Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Google Hapus Komitmen Keberagaman dan Larangan AI untuk Senjata

Thalatie K Yani
13/2/2025 06:43
Google Hapus Komitmen Keberagaman dan Larangan AI untuk Senjata
Google mengumumkan pengakhiran DEI dan penghapusan larangan pengembangan kecerdasan buatan (AI) untuk senjata dan pengawasan, memicu respons dari karyawan.(Britannica)

GOOGLE baru-baru ini mengumumkan perubahan signifikan dalam kebijakan internalnya yang mencakup penghapusan inisiatif keberagaman dan inklusi (DEI) serta larangan pengembangan kecerdasan buatan (AI) untuk senjata dan pengawasan. Keputusan ini diungkapkan dalam pertemuan yang melibatkan seluruh staf, yang dihadiri eksekutif utama Google, termasuk Melonie Parker, mantan kepala keberagaman, dan Kent Walker, kepala petugas hukum perusahaan.

Parker menjelaskan sebagai bagian dari upaya untuk menanggapi arahan eksekutif dari pemerintahan Trump, Google akan menghapus program pelatihan keberagaman dan inklusi bagi karyawan. Selain itu, perusahaan juga akan memperbarui program pelatihan lainnya yang mencakup topik DEI. Parker, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden untuk Keterlibatan Googler, menekankan bahwa perusahaan tetap berkomitmen untuk mempekerjakan orang terbaik, meskipun ada perubahan dalam pendekatan mereka terhadap keberagaman.

Sementara itu, Kent Walker menjelaskan banyak yang berubah sejak Google pertama kali memperkenalkan prinsip AI mereka pada 2018, yang menyatakan  perusahaan tidak akan mengembangkan AI untuk tujuan yang merugikan. Walker menyebutkan dalam menghadapi perkembangan geopolitik yang terus berubah, Google perlu terlibat dalam diskusi-diskusi penting dan bahwa perusahaan akan berperan aktif dalam percakapan terkait keamanan siber dan teknologi lainnya. Menurutnya, meskipun prinsip AI yang lebih ketat mungkin tidak sejalan dengan percakapan yang sedang berlangsung, manfaat dari partisipasi Google jauh lebih besar daripada risikonya.

CEO Google, Sundar Pichai, menambahkan perusahaan selalu berusaha merefleksikan keberagaman global dalam tenaga kerjanya, tetapi juga harus mematuhi peraturan hukum di berbagai wilayah operasional. Dalam pidatonya dari Paris, Pichai mengungkapkan meskipun nilai-nilai perusahaan tetap tidak berubah, mereka harus menyesuaikan diri dengan perubahan peraturan dan hukum yang ada.

Pengumuman ini memicu reaksi dari karyawan dan aktivis, termasuk kelompok No Tech for Apartheid, yang menuntut agar eksekutif Google menjelaskan perubahan besar ini. Sejumlah karyawan mengajukan pertanyaan terkait keputusan perusahaan untuk menghapus larangan pengembangan AI untuk senjata dan pengawasan. Sebagai respons, Google menggunakan teknologi AI untuk merangkum pertanyaan-pertanyaan yang muncul, dengan menggabungkan banyak pertanyaan terkait ke dalam satu pertanyaan umum.

Selain itu, keputusan Google untuk mengubah kebijakan ini juga mencerminkan pergeseran dalam fokus perusahaan yang sebelumnya lebih menekankan pada keberagaman dan inklusivitas. Dalam beberapa tahun terakhir, Google berkolaborasi dengan Pentagon dalam proyek-proyek militer, termasuk proyek yang melibatkan penggunaan AI untuk analisis data drone dan sistem pertahanan lainnya. Meski demikian, perusahaan berusaha menghindari keterlibatan langsung dengan operasi militer, seperti yang tercermin dalam proyek Nimbus yang bekerja sama dengan Angkatan Pertahanan Israel.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Google menegaskan kerja sama perusahaan dengan pemerintah Israel tidak terkait dengan aplikasi militer yang sangat sensitif, seperti senjata atau layanan intelijen. Namun, pengorganisir kelompok No Tech for Apartheid tetap berpendapat keputusan menghapus kebijakan DEI dan perubahan pada prinsip AI ini berhubungan erat dengan upaya untuk melindungi kontrak pemerintah yang semakin banyak diperoleh Google.

Dalam pertemuan tersebut, beberapa karyawan juga mengajukan pertanyaan terkait apakah prinsip AI yang diperbarui akan memastikan teknologi perusahaan tidak disalahgunakan untuk tujuan merugikan. Mereka juga meminta penjelasan lebih lanjut mengenai keputusan perusahaan ini tanpa menggunakan bahasa korporat yang tidak jelas.

Keputusan untuk menghapus larangan AI untuk senjata dan pengawasan ini menandakan perubahan besar dalam arah kebijakan internal Google, yang sebelumnya dikenal dengan komitmennya terhadap prinsip-prinsip keberagaman dan etika teknologi. Ke depan, Google tampaknya akan semakin terlibat dalam proyek-proyek yang memiliki implikasi geopolitik dan militer, meskipun hal ini bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka deklarasikan sebelumnya. (The Guardian/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya