Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
MUSIM hujan belum usai. Orang tua perlu tetap waspada terhadap beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang anak selama periode basah tersebut. Salah satu penyakit yang sering muncul di musim hujan ialah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang ditandai dengan gejala pilek dan batuk. Mengapa anak cenderung mudah batuk dan pilek di musim hujan?
Menurut dokter spesialis ilmu kesehatan anak, dr. Nitish Basant Adnani, Sp. A, musim hujan membuat udara lebih dingin dan lembap. Nah, kuman penyebab ISPA seperti virus dan bakteri, berkembang biak lebih cepat di tengah kondisi tersebut. Selain itu, hujan memaksa orang untuk beraktivitas di ruangan tertutup, alhasil potensi penularan semakin cepat.
“Musim hujan juga menurunkan paparan sinar matahari. Lalu, menyebabkan jumlah vitamin D yang diperoleh dari sinar matahari berkurang. Padahal, vitamin D mampu menunjang imunitas tubuh,” jelas dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya ini.
Baca juga : Ini Alasan Anak yang Pilek tidak Boleh Minum Minuman Dingin
Tak ayal, pilek dan batuk sebagai gejala ISPA menjadi hal yang sering dialami anak-anak. ISPA juga dapat ditandai gejala lainnya, seperti demam, hingga sesak napas. Orang tua perlu memperhatikan jika gejala-gejala tersebut tak kunjung reda.
Pertolongan Pertama
Baca juga : Ini yang Harus Orangtua Lakukan Saat Anak Menderita Selesma
Pertolongan awal yang dapat dilakukan di rumah untuk anak yang mengalami gejala ISPA adalah memberikan asupan cairan yang cukup. Bagi anak yang berusia lebih dari satu tahun juga dapat diberi madu untuk membantu meredakan gejalanya.
Hindari asupan makanan yang digoreng atau berminyak. Lalu, jangan mengonsumsi makanan dan minuman manis karena dapat merangsang batuk.
“Apabila si kecil mengalami gejala demam, batuk, atau pilek yang cenderung menetap atau mengalami sesak napas, segera bawa berobat ke fasilitas kesehatan terdekat. Agar dapat dievaluasi kemungkinan penyebabnya dan diberikan penanganan yang tepat,” kata dr. Nitish.
Agar si kecil bisa tetap nyaman bersekolah, bermain, dan melakukan aktivitas selama musim hujan, terapkan beberapa langkah pencegahan penularan ISPA berikut ini:
Flu berbeda dari pilek biasa dan bisa mengganggu aktivitas harian. Simak 5 cara alami meredakan gejala flu secara efektif tanpa obat dari dokter.
Batuk pilek yang berulang selain mengganggu perkembangan anak, kondisi ini juga bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan lain jika tidak ditangani dengan baik.
PILEK atau flu merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Istilah flu juga dipakai sebagai istilah yang lazim digunakan untuk beberapa kondisi yang serupa tapi tak sama
Dekongestan, analgetik-antipiretik, dan antihistamin adalah obat pilek yang efektif meredakan hidung tersumbat, demam, dan bersin. Ketahui cara kerjanya.
Vitamin D tetap penting untuk kesehatan tulang dan fungsi otot, namun tidak terbukti efektif dalam mencegah infeksi pernapasan seperti yang sebelumnya diduga.
Banyak orang percaya bahwa kehujanan secara langsung dapat menyebabkan flu dan pilek. Namun, benarkah anggapan ini? Mari kita bahas lebih dalam untuk mengetahui fakta ini.
Kondisi ini memicu merebaknya kasus batuk serta infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil.
Batuk pilek yang berulang selain mengganggu perkembangan anak, kondisi ini juga bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan lain jika tidak ditangani dengan baik.
Batuk juga bisa menandakan adanya penyakit atau kondisi kesehatan yang parah.
Fenomena kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun
Batuk efektif adalah membatukkan dengan metode huff cough, supaya mengeluarkan dulu naik ke atas, disapu dengan aliran udara, baru terakhir akan dibatukkan dengan kuat.
Jika tidak ditangani, batuk rejan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved