Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PARA ilmuwan mempertimbangkan kemungkinan manusia dapat bereproduksi di Mars. Sayangnya tantangan biologis dan lingkungan yang unik dari planet merah tersebut membuat hal ini menjadi topik yang kompleks.
Penelitian terbaru menunjukkan reproduksi manusia di Mars mungkin saja terjadi. Sebuah studi menemukan sperma dapat bertahan hingga 200 tahun dalam kondisi radiasi ruang angkasa, seperti yang diuji pada sperma tikus di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Eksperimen ini menunjukkan radiasi tidak merusak DNA secara signifikan, sehingga memungkinkan reproduksi manusia di luar angkasa.
Menurut Profesor Sayaka Wakayama dari Universitas Yamanashi, Jepang, hasil ini penting untuk memastikan keberlanjutan genetika manusia ketika menjelajahi planet lain.
Meskipun hasil penelitian tersebut menjanjikan, ada tantangan besar terkait reproduksi manusia di Mars:
Gravitasi Mars hanya 38% dari gravitasi Bumi. Penelitian menunjukkan lingkungan gravitasi rendah dapat memengaruhi perkembangan janin, termasuk sistem vestibular yang mengatur keseimbangan tubuh. Selain itu, studi pada ISS menunjukkan kelahiran mamalia dalam mikrogravitasi lebih sulit dan berisiko tinggi terhadap kelainan atau keguguran.
Mars tidak memiliki atmosfer pelindung seperti Bumi. Radiasi kosmik dapat menyebabkan kerusakan DNA pada embrio dan meningkatkan risiko cacat lahir serta komplikasi kesehatan lainnya.
Melahirkan di Mars akan membutuhkan fasilitas medis yang canggih dan tenaga ahli. Namun, keterbatasan sumber daya seperti obat-obatan dan peralatan medis dapat memperburuk risiko bagi ibu dan bayi. Selain itu, jarak antara Bumi dan Mars membuat bantuan medis darurat menjadi hampir mustahil dilakukan secara real-time.
Beberapa organisasi seperti Mars One mempertimbangkan kolonisasi Mars, termasuk kemungkinan reproduksi manusia di sana. Namun, mereka menyarankan untuk menghindari kehamilan selama misi karena risiko terhadap ibu, anak, dan kru lainnya. Bahkan ada usulan untuk melakukan sterilisasi sementara bagi astronaut guna mencegah kehamilan selama misi berlangsung.
Meskipun penelitian menunjukkan potensi reproduksi manusia di Mars, tantangan biologis dan lingkungan membuat proses kehamilan dan kelahiran menjadi sangat berisiko. Perlu pengembangan teknologi medis canggih serta solusi untuk mengatasi gravitasi rendah dan radiasi tinggi sebelum reproduksi manusia di Mars dapat terjadi dengan aman. (Business Insider/Space/National Library of Medicine/New Scientist/Z-2)
Liburan sekolah telah tiba, dan tak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat anak-anak menikmati waktu bebas mereka dengan penuh keceriaan.
NASA kembali mencatat tonggak sejarah eksplorasi Mars dengan mengabadikan momen langka: gunung berapi raksasa Arsia Mons yang menembus lautan awan pagi di planet merah
Melalui wahana Mars Odyssey yang diluncurkan pada tahun 2001, badan antariksa Amerika Serikat ini berhasil mengabadikan citra gunung berapi raksasa di Mars
Setelah bertahun-tahun dianggap jejak aliran air asin, misteri guratan gelap yang kerap muncul di lereng curam Mars akhirnya terkuak.
SpaceX tetap menargetkan misi ke Mars tahun 2026 menggunakan roket Starship versi terbaru.
Misi NASA InSight ungkap struktur dalam Mars—kerak tebal, mantel pasif, dan inti cair besar. Apakah Mars masih aktif secara geologis? Simak hasilnya di sini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved