Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Saturnus kerap disebut sebagai planet bercincin. Ditemukan pertama kali oleh Galileo 400 tahun yang lalu, cincin Saturnus adalah hal yang paling mencolok yang dapat dilihat oleh para astronom dengan teleskop kecil di tata surya kita. Namun, bahkan hingga hari ini, para ahli tidak dapat menyepakati bagaimana atau kapan cincin itu terbentuk.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal bergengsi Science, pada Kamis (15/9), bertitik-tolak untuk memberikan jawaban yang meyakinkan tentang itu.
Para peneliti menyebut antara 100-200 juta tahun yang lalu, bulan es yang mereka beri nama Chrysalis pecah setelah terlalu dekat dengan gas raksasa tersebut. Sementara sebagian besar berdampak pada Saturnus, fragmen yang tersisa pecah menjadi potongan es kecil yang membentuk cincin yang mengelilingi planet tersebut.
"Menyenangkan menemukan penjelasan yang masuk akal," kata Jack Wisdom, profesor ilmu planet di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan penulis utama studi baru tersebut, kepada AFP.
Saturnus, planet keenam dari Matahari, terbentuk empat setengah miliar tahun yang lalu, pada awal tata surya. Tetapi beberapa dekade yang lalu, para ilmuwan menyatakan bahwa cincin Saturnus muncul jauh kemudian, yakni ‘hanya’ sekitar 100 juta tahun yang lalu.
Hipotesis tersebut diperkuat oleh pengamatan yang dilakukan oleh wahana Cassini, yang mengorbit Saturnus dari tahun 2004 hingga 2017.
"Tetapi karena tidak ada yang bisa memikirkan cara untuk membuat cincin 100 juta tahun yang lalu, beberapa orang mempertanyakan alasan yang menyebabkan pengurangan tahun itu," kata Wisdom.
Dengan membangun model matematika yang kompleks, Wisdom dan rekan menemukan penjelasan yang membenarkan rentang waktu itu, dan memungkinkan mereka untuk lebih memahami karakteristik lain dari planet ini, yakni kemiringannya.
Saturnus memiliki kemiringan 26,7 derajat. Sebagai planet yang dipenuhi gas raksasa, diharapkan proses akumulasi materi yang mengarah pada pembentukannya akan mencegah kemiringan.
Interaksi gravitasi
Para ilmuwan baru-baru ini juga menemukan bahwa Titan, satelit terbesar dari 83 bulan Saturnus, bermigrasi menjauh dari planet ini, dengan kecepatan 11 sentimeter per tahun.
Hal ini mengubah tingkat di mana sumbu kemiringan Saturnus berputar di sekitar vertikal, istilah teknisnya adalah "presesi." Presesi adalah gerakan lambat sumbu benda yang berputar di sekitar sumbu lain karena torsi (seperti pengaruh gravitasi) yang bekerja untuk mengubah arah sumbu pertama.
Sekitar satu miliar tahun yang lalu, frekuensi goyangan ini sinkron dengan orbit goyah Neptunus, menciptakan interaksi gravitasi kuat yang disebut "resonansi."
Para ilmuwan berpendapat untuk mempertahankan kunci ini, saat Titan terus bergerak keluar, Saturnus harus miring. Tapi penjelasan itu bergantung pada bagaimana massa didistribusikan di bagian dalam planet, karena kemiringan akan berperilaku berbeda jika lebih terkonsentrasi di permukaan atau intinya.
Dalam studi baru, Wisdom dan rekan memodelkan interior planet menggunakan data gravitasi yang dikumpulkan oleh Cassini selama mendekati "Grand Finale," tindakan terakhirnya sebelum memasuki ke kedalaman Saturnus.
Model yang mereka hasilkan menemukan Saturnus sekarang sedikit tidak sinkron dengan Neptunus.
"Pecahan Chrysalis (bulan yang terdiri lapisan es dekat Saturnus) itu ditarik menjadi beberapa bagian dan potongan-potongan itu kemudian semakin terpisah, dan secara bertahap berguling ke dalam cincin."
Wisdom dan timnya menyamakan munculnya cincin Saturnus dengan kupu-kupu yang muncul dari kepompong. Mereka berpikir Chrysalis sedikit lebih kecil dari bulan yang dekat dengan Bumi, dan seukuran satelit Saturnus lainnya, Iapetus, yang seluruhnya terbuat dari es air.
"Jadi masuk akal untuk berhipotesis bahwa cincin itu juga terbuat dari air es, dan itulah yang dibutuhkan untuk membuat cincin, karena cincin itu terbentuk dari air murni.”
Saat ditanya apakah dia merasa misteri cincin Saturnus terpecahkan, Wisdom menjawab dengan tenang, "Kami telah memberikan kontribusi awal yang baik. Sistem satelit Saturnus masih menyimpan berbagai misteri." (M-4)
Sinyal radio tak biasa yang muncul dari bawah es Antartika tengah membingungkan para ilmuwan fisika partikel. Temuan ini berasal dari pengamatan Antarctic Impulsive Transient Antenna (ANITA)
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Luar angkasa masih terlihat gelap, padahal ada miliaran bintang yang bersinar. Simak penjelasan ilmiahnya berikut.
LUAR angkasa menjadi salah satu simbol imajinasi yang tanpa batas sekaligus mengajak kita untuk bermimpi lebih tinggi.
Katy Perry mengungkapkan penerbangannya ke luar angkasa bersama Blue Origin pada 14 April 2025 telah menjadi pengalaman yang sangat emosional dan transformatif.
Setelah kembali dari misi luar angkasa bersejarah bersama kru perempuan pertama Blue Origin, Gayle King dan Lauren Sánchez buka suara menanggapi kritik.
Strawberry Moon mungkin salah satu fenomena bulan yang paling populer, tapi tahukah kamu bahwa ada banyak fenomena bulan lainnya selain Strawberry Moon yang terjadi sepanjang tahun
Di pusat galaksi ini, terdapat lubang hitam supermasif yang tak hanya mengonsumsi materi, tetapi juga melemparkan angin gas dengan kecepatan tinggi
Jelajahi keindahan tersembunyi Matahari! Temukan lapisan-lapisannya yang menakjubkan, dari fotosfer hingga korona, dan ungkap misteri energi dahsyatnya.
Awan Oort, cangkang luas yang terdiri dari benda-benda es di tepi tata surya, mungkin memiliki sepasang lengan spiral yang membuatnya menyerupai galaksi miniatur
Pada Jumat, 28 Februari 2025, esok hari dunia akan menyaksikan fenomena astronomi langka yang dikenal sebagai parade planet.
Sejak 2021, pemerintah dan ormas Islam di Indonesia telah memperbarui kriteria penentuan hilal, yakni tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved