Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengungkap kurangnya aktivitas fisik akan berdampak pada meningkatnya risiko yang signifikan untuk kesehatan. Hal itu pun berkontribusi terhadap sekitar 3,2 juta kematian dini per tahun, misalnya seperti seperti stroke, diabetes dan kanker.
Data tersebut menunjukkan semakin sedikitnya aktivitas fisik yang terjadi di banyak negara maju. Secara global, 23% orang dewasa dan 81% remaja sekolah tidak cukup aktif melakukan aktivitas fisik.
Sementara itu, penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal JAMA Network Open pada Minggu (1/4), menjelaskan berjalan kaki 8.000 langkah atau sekitar 6,4 kilometer minimal sekali dalam seminggu dapat mengurangi risiko kematian dini. Sementara olahraga secara teratur diketahui menurunkan risiko kematian.
Ilmuwan juga melihat adanya manfaat kesehatan dari aktivitas berjalan secara intensif hanya beberapa hari dalam seminggu. Hal itu didasari oleh analisis data para peneliti dari Kyoto University dan University of California, Los Angeles, yang mengamati 3.100 orang dewasa di Amerika Serikat.
Mereka menemukan orang yang berjalan 8.000 langkah atau lebih, selama satu atau dua hari dalam seminggu memiliki kemungkinan 14,9% lebih kecil untuk meninggal selama periode 10 tahun dibandingkan mereka yang tidak pernah mencapai angka itu.
Baca juga: Persentase Kematian Leptospirosis di Indonesia lebih tinggi dari Covid-19
Sedangkan bagi orang-orang yang berjalan 8.000 langkah atau lebih, selama tiga sampai tujuh hari dalam seminggu, mengalami risiko 16,5% lebih kecil untuk meninggal. Penelitian ini juga menemukan manfaat kesehatan dari berjalan kaki itu lebih tinggi pada lansia 65 tahun ke atas.
“Jumlah hari per minggu, berjalan kaki 8.000 langkah atau lebih dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari semua penyebab kematian terkait kardiovaskular,” tulis Kosuke Inou dari Department of Social Epidemiology Graduate School of Medicine Kyoto University.
Untuk riset tersebut, para peneliti menggunakan hitungan langkah harian dari 3.100 peserta pada 2005 dan 2006 dan memeriksa data kematian mereka 10 tahun kemudian. Jumlah hari per minggu lalu berjalan kaki 8.000 langkah atau lebih dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dari semua penyebab kematian terkait kardiovaskular.
“Temuan ini menunjukkan individu dapat menerima manfaat kesehatan yang besar dengan berjalan kaki hanya beberapa hari dalam seminggu,” ungkap Inou.
Pada kondisi seperti sekarang, masyarakat sudah lebih modern, salah satu hambatan dalam berolahraga adalah kurang tersedianya waktu. Pada akhirnya, beberapa individu memilih memusatkan aktivitas fisik mereka ke dalam satu atau dua sesi per minggu, biasanya di akhir pekan.(M-4)
Ternyata, terdapat sebuah penelitian baru yang menunjukkan bahwa rajin berolahraga bisa membantu menutunkan tingkat depresi.
Studi baru menyoroti potensi risiko penggunaan rutin suplemen minyak ikan bagi kesehatan kardiovaskular.
Pemasangan ring di saluran pembuluh darah koroner tidak memiliki jaminan permasalahan akan selesai 100 persen.
Henti jantung dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, penyakit jantung koroner, dan abnormalitas lain pada jantung.
Kualitas udara yang buruk merupakan isu yang semakin mengkhawatirkan di berbagai kota besar di dunia terutama di Indonesia.
Studi menemukan bahwa konsumsi lebih banyak lemak dari tumbuhan atau sayuran dibandingkan lemak hewani memengaruhi lamanya hidup seseorang.
Sebuah analisis menemukan pola makan vegetarian, vegetarian lacto-ovo, atau vegan secara signifikan mengurangi risiko kematian dini akibat kanker, dan jantung.
Makanan olahan berbasis tanaman yang sering dianggap lebih sehat, ternyata bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian dini.
Beberapa penelitian menyebutkan kondisi suhu ekstrem bumi yang disebabkan oleh perubahan iklim meningkatkan potensi kematian pada bayi yang baru lahir.
Penelitian terbaru menunjukkan membatasi konsumsi kopi hanya di pagi hari dapat mengurangi risiko kematian dini dan penyakit jantung.
Studi terbaru temukan faktor lingkungan memiliki dampak lebih besar terhadap kesehatan dan risiko kematian dini dibandingkan faktor genetik.
Peneliti juga menekankan bahwa meskipun 10.000 langkah bukan angka ajaib, konsistensi dalam berjalan kaki (bahkan dengan target lebih rendah seperti 7.000–8.000 langkah)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved