Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
APAKAH energi gelap sedang melemah? Apakah alam semesta ini hanya satu dari sekian banyak di multiverse? Apakah lubang hitam adalah gerbang menuju semesta lain?
Pertanyaan-pertanyaan besar ini mungkin memiliki satu jawaban mengejutkan: alam semesta kita sedang berputar. Itulah klaim dari fisikawan teoretis asal Polandia, Nikodem Poplawski dari c, yang dikenal dengan teorinya bahwa lubang hitam bisa menjadi pintu masuk ke alam semesta baru.
“Energi gelap adalah misteri paling menarik dalam kosmologi,” ujar Poplawski kepada Space.com. “Akan luar biasa jika ternyata asal-usul energi gelap berasal dari rotasi alam semesta itu sendiri — terutama karena ini juga memprediksi energi gelap akan melemah seiring waktu.”
Teleskop James Webb (JWST) baru-baru ini menemukan dua pertiga galaksi berputar dalam arah yang sama. Temuan ini mengindikasikan alam semesta mungkin memiliki arah rotasi dominan — sesuatu yang tidak akan terjadi jika segalanya benar-benar acak.
Poplawski juga menyoroti data lain yang menunjukkan sudut hampir tegak lurus antara arah rotasi galaksi dan arah gerakan kelompok galaksi di sekitar kita. Hal ini konsisten dengan hipotesis bahwa alam semesta memang sedang berputar.
Menurut teori relativitas, setiap gerakan — termasuk rotasi — hanya masuk akal jika dibandingkan dengan kerangka acuan lain. Jadi, jika alam semesta kita berputar, maka ia harus berputar terhadap sesuatu di luar dirinya.
“Artinya, alam semesta kita bukan satu-satunya,” jelas Poplawski. “Ia bagian dari multiverse.”
Poplawski mendalilkan bahwa lubang hitam bisa melahirkan semesta baru di balik horizon peristiwanya — batas di mana tidak ada cahaya atau materi yang bisa keluar. Dalam skenario ini, lubang hitam bukan berujung pada singularitas, tapi pada perluasan ruang-waktu yang menciptakan "semesta bayi".
Karena lubang hitam terbentuk dari objek yang berputar, seperti bintang atau galaksi, maka semesta yang dilahirkannya juga mewarisi arah putaran tersebut. Inilah yang mungkin menyebabkan alam semesta kita memiliki arah rotasi dominan.
“Lubang hitam bertindak seperti jembatan Einstein-Rosen, atau wormhole, menuju semesta baru,” jelas Poplawski. “Bagi penghuni semesta baru, lubang hitam induk akan tampak sebagai white hole purba.”
Sayangnya, siapa pun yang mencoba menembus lubang hitam untuk menjelajah semesta lain — seorang multinaut, misalnya — akan dihancurkan oleh gravitasi ekstrem, bahkan jika mereka bisa bertahan, tidak ada jalan kembali dari white hole.
Energi gelap adalah nama untuk kekuatan misterius yang menyebabkan alam semesta mengembang semakin cepat. Kini, energi ini mendominasi sekitar 68% dari total massa-energi alam semesta. Namun, hasil terbaru dari instrumen DESI (Dark Energy Spectroscopic Instrument) menunjukkan bahwa energi gelap tampaknya mulai melemah — hal yang bertentangan dengan model kosmologi standar.
Poplawski menyodorkan penjelasan alternatif: dalam semesta yang berputar, gaya sentrifugal pada skala kosmik bertindak seperti energi gelap. Dan karena kecepatan sudut semesta menurun seiring ekspansi, maka kekuatan ini pun ikut melemah.
“Konstanta kosmologis — lambang energi gelap — seharusnya berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan sudut semesta,” katanya. “Jika rotasi alam semesta melambat, energi gelap juga melemah. Ini sesuai dengan hasil observasi DESI.”
Untuk membuktikan teori ini, diperlukan data lebih lanjut tentang arah gerakan kelompok galaksi, simetri rotasi galaksi, serta hubungan antara energi gelap dan waktu dalam sejarah alam semesta.
Poplawski menyimpulkan, “Langkah penting berikutnya adalah merumuskan persamaan yang menjelaskan bagaimana energi gelap — yang dipicu oleh rotasi — berubah seiring waktu, lalu membandingkannya dengan data observasi.” (Space/Z-2)
Ilmuwan asal Amerika Serikat dan Jepang berpacu mencari jawaban mengapa alam semesta kita ada?
Penelitian terbaru dari Radboud University, Belanda, mengungkap bahwa akhir alam semesta bisa terjadi jauh lebih cepat dari yang selama ini diperkirakan.
Dua temuan astrofisika terbaru telah mengguncang dasar pemahaman kita tentang struktur dan evolusi alam semesta: struktur misterius di luar Bima Sakti serta gelombang kejut raksasa
Penelitian terbaru mengungkap bahwa energi gelap—kekuatan misterius yang selama ini diyakini mempercepat perluasan alam semesta—mungkin tidak bersifat konstan
Teleskop Kosmologi Atacama (ACT) berhasil menangkap citra paling presisi dari latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB), yang merupakan cahaya fosil pertama alam semesta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved