Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada jurnal PLOS Medicine, Selasa (21/3) mengungkapkan semua jenis kontrasepsi hormonal berpotensi meningkatan risiko kanker payudara, termasuk pil progestogen yang kini semakin populer.
Para peneliti yang melakukan studi tersebut menekankan bahwa peningkatan risiko kanker payudara perlu ditimbang terhadap manfaat kontrasepsi hormonal, termasuk perlindungan yang mereka berikan terhadap bentuk lain dari kanker pada wanita.
Studi sebelumnya telah menetapkan peningkatan risiko kanker payudara dari kontrasepsi dua hormon, atau kombinasi, yang menggunakan estrogen dan progestogen. Penggunaan kontrasepsi progestogen telah meningkat selama lebih dari satu dekade, namun masih sedikit penelitian yang telah dilakukan tentang kaitannya dengan kanker payudara.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine ini menemukan bahwa risiko seorang wanita terkena kanker payudara hampir sama untuk kontrasepsi hormonal yang menggunakan estrogen dan progestogen dengan mereka yang hanya menggunakan progestogen.
Menurut penelitian ini, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal memiliki risiko 20% hingga 30% lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya.
Temuan ini serupa dengan yang dipublikasikan sebelumnya, termasuk dalam studi tahun 1996.
“Risikonya tetap sama terlepas dari metode pemberiannya - pil oral, IUD, implan atau injeksi - atau apakah itu pil kombinasi atau progestogen saja,” sebut para peneliti.
Mempertimbangkan bahwa kemungkinan kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia, penulis penelitian menghitung berapa banyak risiko kelebihan absolut yang terkait dengan kontrasepsi hormonal.
“Untuk wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal selama lima tahun antara usia 16 hingga 20 tahun, mewakili delapan kasus kanker payudara per 100 ribu. Sementara mereka yang berusia antara 35 dan 39 tahun, itu adalah 265 kasus per 100 Ribu.”
“Tidak seorang pun ingin mendengar bahwa sesuatu yang mereka konsumsi akan meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 25 persen, " kata Gillian Reeves, seorang profesor epidemiologi statistik di Universitas Oxford dan rekan penulis studi tersebut.
"Apa yang kita bicarakan di sini adalah peningkatan risiko absolut yang sangat kecil. Peningkatan risiko kanker payudara ini tentu saja harus dilihat dalam konteks apa yang kita ketahui tentang banyak manfaat dari penggunaan kontrasepsi hormonal," tambahnya.
“Tidak hanya dalam hal pengendalian kelahiran, tetapi juga karena kita tahu bahwa kontrasepsi oral sebenarnya memberikan perlindungan yang cukup besar dan jangka panjang dari kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker endometrium.”
Studi tersebut juga menegaskan, seperti yang lainnya, bahwa risiko kanker payudara menurun pada tahun-tahun setelah seorang wanita berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal.
Stephen Duffy, seorang profesor di Queen Mary University of London yang tidak mengambil bagian dalam penelitian tersebut, menggambarkan temuan tersebut sebagai "meyakinkan karena efeknya sederhana."
Studi tersebut melibatkan data dari hampir 10.000 wanita di bawah usia 50 tahun yang menderita kanker payudara antara tahun 1996 dan 2017 di Inggris Raya, di mana penggunaan kontrasepsi progestogen saja sekarang tersebar luas seperti metode kombinasi.
Reeves mengatakan ada beberapa penjelasan meningkatnya penggunaan kontrasepsi progestogen. Metode ini direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui, yang mungkin berisiko mengalami masalah kardiovaskular atau perokok di atas usia 35 tahun.
"Jadi mereka secara alami berisiko lebih tinggi terhadap kondisi lain yang risikonya meningkat dengan kontrasepsi kombinasi," kata Reeves. (AFP/M-3)
"Apa yang dikerjakan pemerintah hari ini adalah semangat keadilan dan membuka ruang juga untuk laki-laki dalam partisipasi (keluarga berencana),"
Penelitian ini memperkuat bukti bahwa kontrasepsi hormonal memiliki efek yang bervariasi terhadap kesehatan mental, tergantung pada kondisi individu.
Kebiri bertujuan menurunkan libido dan kemampuan reproduksi secara drastis dengan cara bedah, yaitu membuang testis atau buah zakar, dan cara kimia yaitu menyuntikkan hormon.
Ada dua jenis kontrasepsi kontrasepsi jangka panjang, yaitu IUD (Intra-Uterine Device) atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan implan.
Kontrasepsi adalah metode, obat, atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Perempuan dapat memilih dari berbagai jenis kontrasepsi.
Kondom telah menjadi bentuk kontrasepsi yang populer bagi pria karena kemanjurannya terhadap konsepsi dan infeksi menular seksual (IMS).
Penelitian terbaru membuka peluang bagi reproduksi manusia di luar angkasa, termasuk di Mars. Namun, lingkungan Mars yang memiliki tantangan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan pada penis dan skrotum.
Dalam dunia hewan, terdapat berbagai mekanisme reproduksi yang bervariasi tergantung pada spesiesnya. Dua di antaranya yang menarik perhatian adalah reproduksi vivipar dan ovovivipar.
Para peneliti Tiongkok telah menemukan fosil telur dinosaurus jenis baru di Provinsi Jiangxi, Tiongkok timur, dengan satu fosil berukuran panjang hanya 29 mm.
Apa saja penyakit yang dapat menimpa sistem reproduksi? Berikut pembahasan beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
Kali ini kita mempelajari organ-organ yang menyusun sistem reproduksi pada laki-laki. Berikut pemaparannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved