Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
FENOMENA kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun secara berkala.
BMKG menyebutkan bahwa kondisi ini dipengaruhi dinamika atmosfer baik regional maupun global, seperti suhu permukaan laut yang hangat, aktifnya angin monsun, serta dampak La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif.
Meskipun La Nina menuju fase netral, dampaknya masih terasa dalam bentuk curah hujan tinggi, bahkan di musim kemarau.
Perubahan cuaca yang tak menentu ini meningkatkan risiko masalah kesehatan, termasuk batuk. Fluktuasi suhu dan kelembapan yang tak stabil dapat mengiritasi saluran pernapasan dan meningkatkan kemungkinan penularan infeksi.
Menurut Alodokter, batuk adalah reaksi tubuh terhadap gangguan saluran pernapasan, baik karena infeksi, alergi, atau paparan polusi. Di musim kemarau basah, ada beberapa jenis batuk yang lebih rentan dan harus diwaspadai:
Batuk kering ditandai dengan tidak adanya dahak. Biasanya disebabkan infeksi virus, seperti flu, atau iritasi dari debu dan polusi. Perubahan kelembapan yang tidak stabil pada musim kemarau basah dapat memperburuk gejala batuk kering, terutama pada penderita asma atau alergi. Batuk ini sering disertai gatal di tenggorokan dan dapat berlangsung lama.
Batuk berdahak mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, sering akibat infeksi seperti bronkitis atau pneumonia. Lingkungan lembap dan berubah-ubah selama kemarau basah mempercepat pertumbuhan mikroba penyebab infeksi, memperburuk batuk berdahak.
Kemarau basah meningkatkan paparan alergen seperti debu, jamur, dan serbuk sari, yang dapat tersebar akibat perubahan cuaca. Batuk alergi biasanya disertai bersin, hidung tersumbat, dan gatal pada mata. Batuk ini berlanjut selama ada paparan alergen dan tidak selalu merespons obat batuk biasa.
Batuk yang berlangsung lebih dari delapan minggu disebut batuk kronis. Pada musim kemarau basah, batuk ini bisa memburuk, terutama pada penderita penyakit paru kronis seperti asma, bronkitis kronis, atau GERD. Kelembapan tinggi, perubahan suhu mendadak, dan lingkungan yang tidak bersih menjadi penyebab utama.
Untuk menghadapi musim kemarau basah, masyarakat disarankan menjaga kesehatan tubuh, menghindari paparan debu dan polusi, serta segera berkonsultasi jika batuk bertahan lebih dari satu minggu. Penanganan cepat mencegah komplikasi, terutama pada anak-anak, lansia, dan penderita penyakit penyerta. (BMKG/Alodokter/Z-10)
Seharusnya, saat musim kemarau, curah hujan menurun. Tapi sekarang, justru hujan terjadi terus-menerus. Ini yang disebut sebagai kemarau basah.
Hujan yang masih terjadi pada Mei 2025 disebabkan oleh dinamika atmosfer yang belum stabil dan sehingga mengakibatkan fenomena kemarau basah.
KASUS demam berdarah dengue (DBD) disebut akan mengalami peningkatan di musim kemarau basah yang tengah terjadi saat ini.
Kemarau basah yang tengah terjadi membuat sebagian besar wilayah Indonesia masih akan dilanda hujan deras. Begitu juga dengan prakiraan cuaca BMKG pada Senin, 26 Mei 2025 hari ini.
Batuk efektif adalah membatukkan dengan metode huff cough, supaya mengeluarkan dulu naik ke atas, disapu dengan aliran udara, baru terakhir akan dibatukkan dengan kuat.
Jika tidak ditangani, batuk rejan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun.
Siapa yang tidak pernah mengalami batuk? Hampir setiap orang pasti pernah mengalaminya
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
Ketika sakit, tubuh akan mengeluarkan lebih banyak cairan, terutama jika disertai demam, pilek berat, batuk, dan berkeringat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved