Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MEMASUKI musim kemarau, anak sering dihantui dengan batuk pertusis atau batuk rejan atau sering juga dikenal dengan batuk seratus hari. Padahal batuk tersebut sebetulnya bisa dicegah dengan pemberian vaksin DPT sevcara rutin kepada anak.
Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan di musim pancaroba biasanya banyak keluhan batuk pilek. Batuk rejan umumnya dikenal sebagai batuk 100 hari. Batuk rejan diketahui kerap membuat anak-anak itu sangat kesulitan untuk menarik nafas, dan sampai mengeluarkan bunyi.
"Ini membuat anak-anak tampak sangat menderita dan masalahnya adalah berlangsung lama. Ini penting karena terkait dengan menurunnya cakupan imunisasi rutin," kata Piprim dalam Media Briefing, dikutip Sabtu (24/8).
Baca juga : Ruang Perawatan Anak RSUD dr Soekardjo Penuh Pasien ISPA dan Diare
Batuk rejan atau pertusis sudah bisa dicegah dengan imunisasi DPT dan terutama juga imunisasi ulangannya. Vaksinnya gratis di puskesmas, tapi karena cakupan vaksinasi rutin, khususnya vaksin-vaksin yang bias membuat cakupannya tidak optimal di sekolah, dan pada gilirannya munculah penyakit-penyakit yang sebetulnya termasuk dengan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
"Untuk kembali menggiatkan edukasi tentang pentingnya imunisasi ini, karena PD3I bukanlah penyakit yang nyaman untuk diobati, dan dilihat anaknya menderita PD3I, karena penyakit-penyakit ini memang untuk dicegah dan pencegahnya murah, sudah tersedia di puskesmas dan masuk ke dalam program rutin imunisasi," ujar dia.
Di samping imunisasi yang penting juga adalah tentu saja aspek nutrisi yang bergizi tinggi, kaya protein hewani, meningkatkan imunitas anak-anak, karena untuk menghadapi berbagai penyakit, termasuk penyakit-penyakit infeksi juga dibutuhkan daya tahan tubuh dan imunitas yang sangat baik, dan itu diperlukan dengan nutrisi dan pola hidup yang lain, termasuk olahraga dan lain-lain.
"Supaya penyakit pertusis atau batuk rejan ini tidak menghinggapi anak-anak kita," ujar dia.
Karena penderitaannya luar biasa, bisa sampai matanya berdarah hal itu menandakan intensitas dan kerasnya batuk yang sangat hebat. (H-2)
Jika tidak ditangani, batuk rejan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun.
Mengabaikan batuk rejan, terutama pada anak, bisa menyebabkan komplikasi yang berujung pada kematian.
SINGAPURA tengah menghadapi wabah batuk misterius sejak beberapa minggu terakhir. Ratusan orang dilaporkan menderita batuk parah yang gejalanya mirip dengan batuk rejan tersebut.
RATUSAN warga Singapura menderita penyakit batuk misterius. Batuk misterius tersebut mewabah di Singapura sejak beberapa minggu terakhir.
IDAI meminta orang tua untuk mewaspadai batuk rejan khususnya pada bayi dan anak-anak. Keterlambatan penanganan menyebabkan komplikasi.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved