Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Blood and Honey, Ketika Winnie the Pooh Berubah menjadi Pembunuh

Adiyanto
10/2/2023 11:25
Blood and Honey, Ketika Winnie the Pooh Berubah menjadi Pembunuh
Ilustrasi: Seorang anak memegang boneka Winnie the Pooh(Nikolay DOYCHINOV / AFP)

Masyarakat selama ini mengenalnya sebagai beruang yang lucu, tetapi perangai Winnie the Pooh kini telah berubah mengerikan sebagai penjahat bersenjatakan pisau yang berlumuran darah. Ini bukan lelucon.  Karakter beruang mungil yang kerap berwujud boneka untuk anak-anak itu, akan muncul mulai pekan depan di seluruh biskop di Amerika Serikat, lewat film Winnie-the-Pooh: Blood and Honey.

Perubahan karakter Winnie the Pooh ini dimungkinkan lantaran hak ciptanya dianggap telah berakhir. Buku "Winnie-the-Pooh" pertama terbit pada tahun 1926. Namun, ada peringatan, terutama jika karakter berkembang seiring waktu. Ciri khas yang ditambahkan ke Pooh di buku atau film Disney selanjutnya, seperti baju merahnya atau kegemarannya bermain Poohsticks, belum masuk ke domain publik. Demikian pula, teman Pooh, Tigger, tidak muncul sampai buku selanjutnya, sehingga tidak dapat muncul di "Blood and Honey".

Inilah yang menjadi kontroversi. Studio indie Inggris kecil milik Rhys Frake-Waterfield yang juga seorang sutradara, tampaknya memanfaatkan kesempatan itu.  Film "Blood and Honey", dibukan dengan sosok Pooh dan sahabatnya Piglet seukuran manusia yang seram, melayang dan mengancam seorang wanita muda yang sedang bersantai di bak mandi air panas. Film ini dengan cepat menjadi viral tahun lalu. Sekarang film yang dibuat dengan anggaran kurang dari US$250 ribu itu,  segera dirilis secara global.

Diancam dibunuh

Selain petisi untuk menghentikan film Winnie-the-Pooh: Blood and Honey, sutradara berusia 31 tahun itu juga mengaku mendapat ancaman pembunuhan. “Saya diancam dibunuh. Ada orang yang mengatakan mereka juga telah menelepon polisi," katanya kepada AFP.

Untuk diketahui, di AS hak cipta digunakan untuk mencegah penyalinan karya kreatif tanpa izin, misalnya buku, film, dan karakter. Mereka kedaluwarsa setelah waktu yang ditentukan (biasanya 95 tahun). Merek dagang menjaga keaslian suatu karya, mencegah orang lain membuat produk yang dapat menyesatkan konsumen sehingga mengira produk tersebut berasal dari pembuat aslinya. Hak cipta ini dapat diperbarui tanpa batas waktu.

"Anda tidak dapat menyarankan bahwa entah bagaimana itu disponsori oleh atau berafiliasi atau terkait dengan Disney dengan cara apa pun, karena Disney masih memiliki perlindungan merek dagang yang kuat," kata pengacara hak cipta Aaron J. Moss, seperti dilandir AFP, Jumat (10/2).

Film ini sudah tayang di Meksiko dan telah menghasilkan hampir US$1 juta dalam dua minggu pertama penayangannya. Beberapa analis industri memperkirakan film ini akan menjadi salah satu film paling menguntungkan sepanjang masa.

Frake-Waterfield awalnya berharap filmnya dapat diputar di teater mini di area tertentu. Dia sekarang yakin itu bisa menjadi box office setelah "Paranormal Activity," film dengan biaya US$15 ribu yang menghasilkan hampir US$ 1 miliar lebih pada satu dekade lalu. "Saya benar-benar percaya. Orang lain mungkin tidak ... dan sekarang semuanya baik-baik saja," candanya.

Frake-Waterfield mengatakan tidak pernah ada keinginan untuk mendekati pihak Disney untuk membahas secara hukum. "Ini benar-benar kebalikannya. Saya ingin pergi sejauh mungkin dari mereka," katanya. "Aku ingin Winnie the Pooh menjadi besar, mengancam, menakutkan, dan mengintimidasi orang. Aku tidak ingin dia menjadi kecil dan suka diemong dan imut,"  tegasnya.

Dalam film tersebut, Pooh dan Piglet dibiarkan menjadi sosok pemarah setelah ditinggalkan pemiliknya. Seorang reporter AFP pada pemutaran di Mexico City minggu ini mengatakan, banyak penonton meninggalkan teater dengan kecewa. Jonathan Ortiz, 32, salah seorang penonton mengatakan film itu sangat buruk. Tapi, baik plot maupun tanggapan kritis, sepertinya tidak terlalu berarti. Hype seputar film ini begitu besar sehingga Frake-Waterfield sudah menyiapkan sekuelnya, serta film horor berdasarkan buku "Bambi" dan "Peter Pan".  (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya