Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
SEBUAH galaksi baru yang memiliki jarak 567 juta tahun cahaya dari Bumi ditemukan dan menuai kekaguman para astronom. Mereka menemukan galaksi ini memiliki sembilan cincin konsentris yang mengelilinginya. Disebutkan cincin ini adalah hasil dari tumbukan dahsyat dengan galaksi lain.
Penemuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal The Astrophysical Journal Letters dan menjadi tonggak penting dalam memahami dinamika interaksi galaksi.
Galaksi ini secara resmi dinamai LEDA 1313424, tetapi lebih dikenal sebagai Galaksi Bullseye (Target atau Sasaran) karena bentuknya yang menyerupai target panahan. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang interaksi antar galaksi.
Galaksi cincin merupakan fenomena yang sangat jarang terjadi. Para astronom mengatakan, kondisi tersebut merupakan hasil ketika satu galaksi menabrak pusat galaksi lain, hal yang sangat terjadi di alam semesta.
Diketahui, galaksi-galaksi saling menarik satu sama lain melalui filamen jaring kosmik, sehingga mengakibatnya seringnya terjadi tabrakan. Interaksi antargalaksi dapat menghasilkan berbagai bentuk unik.
Salah satu contoh paling terkenal adalah Hoag’s Object, galaksi cincin misterius yang telah lama menjadi bahan studi para ilmuwan. Kini, Galaksi Bullseye menjadi bukti nyata bahwa proses pembentukan galaksi cincin akibat tabrakan semacam ini memang benar-benar terjadi.
Bukti dari Pengamatan Hubble dan Keck Cosmic Web Imager Tidak jauh dari Galaksi Bullseye, para astronom menemukan sebuah galaksi lebih kecil yang terlihat dalam citra cahaya tampak yang diperoleh dari Teleskop Luar Angkasa Hubble.
Pengamatan lebih lanjut menggunakan Keck Cosmic Web Imager (KCWI), yang dioptimalkan untuk panjang gelombang biru tampak, menunjukkan bahwa galaksi kecil ini tidak hanya berada dekat dengan Bullseye (sekitar 130.000 kilometer), tetapi juga terkait secara fisik. "KCWI memberikan pandangan lebih jelas terhadap galaksi pendamping yang kita lihat seolah-olah dekat dengan Bullseye," kata astronom Imad Pasha dari Universitas Yale.
"Kami menemukan tanda-tanda gas yang jelas menghubungkan kedua sistem ini, yang memungkinkan kami mengonfirmasi bahwa galaksi ini memang yang menabrak pusat dan menciptakan cincin-cincin tersebut."
Lebih lanjut, Pieter van Dokkum, astronom dari Universitas Yale, menambahkan bahwa data dari KCWI memberikan bukti unik yang belum pernah ditemukan sebelumnya. "Belum ada kasus lain di mana kita bisa begitu jelas melihat gas yang mengalir dari satu galaksi ke galaksi lainnya."
Cincin-cincin yang mengelilingi Galaksi Bullseye adalah wilayah dengan kepadatan materi lebih tinggi, di mana gas dan debu bintang terdorong oleh gelombang kejut dari tumbukan. Akibatnya, daerah ini menjadi tempat kelahiran bintang-bintang baru yang cahayanya membuat cincin-cincin tersebut bersinar terang.
Cincin terluar yang ditemukan tergolong redup dan hanya terlihat dalam citra KCWI. Cincin ini terbentuk pada jarak yang cukup jauh dari inti galaksi.
Secara keseluruhan, Galaksi Bullseye memiliki diameter mencapai 250.000 tahun cahaya, jauh lebih besar dari galaksi kita, Bima Sakti. Formasi cincin ini menyerupai pola riak di air ketika sebuah batu dilempar ke dalam kolam.
Data menunjukkan bahwa cincin pertama dan kedua menyebar dengan cepat, sementara cincin-cincin berikutnya terbentuk lebih lambat, sesuai dengan prediksi teori yang telah ada. "Jika kita melihat galaksi ini dari atas, cincin-cincinnya akan tampak berbentuk lingkaran, dengan cincin-cincin yang lebih rapat di tengah dan semakin renggang di bagian luar,” jelas Pasha.
Fenomena Galaksi Bullseye yang tercatat ini menambah pengetahuan para astronom mengenai model dan teori tabrakan atau tumbukan antargalaksi terjadi. Dengan teleskop yang lebih canggih lagi di masa mendatang, diharapkan akan ditemukan lebih banyak lagi galaksi dan galaksi cincin. (H-2)
Astronom mengamati peristiwa langka AT2024tvd, saat lubang hitam supermasif di luar pusat galaksi menghancurkan bintang.
Observatorium Sinar-X Chandra NASA mendeteksi retakan pada filamen pusat galaksi yang dijuluki “Si Ular”.
Penemuan ini dicapai dengan bantuan Teleskop Subaru dan teknik lensa gravitasi. Teknik ini bekerja ketika cahaya dari objek yang jauh dibelokkan oleh medan gravitasi dari objek masif
Astrofisikawan Ethan Nadler dari University of California, meneliti kemungkinan halo materi gelap "gelap", yaitu gumpalan materi gelap yang tidak pernah membentuk bintang.
Lubang hitam supermasif yang sebelumnya tidak aktif di pusat galaksi SDSS1335+0728, mendadak menjadi aktif dengan semburan sinar-X luar biasa kuat dan panjang.
Tim peneliti dari Universitas Warwick menemukan sepasang bintang katai putih yang langka dan padat, yang diprediksi akan bertabrakan dalam 23 miliar tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved