Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PADA malam 8 Desember 2024, langit malam menyuguhkan pemandangan fenomena astronomi menakjubkan yang terekam oleh seorang astronom Jepang, Daichi Fujii. Dari rumahnya di Hiratsuka, Jepang, Fujii berhasil merekam sebuah kilatan cahaya terang yang diperkirakan berasal dari sebuah meteor yang menghantam permukaan Bulan. Kilatan itu begitu mencolok, seolah-olah Bulan kembali "disambar" oleh benda langit.
Fenomena ini kemungkinan besar disebabkan oleh hujan meteor Geminid, yang aktif setiap tahun antara 4 hingga 20 Desember. Puncaknya pada 13 hingga 14 Desember, tahun ini. Geminid merupakan hujan meteor yang unik karena bukan berasal dari komet, seperti kebanyakan hujan meteor lainnya, tetapi berasal dari asteroid 3200 Phaethon.
Asteroid ini pertama kali ditemukan pada tahun 1983, dan sejak itu, astronom menyadari bahwa orbitnya mirip dengan orbit meteor Geminid. Dengan kata lain, Phaethon adalah sumber utama hujan meteor tahunan ini.
Meskipun kebanyakan hujan meteor terbentuk ketika puing-puing komet memasuki atmosfer Bumi dan terbakar, Geminid berasal dari asteroid yang mendekati Matahari. Beberapa astronom bahkan menyebut Phaethon sebagai komet batu karena perilaku orbitnya yang mirip dengan komet. Namun, objek ini tetap dikategorikan sebagai asteroid aktif, karena telah ditemukan objek serupa yang berlokasi di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter.
Meskipun sebagian besar meteor terbakar sebelum mencapai permukaan Bumi, ada beberapa yang cukup besar untuk bertabrakan dengan Bulan. Itulah yang berhasil direkam oleh Fujii. Dalam video yang diputar lambat dengan kecepatan 360fps, ia menangkap momen meteor yang menghantam Bulan dengan jelas, menunjukkan kilatan cahaya yang memancar di permukaan satelit kita. "Meteor dan bola api terang muncul setiap hari, tetapi kilatan cahaya bulan ini terlihat berulang kali," kata Fujii di platform X, di mana ia juga mengonfirmasi penemuan tersebut melalui teleskop.
Meskipun banyak yang menduga kilatan tersebut disebabkan oleh hujan meteor Geminid, Robert Lunsford dari American Meteor Society menambahkan bahwa bisa jadi itu adalah meteor sporadis biasa, mengingat jumlah meteor sporadis yang lebih banyak daripada meteor Geminid. Namun, mengingat posisi radian meteor Geminid, kemungkinan hubungan antara kilatan ini dengan hujan meteor tersebut tetap ada.
Apa pun penyebabnya, satu hal yang pasti fenomena ini menambah keindahan langit malam yang tak ternilai harganya. Bagi mereka yang ingin melihat lebih banyak rekaman menarik ini, Fujii membagikan lebih banyak pemandangan dari observasinya di halaman X. Pemandangan meteor yang menghantam atmosfer Bumi dan menjadikannya bola api yang mempesona selalu menjadi bagian dari keajaiban alam semesta yang tak terduga.
(IFL Science/Z-9)
Jerome Polin (JP) adalah seorang YouTuber (selebritas internet) berkewarganegaraan Indonesia yang senang sekali membagikan konten vlog mengenai kehidupannya di Jepang.
Kecantikan Jepang, telah lama menjadi pelopor dalam industri perawatan kulit dengan inovasi produk dan teknologi mutakhir.
"Saya bangga produk kain batik saya bisa lulus kurasi ke negara matahari terbit Jepang."
Perawatan menggunakan produk-produk premium asal Jepang yang terbukti kualitasnya, seperti Milbon, Keune Keratin, dan Olaplex.
negara tertua di dunia yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, bahkan 6000 sebelum masehi dan hingga kini masih bertahan
makanan khas Jepang yang cocok dengan lidah orang Indonesia, mulai dari cemilan hingga makanan berat dari nasi dan mie
PLANETARIUM dan Observatorium Jakarta (POJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) belum juga beroperasi hingga Jumat (10/3). Padahal revitalisasi sudah selesai.
Hati-hati saat merevitalisasi Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) jika ingin mendapatkan hasil yang terbaik.
Semoga dengan terlaksananya Pekan Astronomi dapat memberikan manfaat untuk dunia pendidikan dan juga kebudayaan.
Kalender Hijriah Islam berdasarkan siklus bulan berbeda dengan kalender Gregorian atau Masehi yang menandai perjalanan Bumi mengelilingi Matahari.
Ledakan itu 10 kali lebih terang daripada supernova atau bintang meledak mana pun yang tercatat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved