Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Setelah dua tahun bersafari, kini bioskop alternatif di bawah naungan Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Kineforum, punya rumahnya lagi. Dengan kapasitas lebih besar.
Setidaknya, sejak awal 2020, pemutaran film yang dilakukan Kineforum tidak lagi ngendon di gedung kecil yang nyempil di belakang Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Layar Kineforum berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Mulai dari Fotkop di Cipete, Paviliun 28 saat masih di Petogogan, hingga beralih ke virtual.
Musababnya adalah proyek revitalisasi Pusat Kebudayaan Jakarta (PKJ) TIM. Proyek itu merombak hampir seluruh wajah TIM. Kineforum termasuk di dalamnya.
Namun, kini, setelah hidup nomad hampir dua tahun, bioskop alternatif itu bisa menghela napas. Ruang mereka kembali seiring dibukanya TIM versi transformasi.
Kini, Kineforum menempati gedung Planetarium, di lantai empat. Dulu nyempil di belakang, kini dimajukan letaknya. Ruangnya pun mampu mengakomodasi publik lebih banyak.
Saat masih di belakang Galeri Cipta III, maksimal cuma menampung 45 kursi. Sekarang, dengan dua studio, Teater Sjuman Djaya dan Teater Asrul Sani, Kineforum bisa menampung 140 penonton. Tentu ini jadi hal menggembirakan bagi keberlangsungan layar-layar alternatif di luar jaringan bioskop komersial.
Sejak kemunculannya pada medio 2006, Kineforum menjadi ruang distribusi pengetahuan, sekaligus tempat bagi film-film yang kurang mendapat akses di layar besar.
“Kapasitas yang lebih besar saat ini, tentu akan lebih bisa membuka ruang percakapan yang lebih banyak. Dan bisa berkontribusi bagi ekosistem perfilman Indonesia. Bukan saja ruang putar fisik, tetapi dengan program-program yang disusun Kineforum, juga menjadi ruang bertemunya lintas disiplin dan latar belakang,” kata Ketua Komite Film DKJ Ekky Imanjaya kepada Media Indonesia saat dijumpai seusai pemutaran film Usia 18 karya Teguh Karya dalam rangkaian pembukaan kembali Kineforum, Jumat, (23/9).
Untuk merayakan pembukaannya, sepanjang akhir pekan lalu, bioskop tersebut menyuguhkan program Generasional. Mereka memutarkan film-film panjang klasik (Usia 18, Suci Sang Primadona), film dokumenter panjang (Invisible Hopes), dan film-film pendek (Lika Liku Laki, Kisah Cinta dari Barat, Laut Memanggilku, serta Boncengan).
“Program ini ingin melihat situasi sekarang. Sepertinya kita adalah generasi yang harus siap menghadapi apa pun ke depannya. Berangkat dari kegelisahan pribadi, dengan melihat berbagai macam situasi seperti krisis iklim, generasi sandwich, dan lain-lainnya,” kata koordinator program Kineforum DKJ, Ifan Ismail.
Ia menambahkan, dengan rumah permanen mereka saat ini, Kineforum bisa meneruskan program-program yang sudah ada berkolaborasi dengan lebih banyak pihak, dan proyeksi untuk memiliki program besar tahunan.
Namun, untuk mewujudkan itu, Kineforum juga masih harus merapikan tata kelolanya. Secara gedung, kepemilikan ada di tangan Jakpro, meski kurasi program dikembalikan ke Komite Film DKJ. Tapi, agar jalannya lebih mulus, perlu ada sistematika yang dirancang menjadi lebih sederhana.
Belum lagi skema pendanaan yang juga berubah. Dulu, Kineforum dimotori dana hibah. Artinya, pertanggungjawaban sesuai hibah yang diberikan. Kini, pendanaan akan berasal dari APBD Pemprov DKI sehingga prosedurnya bisa jadi lebih kompleks.
“Dulu hibah. Sehingga dana yang turun, bisa kami kelola lalu dilaporkan sesuai penggunaannya. Sekarang, karena APBD, jadi lebih ketat. Harus mengajukan dulu, acara dan programnya seperti apa, baru turun (dananya),” sambung Ifan.
Satu yang mutlak, Kineforum masih ingin tetap menjadi tempat memproduksi pengetahuan. Bukan saja soal belajar sinema, tetapi juga belajar melalui sinema. Seperti menghadirkan program-program kajian dan diskusi tentang isu tertentu, kemudian film bisa menjadi referensi dan jembatan isunya. (Jek/M-2)
Film Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut diadaptasi dari cerita original Kampung Jabang Mayit, yang ditulis oleh Qwertyping (Teguh Faluvie) yang menjadi sebuah thread viral pada 2022.
Film yang akan ditayangkan di bioskop mulai 24 Juli 2025 itu diangkat dari kisah nyata yang dituangkan dalam buku biografi berjudul Believe - Faith, Dream, and Courage.
Di musim kedua Dandadan, Momo dan Okarun serta Nenek Turbo akan bertarung melawan Yokai yang kuat, yakni Evil Eye.
Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal menceritakan perjalanan cinta yang kompleks, mulai dari ghosting sampai toxic relationship.
Film Warkop DKI Kartun adalah cara efektif untuk memperkenalkan Warkop kepada anak-anak, sekaligus menggiatkan industri animasi di tanah air.
Lorong Kost bercerita tentang Tika, yang terpaksa tinggal di kos-kosan murah demi bertahan hidup tetapi harus menghadapi teror setelah salah satu penghuni kos ditemukan tewas bunuh diri.
Teater musikal tari bertajuk "TARIAKAN" bakal digelar pada 1–3 Mei 2025 di panggung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
CINE-Concert Samsara karya Garin Nugroho tampil selama tiga hari di Graha Bhakti Budaya (GBB) Taman Ismail Marzuki, Jakarta selama tiga hari
Dalam memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2024, Kementerian Sosial (Kemensos) membuka berbagai layanan kesehatan gratis bagi penyandang disabilitas.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
BPJS Ketenagakerjaan Jakarta Grogol hadir acara Hari Ulang Tahun Taman Ismail Marzuki (HUT TIM) ke-56, di Graha Bhakti Budaya TIM, Jakarta
Diharapkan masyarakat Jakarta dan para seniman juga dapat menikmati fasilitas yang lebih baik, nyaman dan berstandar internasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved