Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
IMPOTENSI merupakan salah satu dampak yang dapat muncul akibat diabetes. Selama ini banyak yang menyangka impotensi akibat diabetes hanya banyak terjadi pada pria. Padahal, kondisi disfungsi seksual serupa ternyata juga bisa dialami oleh wanita dengan diabetes.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes dari Universitas Udayana, Made Ratna Saraswati, diabetes dapat menyebabkan masalah atau disfungsi seksual baik pada pria maupun wanita. Hal itu dibuktikan dengan rendahnya indeks fungsi seksual pada penderita diabetes pada wanita.
"Studi yang saya buat pada perempuan-perempuan dengan diabetes menunjukkan bahwa ternyata indeks fungsi seksualnya rendah," kata Ratna, Minggu, (4/6).
Baca juga: Komplikasi Diabetes Lebih Fatal pada Wanita Dibanding Pria
Dikatakan Ratna, menurut American Psychiatric Association dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), disfungsi seksual wanita di antaranya meliputi hilang minat atau gairah seksual, gangguan orgasme, dan/atau nyeri saat penetrasi.
"Disebut disfungsi adalah kalau dia sifatnya persisten, berlanjut terus, menyebabkan stres dan kecemasan, dan berdampak negatif pada satu hubungan," tambah Ratna.
Dari penelitian disfungsi seksual yang dilakukan pada wanita diabetes di tahun 2008, Ratna mengatakan domain gairah memiliki skor terendah yakni 35,5%. Domain lain juga memiliki skor rendah di bawah 50 yaitu hasrat 41,83%, lubrikasi 42%, orgasme 39,5%, dan nyeri 48,5%.
Baca juga: Gerakan Senam Kegel Pria Dijamin Ampuh Atasi Masalah Ranjang
Tidak Sederhana
Meski sudah dibuktikan dengan data, Ratna mengakui tidak mudah untuk menilai adanya disfungsi seksual pada wanita. Berbeda dengan jika hal tersebut terjadi pada pria.
Hal itu karena tidak ada instrumen diagnostik yang praktis dan sederhana untuk melakukan penilaian soal disfungsi seksual pada wanita secara empiris.
"Meski demikian, terdapat dua cara untuk menilai disfungsi seksual pada wanita yaitu dengan pemeriksaan obyektif dan subyektif," kata Ratna.
Pemeriksaan obyektif di antaranya termografi atau mengukur suhu, mengukur sirkulasi dan pelebaran pembuluh darah, hingga mengukur pH vagina. Sementara pemeriksaan subyektif dilakukan melalui pengisian kuesioner.
"Perlu penelitian lebih lanjut untuk menilai bagaimana diabetes dapat menyebabkan disfungsi seksual pada wanita," tutur Ratna.
Ratna tak memungkiri bahwa disfungsi seksual pada wanita memang belum mendapatkan perhatian di dunia medis seperti pada disfungsi seksual pada laki-laki. Selain jarang dikeluhkan oleh pasien dan sulit dinilai, penelitiannya pun masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan disfungsi seksual pada laki-laki.
"Ini jarang dikeluhkan pasien karena faktor budaya, rasa malu, apalagi kalau dokternya laki-laki. Kemudian ketika sudah diomongin, sulit dinilai, pilihan terapi juga sedikit, dan penelitiannya juga masih sedikit," kata Ratna.
(Ant/Z-9)
TIDAK sedikit laki-laki, bahkan usia muda, yang terkena masalah disfungsi ereksi. Apa saja penyebab persoalan itu?
Seksolog dr Boyke Dian Nugraha menyebutkan bahwa stem cell atau sel punca dapat diterapkan untuk mengatasi disfungsi ereksi.
Kesehatan seksual adalah bagian penting dari kehidupan manusia yang mencakup aspek fisik, emosional, mental, dan sosial.
"Maka kalau sudah ada gangguan ereksi, baiknya harus melakukan skrining, tidak hanya masalah gangguan ereksi saja tapi juga jantung, kolesterol, gula darah."
Para ilmuwan lalu terinspirasi untuk mengembangkan molekul sintetis menggunakan beberapa sifat racun laba-laba untuk membuat gel guna mengobati disfungsi ereksi.
SEORANG pria 21 tahun di Iran mengalami ereksi permanen selama tiga bulan. Saat diperiksa dokter, ternyata pasien itu memiliki tato di sepanjang bagian atas batang penis,
Secara biologis, masturbasi dianggap sebagai aktivitas seksual yang normal dan umum dilakukan oleh individu dari berbagai kelompok usia, terutama selama masa pubertas.
Survei BKKBN menunjukkan bahwa Indeks Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia hanya 53,4%.
Masalah kesehatan seksual dan reproduksi sering kali dianggap hanya meliputi penyakit menular seksual saja. Padahal, masalah ini dapat dialami siapa saja, tanpa memandang gender atau usia.
Penting memahami jenis-jenis masalah kesehatan seksual dan gejala awalnya apabila dibutuhkan pengobatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved