Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Awas, Ada Risiko di Spray Antiembun Kaca Mata

Nike Amelia Sari
10/1/2022 07:45
Awas, Ada Risiko di Spray Antiembun Kaca Mata
Semprotan antiembun(antifogging) kaca mata ternyata menyimpan risiko.(123RF/Zynkevych)

Banyak orang yang sering menggunakan semprotan dan lap kacamata untuk membersihkan kacamata yang berembun. Tetapi, Anda harus berhati-hati karena berdasarkan sebuah studi, ditemukan bahwa semprotan penghilang kabut dan kain lap kacamata ini bisa menyebabkan orang terpapar bahan kimia penyebab kanker.

Semprotan dan kain antikabut untuk membantu menghentikan kacamata agar tidak beruap saat mengenakan masker wajah dapat membuat pengguna terpapar karsinogen. Itulah peringatan dari para ahli yang dipimpin Universitas Duke, yang menemukan perawatan ini mungkin mengandung zat alkil per dan polifluorinasi penyebab kanker (PFAS).

Tim melakukan empat semprotan dan lima kain antikabut, yang semuanya telah menempati peringkat teratas di Amazon. Secara khusus, analisis kimia menemukan bahwa kesembilan produk mengandung alkohol fluorotelomer (FTOH) dan fluorotelomer etoksilat (FTEO).

Ini adalah dua jenis PFAS yang hingga kini sebagian besar di bawah radar, yang berarti bahwa para ilmuwan tidak yakin apa dampak kesehatan yang mungkin mereka bawa. Namun, penelitian menunjukkan bahwa setelah dihirup atau diserap melalui kulit, FTOH dapat terurai dengan baik di dalam tubuh menjadi bentuk PFAS lain yang berumur panjang dan beracun.

Itu mungkin termasuk asam perfluorooctanoic (PFOA) yang bersama dengan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS) telah dikaitkan dengan gangguan seperti kanker. Studi ini dilakukan oleh ilmuwan lingkungan Nicholas Herkert dari Duke University di North Carolina dan rekan-rekannya.

"Pengujian kami menunjukkan semprotan mengandung hingga 20,7 miligram PFAS per mililiter larutan, yang merupakan konsentrasi yang cukup tinggi," kata Dr Herkert, seperti dikutip dari dailymail.co.uk, Rabu (5/1).

Ide untuk penelitian ini muncul setelah ahli kimia lingkungan Heather Stapleton, juga dari Duke University  meninjau daftar bahan pada botol semprotan anti-kabut yang telah dibeli peneliti untuk digunakan putrinya yang berusia 9 tahun.

Ironisnya, produk-produk semprotan tersebut diiklankan sebagai aman dan tidak beracun. "Sangat mengganggu saat memikirkan bahwa produk yang telah digunakan orang setiap hari untuk membantu menjaga diri mereka tetap aman selama pandemi mungkin membuat mereka menghadapi risiko yang berbeda," jelasnya.'

"Karena covid, lebih banyak orang dari sebelumnya, termasuk banyak profesional medis dan responden pertama lainnya menggunakan semprotan dan kain ini untuk menjaga kacamata mereka agar tidak berembun saat mereka memakai masker atau pelindung wajah," lanjut Profesor Stapleton. (DailyMail/M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya