Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
LAPISAN tanah liat tebal dan kaya mineral yang ditemukan di permukaan Mars. Temuan ini mengindikasikan planet merah ini kemungkinan pernah memiliki lingkungan yang mendukung kehidupan selama jutaan tahun di masa lalu, menurut studi terbaru.
Tanah liat hanya bisa terbentuk dengan kehadiran air cair. Lapisan yang ditemukan di Mars ini memiliki ketebalan ratusan meter dan diperkirakan terbentuk sekitar 3,7 miliar tahun lalu, pada masa ketika Mars memiliki iklim yang lebih hangat dan lembap dibandingkan saat ini.
"Daerah-daerah ini mengandung banyak air, tapi tidak mengalami banyak pengangkatan topografi, sehingga sangat stabil," ujar Rhianna Moore, penulis studi sekaligus peneliti pascadoktoral di Jackson School of Geosciences, Universitas Texas.
Stabilitas ini, kata Moore, sangat penting karena memungkinkan kondisi layak huni bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Lingkungan yang tenang secara geologis memberi kesempatan bagi bahan-bahan organik atau mikroorganisme untuk berkembang.
Di Bumi, lapisan tanah liat tebal biasanya ditemukan di daerah dengan iklim lembap dan erosi fisik minimal, seperti dijelaskan Tim Goudge, rekan penulis studi dan profesor geosains di Universitas Texas.
Namun di Mars, iklim dan kondisi geologisnya berbeda drastis, sehingga para ilmuwan belum sepenuhnya memahami bagaimana lapisan tanah liat bisa terbentuk dan bertahan selama miliaran tahun.
Dengan menggunakan data dari Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA, tim peneliti meneliti 150 deposit tanah liat di Mars. Mereka mencermati bentuk, lokasi, dan kedekatannya dengan fitur geologis seperti danau atau sungai purba.
Hasil analisis menunjukkan sebagian besar tanah liat ditemukan di wilayah dataran rendah, dekat dengan bekas danau, tapi jauh dari lembah yang dulunya dilalui arus air kuat. Ini menunjukkan proses pelapukan kimia lebih dominan dibandingkan erosi fisik — kondisi ideal untuk pembentukan dan pelestarian tanah liat.
“Lapisan tanah liat ini umumnya terbentuk di daerah yang lebih dekat dengan badan air tenang dan jauh dari aktivitas sungai,” tulis tim peneliti dalam jurnal Nature Astronomy yang terbit 16 Juni.
Penemuan ini juga memberi petunjuk penting soal komposisi atmosfer Mars di masa lalu. Tidak seperti Bumi, Mars tidak memiliki aktivitas tektonik yang bisa mengekspos batuan baru untuk bereaksi dengan karbon dioksida dan membentuk karbonat seperti batu kapur. Akibatnya, CO? dari aktivitas vulkanik masa lalu tetap berada di atmosfer lebih lama, menciptakan iklim yang lebih hangat dan mendukung terbentuknya tanah liat.
Para peneliti juga berspekulasi tanah liat itu mungkin berperan dalam menyerap air dan ion-ion kimia, mencegah pembentukan karbonat, yang menjelaskan mengapa jumlah karbonat di Mars jauh lebih sedikit dari prediksi ilmiah.
"[Tanah liat] kemungkinan jadi salah satu faktor penyebab kurangnya karbonat yang diperkirakan ada di Mars," ujar Moore.
Penemuan ini memperkuat teori, Mars pernah menjadi tempat yang ramah bagi kehidupan. Dengan memahami di mana dan bagaimana tanah liat terbentuk, para ilmuwan bisa memetakan lokasi-lokasi terbaik untuk mencari jejak biologis atau fosil mikroba di masa depan.
Kini, semua mata tertuju pada misi eksplorasi lanjutan yang mungkin suatu hari akan membawa sampel tanah liat Mars kembali ke Bumi untuk dianalisis lebih lanjut — membuka kemungkinan terbesar kita untuk mengetahui apakah Mars pernah benar-benar dihuni. (Space/Z-2)
Liburan sekolah telah tiba, dan tak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat anak-anak menikmati waktu bebas mereka dengan penuh keceriaan.
NASA kembali mencatat tonggak sejarah eksplorasi Mars dengan mengabadikan momen langka: gunung berapi raksasa Arsia Mons yang menembus lautan awan pagi di planet merah
Melalui wahana Mars Odyssey yang diluncurkan pada tahun 2001, badan antariksa Amerika Serikat ini berhasil mengabadikan citra gunung berapi raksasa di Mars
Setelah bertahun-tahun dianggap jejak aliran air asin, misteri guratan gelap yang kerap muncul di lereng curam Mars akhirnya terkuak.
SpaceX tetap menargetkan misi ke Mars tahun 2026 menggunakan roket Starship versi terbaru.
Hasil aktivitas biologis yang dilakukan hewan, jamur, dan mikroorganisme memengaruhi kesuburan, tekstur, dan kegemburan tanah. Berikut uraian tentang beberapa peran organisme tanah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved