Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
NASA mencapai tonggak sejarah dalam eksplorasi luar angkasa dengan teleskop SPHEREx. Teleskop ini berhasil menangkap gambar pertama dari alam semesta, termasuk lebih dari 100.000 galaksi dan bintang.
Penemuan ini menandai langkah awal dari misi ambisius untuk memetakan seluruh langit dan menjawab pertanyaan mendalam tentang asal-usul alam semesta.
SPHEREx (Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization, and Ices Explorer) diluncurkan pada 11 Maret 2025 menggunakan roket SpaceX Falcon 9. Teleskop ini dirancang untuk memetakan langit dalam spektrum inframerah, menangkap cahaya dari galaksi-galaksi jauh hingga bintang-bintang di galaksi Bima Sakti.
Dengan kemampuan ini, SPHEREx akan membantu ilmuwan memahami bagaimana galaksi terbentuk dan berevolusi selama miliaran tahun terakhir.
Pada 27 Maret 2025, SPHEREx mengaktifkan detektornya untuk pertama kali dan menghasilkan gambar menakjubkan yang mencakup sekitar 100.000 titik cahaya dari galaksi, bintang, dan nebula. Gambar ini diambil menggunakan tiga detektor berbeda yang mampu menangkap spektrum inframerah dalam lebih dari 100 warna yang tidak terlihat oleh mata manusia.
"Pesawat kami telah membuka matanya pada alam semesta," kata Olivier Doré, Ilmuwan proyek SPHEREx dari Caltech dan Jet Propulsion Laboratory (JPL).
SPHEREx dirancang untuk menyelesaikan empat survei penuh langit selama dua tahun masa operasinya. Dengan berat sekitar 500 kilogram dan orbit setinggi 650 kilometer di atas permukaan Bumi, teleskop ini menggunakan teknologi spektroskopi untuk menyaring cahaya inframerah dari debu kosmik yang jauh. Hasilnya adalah peta langit paling berwarna dan inklusif yang pernah dibuat.
Penemuan awal SPHEREx menunjukkan teleskop ini bekerja sesuai desainnya dan siap memberikan data revolusioner. Dengan memetakan lebih dari 450 juta galaksi selama misinya, SPHEREx akan melengkapi teleskop seperti Hubble dan James Webb dengan menyediakan cakupan luas untuk mengidentifikasi wilayah menarik bagi studi lebih mendalam.
Misi ini tidak hanya memperluas pemahaman kita tentang kosmos tetapi juga membuka peluang baru untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang asal-usul kehidupan dan evolusi alam semesta. (Space/Phys.org/Live Science/Z-2)
NASA mengumumkan teleskop luar angkasa inframerah terbaru, SPHEREx, telah mulai beroperasi pada 1 April.
SPHEREx akan memetakan seluruh langit dalam bentuk 3D setiap enam bulan, sehingga melengkapi pengamatan yang dilakukan oleh teleskop luar angkasa lainnya seperti James Webb dan Hubble.
NASA sukses meluncurkan observatorium SPHEREx pada 11 Maret 2025 dengan misi mengungkap detik-detik awal setelah Big Bang.
NASA akan meluncurkan dua misi luar angkasa besar pada 2 Maret 2025, yaitu PUNCH dan SPHEREx.
NASA akan meluncurkan misi teleskop luar angkasa SPHEREx pada April 2025, yang akan mengamati ratusan juta bintang dan galaksi dalam 102 warna inframerah.
Dengan mengamati 111 galaksi dari masa awal semesta, JWST berhasil mengungkap proses terbentuknya cakram bintang tebal dan tipis dalam galaksi spiral.
Astronom mengamati peristiwa langka AT2024tvd, saat lubang hitam supermasif di luar pusat galaksi menghancurkan bintang.
Observatorium Sinar-X Chandra NASA mendeteksi retakan pada filamen pusat galaksi yang dijuluki “Si Ular”.
Penemuan ini dicapai dengan bantuan Teleskop Subaru dan teknik lensa gravitasi. Teknik ini bekerja ketika cahaya dari objek yang jauh dibelokkan oleh medan gravitasi dari objek masif
Astrofisikawan Ethan Nadler dari University of California, meneliti kemungkinan halo materi gelap "gelap", yaitu gumpalan materi gelap yang tidak pernah membentuk bintang.
Lubang hitam supermasif yang sebelumnya tidak aktif di pusat galaksi SDSS1335+0728, mendadak menjadi aktif dengan semburan sinar-X luar biasa kuat dan panjang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved