Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
AWAL Juni lalu, seorang rekan memasukkan saya ke dalam grup whatsapp Festival Hujan Bulan Juni. Grup ini berisi belasan orang alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), lintas jurusan dan angkatan. Mereka berinisiatif menyelenggarakan festival pembacaan karya-karya Sapardi Djoko Damono. Festival ini dimaksudkan merayakan kepenyairan sastrawan yang juga mantan dekan FIB UI tersebut.
Nama festival diambil dari salah satu karya SDD, demikian Sapardi kerap disapa , Hujan Bulan Juni, “Kita kerja-kerja kebudayaan seperti zaman kuliah dulu, loe ikut bantu-bantu ide ya,” kata rekan saya tadi. Saya mengiyakan, meski di grup itu lebih bersifat pasif. Kebetulan saya juga suka puisi dan mengagumi karya-karya Sapardi.
Festival yang disenggarakan secara daring di instagram dan youtube ini lumayan mendapat apresiasi dari para pecinta sastra, termasuk kalangan muda. Sejumlah aktor/aktris dan sastrawan, terlibat dalam pembacaan puisi ini, tanpa dibayar. Tidak mesti karya Sapardi, karya penyair lain atau bahkan karya sendiri pun boleh dibacakan.
Tidak mesti pula deklamasi. Gabriel Fernandez, seniman/musisi muda asal Nusa Tenggara Timur yang saat ini sedang kuliah di Jogyakarta, misalnya, ikut menyumbang musikalisasi puisi. Kelly Tandiano, seorang aktris/model, ikut pula berakting dalam sebuah videopoetry. Karya video ini merupakan penafsiran sutradara film, Lasya F Sutanto atas puisi Sapardi, Sehabis Suara Bergemuruh.
Selain mereka, gaung kepenyairan Sapardi juga bergema di dada Dian Sastro, Marsha Timothy, Lola Amaria, Vino G Bastian, dan lain-lain. Mereka, rata-rata anak muda ini, ikut membacakan karya Sapardi, sastrawan yang disebut cerpenis Kurnia Efendi sebagai penyair (lebih dari) sejuta umat. “Sepi itu bisa memabukkan, tapi juga bisa menjadi inspirasi,” kata Sapardi, saat pembukaan festival ini lewat video yang diunggah di youtube Hujan Bulan Juni Festival. Meski tampak lelah, dia terlihat gembira menyambut festival yang dibuat murid-muridnya ini.
Namun, sepekan kemudian, saya mendengar kabar, sastrawan kelahiran 20 Maret 1940 itu, masuk rumah sakit lantaran HB-nya rendah dan mesti ditransfusi darah. Dan, Minggu (19/7) pagi tadi, di usianya yang menginjak 80 tahun, satrawan kelahiran Surakarta itu, menutup lembar hidupnya, diiringi doa orang terdekat dan juga puluhan muridnya.
Seperti salah satu puisinya, yang fana adalah waktu, saya yakin karya-karya Sapardi akan tetap abadi. Terima kasih dan selamat jalan pak. Izinkan saya mengenangmu dengan sederhana, melalui salah satu puisi karyamu di bawah ini.
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.
Penandatanganan ini merupakan upaya mendukung UI menjadi universitas unggul dan berdampak secara global.
Para konsultan ini sebenarnya memiliki opini-opini, terlebih saat diskusi. Namun, untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan tetap perlu diasah.
Pemerintah didorong untuk lebih memperhatikan hal tersebut, sebab keberadaan kampus asing dapat menimbulkan risiko keluarnya devisa dalam bidang pendidikan tinggi.
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Program kuliah gratis ini merupakan bentuk komitmen UI dalam memperluas akses pendidikan dan memberikan bantuan kepada tenaga kependidikan dan tenaga pendidik (dosen) di lingkungan UI.
ADVERTISING Week Festival (AWF) 2025 kembali hadir dengan rangkaian sesi AdTalks yang inspiratif dan menggugah semangat inovasi.
Staf Ahli Bidang SDM dan Kemasyarakatan Kota Padang, Syahrial Kamat, mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai bentuk kepedulian yang dikemas dalam karya seni.
Hadania meluncurkan dua buku seni, “39 is 0” dan “My Rhapsody in Blue”, serta kartu oracle Sacred Feminine,
Sapardi Djoko Damono, merupakan sastrawan besar Indonesia yang puisi-puisinya telah melintasi generasi dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Kompetisi membaca puisi berbahasa Mandarin merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
LEBIH dari 1.800 pejalar dari seluruh Indonesia mengikuti lomba membaca puisi berbahasa mandarin tingkat nasional.
Rasakan emosi puisi! Pelajari citraan, kunci penyampaian perasaan mendalam melalui kekuatan kata yang memukau.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved