Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Terpanas di Dunia, Suhu Ekstrem di Kuwait Bisa Mencapai 53 Derajat Celsius

Devi Harahap
24/3/2022 06:55
Terpanas di Dunia, Suhu Ekstrem di Kuwait Bisa Mencapai 53 Derajat Celsius
Suasana di Salah Satu Kota di Kuwait(unsplash/Brett Jordan)

Cuaca ekstrem terjadi pada musim panas tahun lalu di Kuwait membuat sejumlah burung mati dan jatuh dari langit. Kuda laut seperti direbus sampai mati di teluk dan kerang pun mati melapisi bebatuan, cangkangnya terbuka seperti dikukus.

Suhu di Kuwait bisa mencapai 53,2 derajat celcius, menjadikannya salah satu tempat terpanas di bumi. Perubahan iklim yang ekstrem menghadirkan bahaya eksistensial di seluruh dunia, rekor gelombang panas yang membakar Kuwait setiap tahun telah berkembang sangat parah sehingga banyak orang semakin tidak tahan.

Pada akhir abad ini, para ilmuwan mengatakan berada di luar ruangan dapat mengancam jiwa warga Kuwait. Sebuah studi baru-baru ini juga mengaitkan 67% kematian terkait panas di ibu kota Kuwait berkaitan dengan perubahan iklim.

Sementara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar energi terbarukan yang tumbuh cepat, untuk saat ini Kuwait masih menggunakan bahan bakar minyak. Lapisan polusi padat menyelimuti jalan-jalan, limbah mengalir ke teluk yang mengepul, bangkai ikan yang hanyut ke pantai menghasilkan bau busuk. Hal ini digambarkan oleh para aktivis sebagai manifestasi tajam dari politik negara.

"Ketika berjalan di tepi teluk, terkadang Anda ingin muntah. Para perusak lingkungan menang, dan saya berkecil hati setiap hari," kata advokat lingkungan Kuwait, Bashar Al Huneidi.

Meskipun perdana menteri Kuwait menawarkan janji bertahun-tahun untuk mengurangi emisi sebesar 7,4% pada 2035, kenyataannya Kuwait tetap menjadi salah satu produsen dan pengekspor minyak utama di dunia.

“Kami sangat terancam, responnya sangat tidak terlihat sehingga tidak masuk akal.” Kata konsultan lingkungan Samia Alduaij.

Dilansir dari NBCNews, Kuwait yang memiliki jumlah penduduk 4,3 juta selalu sulit dalam memutuskan aturan terkait emisi karena para pembuat kebijakan mendapat pemasukan dari industri yang sama dan mendapat tekanan dari kaum populis di parlemen.

“Pemerintah memiliki uang, informasi, dan tenaga untuk membuat perbedaan, tapi mereka tidak perduli dengan masalah lingkungan.” kata anggota parlemen dan direktur komite lingkungan, Hamad Al-Matar.

Menurut data World Resources Institute, Kuwait terus menggunakan bahan bakar fosil untuk listrik dan menempati urutan teratas penghasil karbon global per kapita,. Program panel surya pun tidak berjalan dengan baik di luar pinggiran kota Jahra. (M-4)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya