Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
JIKA orang bertanya adakah harapan di antara sekian banyak kasus pandemi korona yang tengah merebak di berbagai penjuru dunia, imunitas anak-anak barang tentu dapat menjadi salah satu jawabannya. Dalam sebuah laporan bertajuk 'Morbidity and Mortality Weekly' yang dirilis Centers for Disease Control (CDC), Senin (6/4), sejumlah ilmuwan mengatakan, bahwa mereka yang berusia di bawah 18 tahun rupanya mengalami respons yang berbeda ketimbang orang dewasa.
Kebayakan dari mereka juga tidak memerlukan perawatan intensif di rumah sakit, bahkan kecil kemungkinannya meninggal dunia. Ahli Pediatri, Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, sekaligus Ketua Komite Penyakit Menular, American Academy of Pediatrics, Amerika Serikat (AS), Yvonne Maldonado mengatakan bahwa hal semacam ini boleh dibilang sebagai kabar baik.
Meski begitu, sejauh ini Maldonado sendiri belum mengetahui apa yang menjadi faktor atau penyebabnya. Fenomena seperti ini, lanjutnya, tidak banyak ditemui di penyakit pernapasan. Sebab, virus seperti influenza saja, biasanya menyerang orang yang sangat muda atau sangat tua secara agresif, sejurus dengan sistem kekebalan tubuh mereka yang rentan.
Walaupun korona juga berbeda dengan influenza, Maldonado kemudian mengatakan bahwa fenomana seperti ini sebenarnya tidaklah umum. “Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi di sini," tuturnya, seperti dilansir Time.
Adapun studi CDC sendiri mencakup kurang lebih 2.500 kasus infeksi korona pada anak di bawah usia 18 (sebagian kecil dari 150.000 kasus yang terjadi di AS, sejak 12 Februari hingga 2 April). Studi ini juga menjadi bagian kedua setelah amatan pertama di Tiongkok, yang mencakup sekitar 2.100 anak berusia dua hingga 13 tahun. Dalam temuannya, CDC menjelaskan bahwa lebih dari 90% anak tidak mengalami gejala ringan hingga sedang.
Tren gejala pada anak dan dewasa di AS, sebagaimana dilaporkan CDC juga menunjukan adanya perbedaan. Presentase gejala demam, batuk, atau sesak napas pada anak di bawah usia 18 tahun mencapai 73%, atau lebih kecil jika dibandingkan dengan orang dewasa yang berusia 18 hingga 64 tahun, dimana mencapai 93%.
Anak-anak yang membutuhkan perawatan di rumah sakit pun hanya mencapai 6%, dan lebih kecil jika dibandingkan dengan orang dewasa yang mencapai 10%. Menurut pantauan CDC di AS, sejauh ini tiga anak telah meninggal dunia karena infeksi korona, di antara lebih dari 5.443 kematian terkait pandemi tersebut.
Asisten Profesor Pediatri, Harvard Medical School, Kristin Moffitt turut menambahkan bahwa dewasa ini terdapat sedikit anak yang terserang pandemi, bahkan di kawasan seperti Washington yang mengalami ledakan pertama di AS. Meski begitu, ia menekankan bahwa saat ini, siapapun belum dapat menarik kesimpulan bahwa anak di bawah usia 18 tahun dapat menghindari penularan. (M-4)
Setiap anak memiliki potensi luar biasa dan peran orangtua sangat menentukan bagaimana potensi itu tumbuh.
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
DALAM menghadapi kembali merebaknya covid-19, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi UPG Makassar mengambil langkah tegas dengan memperketat protokol kesehatan saat menyambut kepulangan jemaah haji dari Tanah Suci.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved