Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PARA ilmuwan mempertimbangkan kemungkinan manusia dapat bereproduksi di Mars. Sayangnya tantangan biologis dan lingkungan yang unik dari planet merah tersebut membuat hal ini menjadi topik yang kompleks.
Penelitian terbaru menunjukkan reproduksi manusia di Mars mungkin saja terjadi. Sebuah studi menemukan sperma dapat bertahan hingga 200 tahun dalam kondisi radiasi ruang angkasa, seperti yang diuji pada sperma tikus di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Eksperimen ini menunjukkan radiasi tidak merusak DNA secara signifikan, sehingga memungkinkan reproduksi manusia di luar angkasa.
Menurut Profesor Sayaka Wakayama dari Universitas Yamanashi, Jepang, hasil ini penting untuk memastikan keberlanjutan genetika manusia ketika menjelajahi planet lain.
Meskipun hasil penelitian tersebut menjanjikan, ada tantangan besar terkait reproduksi manusia di Mars:
Gravitasi Mars hanya 38% dari gravitasi Bumi. Penelitian menunjukkan lingkungan gravitasi rendah dapat memengaruhi perkembangan janin, termasuk sistem vestibular yang mengatur keseimbangan tubuh. Selain itu, studi pada ISS menunjukkan kelahiran mamalia dalam mikrogravitasi lebih sulit dan berisiko tinggi terhadap kelainan atau keguguran.
Mars tidak memiliki atmosfer pelindung seperti Bumi. Radiasi kosmik dapat menyebabkan kerusakan DNA pada embrio dan meningkatkan risiko cacat lahir serta komplikasi kesehatan lainnya.
Melahirkan di Mars akan membutuhkan fasilitas medis yang canggih dan tenaga ahli. Namun, keterbatasan sumber daya seperti obat-obatan dan peralatan medis dapat memperburuk risiko bagi ibu dan bayi. Selain itu, jarak antara Bumi dan Mars membuat bantuan medis darurat menjadi hampir mustahil dilakukan secara real-time.
Beberapa organisasi seperti Mars One mempertimbangkan kolonisasi Mars, termasuk kemungkinan reproduksi manusia di sana. Namun, mereka menyarankan untuk menghindari kehamilan selama misi karena risiko terhadap ibu, anak, dan kru lainnya. Bahkan ada usulan untuk melakukan sterilisasi sementara bagi astronaut guna mencegah kehamilan selama misi berlangsung.
Meskipun penelitian menunjukkan potensi reproduksi manusia di Mars, tantangan biologis dan lingkungan membuat proses kehamilan dan kelahiran menjadi sangat berisiko. Perlu pengembangan teknologi medis canggih serta solusi untuk mengatasi gravitasi rendah dan radiasi tinggi sebelum reproduksi manusia di Mars dapat terjadi dengan aman. (Business Insider/Space/National Library of Medicine/New Scientist/Z-2)
Mars tidak selalu kering dan tandus seperti sekarang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa miliaran tahun lalu, planet merah ini pernah mengalami hujan deras bahkan salju.
Para peneliti menemukan lebih dari 15.000 km aliran sungai kuno di Mars, menunjukkan Planet Merah pernah hangat dan basah akibat hujan.
Foto terkini dari ESA menampilkan permukaan Mars dalam semburat kuning, jingga, dan coklat.
Sebuah studi menemukan lapisan tanah liat tebal dan kaya mineral di permukaan Mars.
Liburan sekolah telah tiba, dan tak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat anak-anak menikmati waktu bebas mereka dengan penuh keceriaan.
NASA kembali mencatat tonggak sejarah eksplorasi Mars dengan mengabadikan momen langka: gunung berapi raksasa Arsia Mons yang menembus lautan awan pagi di planet merah
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved