Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PADA Selasa (11/3), sebuah observatorium terbaru NASA berhasil diluncurkan ke luar angkasa dalam misi yang bertujuan mengungkap apa yang terjadi dalam detik-detik awal setelah Big Bang.
Misi SPHEREx (singkatan dari Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization and Ices Explorer) dirancang untuk memetakan langit secara menyeluruh, mempelajari ratusan juta galaksi, dan menggambarkan bagaimana alam semesta terbentuk serta berevolusi.
Proses peluncurannya sempat tertunda beberapa kali sejak akhir Februari, memberikan waktu tambahan bagi para teknisi untuk memeriksa roket dan komponen-komponennya. Penundaan terbaru disebabkan kondisi cuaca buruk di lokasi peluncuran tersebut.
Akhirnya, wahana antariksa berbentuk kerucut ini lepas landas sekitar pukul 8:10 malam Waktu Pasifik, menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California. Dalam perjalanan menuju orbit, wahana ini juga membawa empat satelit seukuran koper yang akan menjalankan misi terpisah untuk mempelajari matahari.
Dengan biaya mencapai US$488 juta, observatorium SPHEREx akan melakukan pengamatan terhadap seluruh langit sebanyak empat kali selama misi yang berlangsung dua tahun. Instrumen yang dimiliki oleh SPHEREx akan mengamati kosmos dalam 102 panjang gelombang berbeda, yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan misi sebelumnya.
Cahaya dalam rentang inframerah, yang sebagian besar tidak dapat dilihat oleh mata manusia karena memiliki panjang gelombang yang lebih panjang, membawa informasi penting tentang komposisi, kepadatan, suhu, dan struktur kimia dari bintang, galaksi, dan objek langit lainnya.
Dengan menggunakan teknik yang dikenal sebagai spektroskopi, para ilmuwan mampu menganalisis cahaya inframerah dan memisahkannya ke dalam berbagai warna, mirip dengan cara prisma memecah sinar matahari menjadi pelangi. Data yang dikumpulkan oleh observatorium SPHEREx diyakini akan memberikan wawasan berharga tentang kimia dan karakteristik lainnya dari ratusan juta galaksi di alam semesta. (NBC/Z-2)
Pada 27 Maret 2025, teleskop SPHEREx menangkap gambar pertama yang menakjubkan berisi lebih dari 100.000 galaksi, bintang, dan nebula.
NASA mengumumkan teleskop luar angkasa inframerah terbaru, SPHEREx, telah mulai beroperasi pada 1 April.
SPHEREx akan memetakan seluruh langit dalam bentuk 3D setiap enam bulan, sehingga melengkapi pengamatan yang dilakukan oleh teleskop luar angkasa lainnya seperti James Webb dan Hubble.
NASA akan meluncurkan dua misi luar angkasa besar pada 2 Maret 2025, yaitu PUNCH dan SPHEREx.
NASA akan meluncurkan misi teleskop luar angkasa SPHEREx pada April 2025, yang akan mengamati ratusan juta bintang dan galaksi dalam 102 warna inframerah.
Teleskop James Webb (JWST) mendeteksi galaksi MoM z14, yang terbentuk hanya 280 juta tahun setelah Big Bang.
Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) mengungkap keberadaan galaksi cakram raksasa bernama Roda Besar, yang terbentuk hanya dua miliar tahun setelah Big Bang.
Penelitian terbaru menunjukkan lubang hitam primordial, mungkin memainkan peran lebih besar dalam pembentukan alam semesta daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sebuah studi mengungkap air mungkin terbentuk jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap air sudah mulai terbentuk di alam semesta lebih awal dari yang diperkirakan, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved