baru ini meluncurkan era baru produksi daging yang bertujuan menghilangkan bahaya bagi hewan dan secara drastis mengurangi dampak lingkungan dari penggembalaan, penanaman pakan ternak, dan limbah hewan.
“Persetujuan ini secara fundamental akan mengubah bagaimana daging sampai ke meja kita. Ini adalah langkah besar menuju era baru di masa depan yang lebih berkelanjutan untuk mempertahankan pilihan dan kehidupan,” ujar Valeti.
Proses pembuatan daging ini, kata dia, lebih mudah dengan melibatkan pengumpulan sel dari hewan hidup atau sel yang telah dibuahi, untuk selanjutnya dihimpun di bank sel. Sel-sel tersebut kemudian dibudidayakan di dalam tangki baja dan diberi nutrisi yang serupa dengan yang dikonsumsi hewan.
Daging buatan itu kemudian dibentuk menjadi potongan yang serupa dengan daging tradisional, seperti filet, nugget, hingga sate. Pada 2020, Good Meat juga telah diberikan izin untuk memproduksi daging buatan serupa di pasar Singapura.
“Tapi jangan mencari daging baru ini di toko kelontong AS dalam waktu dekat karena ayam yang dibudidayakan jauh lebih mahal daripada daging dari unggas utuh yang dibudidayakan dan belum dapat diproduksi seperti dalam skala daging tradisional,” kata Ricardo San Martin selaku direktur Alt Meat Lab di University of California Berkeley.
Menghilangkan Skeptis
Chief Operating Officer Upside Upside, Amy Chen mengatakan produk ayam mereka sudah melalui proses masak sehingga konsumen yang ingin mengonsumsi daging tersebut hanya perlu dipanaskan.
“Meskipun kami mengakui bahwa saat ini masih banyak konsumen skeptis dan akan merasa mual jika harus mengonsumsi ayam yang dibudidayakan dengan rekayasa lab,” ungkapnya.
Sentimen itu bergema dalam jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan oleh The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research. Separuh dari orang dewasa AS mengatakan mereka tidak mungkin mencoba daging yang ditanam menggunakan sel dari hewan.
“Ketika diminta untuk memilih dari daftar alasan keengganan mereka, sebagian besar dari yang tidak mungkin mencobanya mengatakan bahwa daging itu terdengar aneh dan sebagian lainnya mengatakan daging itu tidak aman dikonsumsi,” jelasnya.
Menurut Chen, skeptis itu bisa dihilangkan dengan edukasi dan sosialisasi lebih lanjut. Dia mengatakan saat orang mengerti bagaimana daging tersebut dibuat, mereka lebih bisa menerima. “Begitu mereka mencicipinya, akan merasa yakin akan daging budidaya ini,” katanya.
Tak hanya itu, kendala pengembangan daging itu adalah soal harga. Ketersediaan daging hasil rekayasa genetika itu diperkirakan Chen tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena sebagian besar disebabkan oleh tingginya biaya produksi. Namun, restoran-restoran ternama di AS telah membuat kesepakatan untuk menggunakan daging hasil rekayasa tersebut di restoran mereka.
Perusahaan Upside Foods menyebutkan, pesanan pertama yang diproses pihak mereka merupakan pesanan daging untuk restoran bintang tiga Michelin milik Chef Dominique Crenn di San Francisco, Bar Crenn. Sementara pesanan pertama perusahaan Good Meat akan dijual kepada koki selebriti Jose Andrés.
Secara global, saat ini sudah ada lebih dari 150 perusahaan yang berfokus pada daging rekayasa. Tidak hanya ayam tapi juga babi, domba, ikan dan sapi, yang menurut para ilmuwan memiliki dampak terbesar terhadap lingkungan. (M-3)
The Westin Jakarta merayakan hari jadinya yang ke-9 dengan tema Nine and Thriving, menghadirkan berbagai promosi menginap, kuliner, dan spa yang dirancang khusus bagi para tamu.
Nikmati berbagai hidangan dan pengalaman kuliner terbaik di 5 restoran di kawasan Senopati.
Terkadang kita terlalu tenggelam dalam rutinitas pekerjaan yang selalu dikejar oleh target dan deadline. Sehingga kita lupa untuk memberikan jeda pada tubuh, pikiran, dan jiwa.
Event ini melibatkan 45 sekolah dan 675 tim dari tiga kota, dimulai dengan Roadshow ke masing-masing sekolah.
Kolaborasi ini bertujuan untuk mengeksekusi program-program nyata dan berdampak yang melibatkan pelaku industri kuliner lintas sektor, melalui berbagai aktivasi dan inisiatif bersama.
Pertamina Patra Niaga menggelar Bright Gas Cooking Competition (BGCC) 2025 di Makassar, Sulawesi Selatan.
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved