Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BUKTI terbaru memunculkan dugaan energi gelap, gaya misterius yang mempercepat perluasan alam semesta, mungkin tidak konstan dan bisa berubah seiring waktu. Temuan ini membuat sejumlah kosmolog berspekulasi bahwa alam semesta bisa runtuh dalam skenario Big Crunch jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
Selama setahun terakhir, survei galaksi besar-besaran oleh Dark Energy Survey (DES) dan Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI) mengindikasikan adanya perubahan pada energi gelap. Jika benar, hal ini akan mengguncang model kosmologi paling sederhana saat ini, yakni konstanta kosmologis, yang selama ini dianggap penjelasan utama percepatan ekspansi semesta.
Sebuah studi terbaru, meski belum ditinjau sejawat (peer-reviewed), mengusulkan model baru yang lebih kompleks. Model ini menggabungkan dua komponen energi gelap:
Aksion, partikel ultraringan hipotetis yang hampir tak berinteraksi dengan materi, tetapi mengisi seluruh alam semesta dan menjadi “bahan bakar” percepatan ekspansi saat ini.
Konstanta kosmologis negatif, yang justru memperlambat ekspansi.
Menurut model ini, saat ini alam semesta berada dalam fase percepatan sementara akibat dominasi aksion. Namun, seiring waktu aksion akan melemah dan efek konstanta kosmologis negatif akan mengambil alih, memperlambat hingga akhirnya membalikkan ekspansi.
Jika konstanta kosmologis negatif benar, maka ekspansi semesta akan berhenti, kemudian berbalik menjadi kontraksi. Alam semesta akan mulai menyusut: galaksi bergabung, suhu meningkat, kepadatan melonjak, hingga akhirnya berakhir dalam singularitas, cerminan kebalikan dari Big Bang.
Para teoritikus memprediksi “awal akhir” akan dimulai dalam 10 miliar tahun mendatang, kurang dari usia alam semesta saat ini. Setelah itu, semesta akan menghabiskan sekitar 10 miliar tahun lagi untuk runtuh sepenuhnya, sehingga total “usia” alam semesta hanya sekitar 33 miliar tahun.
Meski terdengar dramatis, ide ini masih sangat spekulatif. Hasil DES dan DESI bersifat awal dan belum tentu bertahan setelah analisis lebih mendalam. Bahkan jika konstanta kosmologis ternyata tidak cukup menjelaskan energi gelap, bukan berarti model aksion + konstanta negatif ini pasti benar.
Untuk saat ini, para ilmuwan hanya bisa menunggu data lebih akurat sebelum memastikan nasib akhir kosmos. (Space/Z-2)
ALMA berhasil memetakan struktur internal galaksi awal dan menunjukkan bukti pembentukan cakram galaksi serta sisa tabrakan kosmik di era awal alam semesta.
Tim Ilmuan memperkirakan alam semesta terbentuk di dalam sebuah lubang hitam kolosal, yang berada dalam semesta 'induk'.
Observatorium Vera C. Rubin keluarkan foto perdana mereka akan alam semesta.
Fisikawan Nikodem Poplawski mengajukan teori mengejutkan: alam semesta berputar, dan ini bisa menjelaskan melemahnya energi gelap.
Ilmuwan asal Amerika Serikat dan Jepang berpacu mencari jawaban mengapa alam semesta kita ada?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved