Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Tigertail, Dusta, Trauma, dan Nostalgia

Fathurrozak
11/4/2020 15:04
Tigertail, Dusta, Trauma, dan Nostalgia
Film Tigertail(ImDb.com)

DENGAN  penceritaan non-linear, membawa Tigertail pada narasi yang memanfaatkan dua masa, setidaknya; dulu dalam memori kenangan Pin Jui, dan masa kini saat Pin Jui telah pensiun dan anaknya Angelica sudah mapan.

Tigertail diambil dari nama suatu desa di Yunlin, Taiwan, bernama Huwei. Huwei juga berarti buntut macan (tiger tail). Dengan baik, Alan Yang, sang sutradara, tidak membubuhkan keterangan waktu dalam filmnya di setiap masa. Ia memilih untuk menandainya dengan suatu keadaan zaman lewat simbolisasi.

Misalnya, ketika Pin-Jui kecil dan harus tinggal bersama neneknya, saat masa Kuomintang, partai nasionalis yang mendukung reunifikasi Tiongkok, tengah berkuasa, ia memaparkan dari dialog sang nenek dan adegan dua pria berbaju militer tengah inspeksi ke rumah si nenek. Semasa Pin-Jui muda (Hong-Chi Lee), dan bertemu kembali dengan karib semasa kecilnya, Yuan (Yo-Hsing Fang), waktu ditandai dengan kehadiran musik Otis Redding dan tarian Pin-Juan yang terinspirasi oleh bintang film Faye Dunaway.

Beralih pada masa saat ini, ketika Pin-Jui tua (diperankan Tzi Ma) lebih banyak diam di mobil yang dikendarai anaknya, Angelica (Christine Ko). Tzi Ma, tahun lalu juga beperan sebagai seorang ayah keluarga migran di Amerika, dalam The Farewell yang digarap Lulu Wang. Sebagai bapak yang juga memiliki konflik hubungan dengan generasi ketiga dari keturunan keluarga, dan boleh dibilang, tercerabut dari akar budaya ibu.

Tigertail, bercerita tentang keluarga yang dibangun dari cinta dusta, trauma masa kecil, dan nostalgia romansa muda yang harus kandas, demi asa; American Dream. Pin-Jui muda merantau ke Amerika bersama Zhenzhen (Kunjue Li), anak bos pabrik tempatnya bekerja. Ia ditawari untuk menikahi anaknya, dan biaya keberangkatan dan tinggal mereka di sana, ditanggung oleh ayah Zhenzhen. Pin-Jui mengambil keputusan itu dan meninggalkan Yuan, karib semasa kecil dan cinta semasa mudanya.

Titik itulah yang selamanya mengubah hidup Pin-Jui. Meski tinggal bersama dan menikah bersama ZhenZhen, ia tidak pernah jatuh cinta padanya. Trauma masa kecil saat ia tinggal bersama neneknya dalam masa Kuomintang berkuasa itu, juga sedikit banyak memengaruhinya dalam cara mendidik anaknya. Dalam salah satu scene, Angelica menangis akibat saat  kurang baik saat tampil bermain piano. Di mobil, Pin-Jui melarang Angelica kecil untuk menangis. Tidak ada gunanya dan hanya sia-sia. Persis saat ia kecil berbicara pada sang nenek dan mengatakan melihat ayah dan ibunya di antara hamparan padi di sawah.

Sinematografi yang diarahkan Nigel Bluck berjalan secara efektif ketika latar waktu semasa Pin-Jui kecil hingga muda. Saat latar tempat masih berada di Huwei. Mood ala Wong Kar-wai, juga sekilas-sekilas dimunculkan dengan gerakan slow-mo saat Pin-Jui dan Yuan berlari keluar resto. Tata cahaya di apartemen Pin-Jui dan ZhenZhen, atau saat di bar kecil, juga merepresentasikan spirit Kar-wai.

Narasi visual berjalan baik dengan menonjolkan sisi romansa, nostalgia dan kedalaman emosi ketika latar waktu berkutat pada masa lalu. Personalitas Alan Yang tampak kuat dalam momentum itu. Namun, patah saat berada dalam masa saat ini, ketika Pin-Jui tua dan Angelica dewasa. Justru terlihat datar dan meruntuhkan keutuhan film.

Hal ini mungkin faktor penggunaan bahasa yang membuat para pemain tkurang rileks. Ini tertangkap dari situasi ketika Tzi ma berdialog dengan Fiona Fu (Zhenzhen tua) menggunakan bahasa ibu mereka. Adegan lebih tertangkap baik lewat intensitas perdebatan mereka. Dibanding saat Fiona Fu berdialog dengan Angelica di suatu pesta dengan bahasa Inggris. Tigertail tayang di Netflix per 10 April.(M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya