Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Ancaman sampah tidak hanya terjadi di permukaan Bumi. Sampah luar angkasa juga menjadi hal yang serius yang banyak dikaji para ilmuwan dan astronom untuk segera ditangani karena dapat mengancam satelit aktif. Jika tidak diatasi serius, sampah luar angkasa ini juga akan semakin bertambah dan sehingga makin sulit ditangani.
Dilansir dari Science ABC pada Selasa (14/2), awal mula adanya sampah luar angkasa terjadi pada tahun 1950 sejak dimulainya era antariksa. Sejak saat itu, lebih dari 13.630 satelit telah ditempatkan di orbit, sementara sekitar 8850 di antaranya tetap berada di luar angkasa yang berpotensi menjadi sampah. Sementara hanya sebagian kecil, sekitar 6700 yang tetap beroperasi.
Kondisi ini mengakibatkan ribuan satelit mati yang masih mengorbit planet Bumi dengan puing-puing roket yang telah diluncurkan selama bertahun-tahun itu secara kolektif dikenal sebagai puing-puing luar angkasa atau sampah luar angkasa.
Menurut NASA, ratusan ribu objek yang tidak dapat dilacak di orbit di sekitar planet kita membahayakan satelit yang berfungsi dan bahkan astronaut. Semakin banyak objek yang berpotensi menjadi sampah luar angkasa yang bertabrakan satu sama lain, orbit Bumi akan semakin sulit dinavigasi.
Aktivitas peluncuran satelit menuju orbit Bumi dengan kecepatan tinggi hingga mencapai beberapa kilometer per detik. Jika suatu objek bergerak dengan kecepatan yang ekstrem itu menabrak benda lain di wilayah orbit, kondisi tersebut bisa menimbulkan puluhan ribu pecahan puing yang mencemari ruang angkasa dan berpotensi menjadi bencana besar.
Sebelum mencari cara untuk membersihkan sampah antariksa tersebut, cara yang lebih baik adalah memahami bagaimana meminimalkan proses peluncuran dan mencari cara yang efisien untuk menghasilkan lebih sedikit puing. Tentunya, hal ini membutuhkan perencanaan yang matang pada tahap awal misi karena ini bukan hal yang mudah dan para astronaut perlu merencanakan implementasi yang ekstensif.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan semua organisasi diharuskan untuk menghapus satelit dari orbit dalam waktu 25 tahun setelah misinya berakhir. Mengurangi jumlah waktu satelit tetap berada di luar angkasa dapat secara drastis mengurangi kemungkinan tabrakan
Sementara itu, untuk membersihkan limbah luar angkasa, dibutuhkan proses daur ulang sampah luar angkasa yang berasal di lintasan orbit dengan ketinggian yang jauh dari orbit fungsional. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki, memanfaatkan, dan mendaur ulang satelit di sebuah fasilitas di orbit Bumi. Misalnya berbagai puing satelit itu bisa digunakan untuk membangun wahana antariksa atau pos misi di masa depan. Selain itu, penggunaan laser bertenaga tinggi juga dapat digunakan runtuk menembakkan jet plasma ke puing-puing atau sampah luar angkasa dari Bumi. Hal ini dimaksudkan dalam rangka memperlambat dan membiarkannya masuk kembali lalu terbakar di atmosfer.
Penggunaan teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk mengurai permasalahan limbah ruang angsa dengan mengirim kendaraan listrik seperti Electrodynamic Debris Eliminator (EDDE) yaitu teknologi Electric Vehicle luar angkasa dengan 200 jaring raksasa yang ringan untuk mengambil sampah luar angkasa. (M-3)
Dengan banyaknya sampah di dunia maya maupun di dunia nyata Media Indonesia berkolaborasi dengan Trash Ranger Indonesia
Salah satu aksi atasi sampah dilakukan sekelompok anak muda yang tergabung dalam Trash Ranger Indonesia.
PT Pertamina International Shipping menjaga ekosistem laut di Kepulauan Seribu dengan melakukan aksi transplantasi terumbu karang dan pembersihan sampah di area tersebut.
Aksi Kolaboratif ini diisi berbagai rangkaian acara, mulai bersih-bersih pantai, penanaman cemara laut, talkshow lingkungan, serta edukasi untuk masyarakat dan pelajar.
Enviu Zero Waste telah membangun sekitar 9 solusi dan startup, termasuk Alner, yang menyediakan sistem guna ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sampo, dan detergen.
Masyarakat di sekitar wilayah jaringan diajak aktif peduli lingkungan melalui program tukar sampah dengan internet.
a mengungkapkan khusus untuk sampah plastik masih menjadi permasalahan di desanya karena belum mampu untuk diolah.
PEMERINTAH menargetkan pengentasan masalah sampah di Indonesia selesai 100 persen pada 2029 mendatang. Lebih 60 persen sampah di Indonesia belum terkelola dan dibuang sembarangan.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membentuk Satgas Pengelolaan Sampah untuk mempercepat solusi darurat sampah dan mendukung target Indonesia bebas sampah 2029
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved