Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
ARTIFICIAL intelligence (AI) membantu peneliti membaca gulungan kuno yang terbakar habis dalam letusan Vesuvius pada papirus PHerc. 172, yang ditemukan di rumah besar Romawi di Herculaneum, berhasil dibaca setelah pemindaian sinar-X 3D dan kompetisi perangkat lunak
Para peneliti melihat ke dalam gulungan kuno yang terbakar habis dalam letusan gunung berapi yang menghancurkan Pompeii hampir 2.000 tahun yang lalu.
Gulungan tersebut adalah salah satu dari ratusan gulungan yang ditemukan di perpustakaan sebuah rumah besar Romawi di Herculaneum, sebuah kota di pesisir barat Italia yang musnah ketika Gunung Vesuvius meletus pada 79 Masehi.
Penggalian di vila mewah yang diperkirakan milik ayah mertua Julius Caesar ini menemukan koleksi besar gulungan, tetapi bahan gulungan tersebut terbakar begitu parah sehingga tinta hitamnya tidak terbaca dan papirusnya hancur menjadi debu saat para peneliti mencoba membukanya.
Papirus ini, yang dikenal dengan nama PHerc. 172, adalah salah satu dari tiga gulungan Herculaneum yang disimpan di perpustakaan Bodleian. Dokumen ini secara virtual dibuka di komputer, mengungkapkan banyak kolom teks yang kini telah mulai dibaca para ilmuwan di Oxford. Satu kata yang tertulis dalam bahasa Yunani Kuno, διατροπή, yang berarti jijik, muncul dua kali dalam beberapa kolom teks, kata mereka.
“Kami sangat senang dengan pencitraan gulungan ini yang berhasil dari perpustakaan Bodleian,” kata Dr. Brent Seales, salah satu pendiri Vesuvius Challenge, sebuah kompetisi yang telah mendorong kemajuan luar biasa dalam membuka dan membaca gulungan-gulungan tersebut melalui gambar sinar-X 3D yang diambil di Diamond, fasilitas sinkrotron nasional Inggris di Oxfordshire.
“Gulungan ini mengandung lebih banyak teks yang dapat dipulihkan daripada yang pernah kami lihat dalam gulungan Herculaneum yang dipindai.”
Tahun lalu, Nat Friedman, seorang eksekutif teknologi AS dan sponsor pendiri Vesuvius Challenge, mengumumkan bahwa tim yang terdiri dari tiga mahasiswa, Youssef Nader dari Jerman, Luke Farritor dari AS, dan Julian Schilliger dari Swiss, telah memenangkan hadiah utama kompetisi senilai US$700.000 setelah membaca lebih dari 2.000 huruf Yunani dari gulungan Herculaneum lainnya.
Dengan hanya menggunakan sinar-X 3D dari karya-karya tersebut—gulungan yang terbakar terlalu rapuh untuk ditangani—para pemenang mengembangkan perangkat lunak komputer untuk membuka gulungan papirus secara virtual. Mereka kemudian menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi di mana tinta ada pada serat papirus dan akhirnya membaca bagian-bagian dari teks kuno tersebut.
Gulungan tersebut, yang diperkirakan ditulis filsuf epikurean Philodemus, membahas sumber-sumber kenikmatan, dari musik hingga makanan, dan mengeksplorasi apakah pengalaman menyenangkan berasal dari hal-hal yang melimpah atau langka, atau dari komponen kecil atau besar dalam sebuah hidangan, misalnya.
Gulungan Oxford disumbangkan pada abad ke-19 oleh Ferdinand IV, raja Napoli dan Sisilia. Tinta pada gulungan ini lebih terlihat dalam sinar-X dibandingkan dengan tinta pada gulungan lainnya, yang menunjukkan bahwa papirus ini ditulis dengan tinta yang lebih pekat.
Richard Ovenden, pustakawan Bodley (kepala perpustakaan Bodleian di Oxford), mengatakan: "Ini adalah momen yang luar biasa dalam sejarah, di mana pustakawan, ilmuwan komputer, dan cendekiawan dari periode klasik bekerja sama untuk melihat hal yang tidak terlihat. Langkah maju yang menakjubkan yang dicapai dengan pencitraan dan AI ini memungkinkan kami untuk melihat ke dalam gulungan yang belum dibaca selama hampir 2.000 tahun." (The Guardian/Z-3)
Riset terbaru kembangkan AI yang mampu mendeteksi lesi pita suara dan kanker laring lewat analisis karakter suara, membuka peluang diagnosis dini.
Fitur menarik lainnya, kaca mata pintar itu memiliki kamera ultra lebar 12MP, yang bisa menangkap foto 3.024 × 4.032 px dan video 1.512 × 2.016 px pada kecepatan hingga 30fps
Film Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa membuktikan bahwa teknologi AI bisa dimanfaatkan untuk tujuan positif.
Sebuah studi mengungkap ChatGPT kerap memberikan informasi berbahaya kepada remaja.
Youtube menguji coba kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi pengguna di bawah 18 tahun.
Peneliti menggunakan kecerdasan buatan ciptakan dua calon antibiotik lawan superbug.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved