Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Oloture, Kisah Muram tentang Perdagangan Perempuan Nigeria

Adiyanto
05/1/2021 10:30
Oloture, Kisah Muram tentang Perdagangan Perempuan Nigeria
Tobore Ovuorie, jurnalis yang menginvestigasi perdagangan perempuan di Nigeria. Kisahnya diangkat menjadi film Torture(PIUS UTOMI EKPEI / AFP)

TOBRORE Ovuorie sedih dan kecewa ketika seorang temannya pergi ke eropa dan kemudian meninggal. Sahabatnya itu ternyata menjadi korban perdagangan perempuan dan dikaryakan sebagai pekerja seks. Ovuorie yang bekerja sebagai reporter pun kemudian nekat menginvestigasi kasus tersebut dengan menyusup ke dalam lingkaran prostitusi di negaranya, Nigeria.

Kisah Ovuorie yang luar biasa itu kemudian diadaptasi menjadi film di Netflix berjudul, Oloture. Film ini menguak sisi gelap perdagangan seks di Nigeria. "Saya perlu berbuat untuk keadilan, untuk mengetahui kebenaran. Saya ingin mengetahui prosesnya, cerita latar belakang tentang wanita-wanita ini," kata Ovuorie kepada AFP, Senin (4/1).

Ovuorie mengatakan apa yang dia lihat dan alami selama penyelidikannya masih menghantuinya.  Dia mencoba menemui setiap perempuan yang jadi korban untuk menceritakan kisah mereka.

Dengan berdandan ala pelacur jalanan, perempuan berusia 39 tahun itu berusaha mendapatkan kepercayaan para pekerja seks tersebut. Ia kemudian dikenalkan dengan seorang muncikari.

Setelah delapan bulan bekerja menyamar pada 2013,  pada tahun berikutnya Ovuorie kemudian menuangkan laporan investigasinya di koran Nigeria Premium Times dan majalah investigasi Belanda, Zam Chronicles. Kisah yang menghebohkan ini kemudian menginspirasi sebuah perusahaan produksi di Nigeria untuk mengadaptasikannya menjadi film.

Dirilis pada Oktober di Netflix, film ini telah ditonton secara luas dan dipuji di negara asalnya, yang merupakan pasar terpadat di Afrika. "Kami harus memastikan film ini mampu dijangkau di tempat-tempat terpencil, sehingga wanita muda yang rentan untuk diperdagangkan ke Eropa, dapat melihatnya" kata Kenneth Gyang, sang sutradara.

Perdagangan seks tersebar luas di Nigeria, khususnya di bagian selatan Kota Benin, tempat bagi geng-geng kriminal menyelundupkan perempuan ke Eropa. Berapa banyak jumlah perempuan yang diperdagangkan tidak diketahui pasti. Tetapi, di Italia, pihak berwenang mengatakan antara 10.000 dan 30.000 perempuan Nigeria yang datang ke negeri itu, bekerja sebagai pelacur. Beberapa ribu lainnya terjebak di Libya atau negara Afrika lainnya.

Dalam film tersebut, seorang jurnalis bernama Oloture, yang berperan sebagai Ovuorie selama penyelidikannya, pergi ke negara tetangga. Dia kemudian dijanjikan sang muncikasi untuk diberangkatkan ke Eropa bersama sejumlah perempuan lainnya dengan imbalan hingga US$85.000.

Alih-alih menuju ke perbatasan, minibus yang mereka tumpangi berhenti di kamp pelatihan yang suram di pinggiran Lagos. Di sana, gadis-gadis itu diperlakukan kasar dan dibagi menjadi dua kelompok: pelacur "jalanan" dan pelacur "khusus" yang diperuntukkan bagi klien yang lebih kaya.

Di  film itu, karakter yang paling menonjol adalah Linda, seorang wanita muda tidak berpendidikan dari latar belakang pedesaan miskin, yang berteman dengan Oloture. Linda, kata Ovuorie, mewakili banyak wanita muda dan bagaimana mereka menjadi kecewa. Dia mengaku banyak menemukan karakter seperti itu selama penyelidikannya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya