Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PESAWAT antariksa Aditya-L1, misi berbasis ruang angkasa pertama India untuk mempelajari Matahari, berhasil melaksanakan manuver keempat di orbit Bumi pada Jumat dini hari, seperti yang diumumkan oleh Badan Antariksa India (ISRO).
"Manuver orbit Bumi keempat (EBN#4) telah berhasil dilakukan. Stasiun darat ISRO di Mauritius, Bengaluru, SDSC-SHAR, dan Port Blair memantau satelit selama operasi ini, sementara terminal transportabel yang ditempatkan di Kepulauan Fiji mendukung operasi pasca-bakar," ujar ISRO dalam unggahannya di platform X (dulu dikenal sebagai Twitter).
Aditya-L1 kini berada di orbit baru dengan parameter 256 km x 121.973 km. Manuver berikutnya, yaitu Trans-Lagrangean Point 1 Insertion (TL1I), yang menandai pelepasan pesawat dari orbit Bumi, dijadwalkan pada 19 September pukul 02:00 IST.
Aditya-L1 adalah observatorium luar angkasa pertama India yang dirancang untuk mempelajari Matahari dari orbit halo di sekitar titik Lagrange pertama Matahari-Bumi (L1), yang terletak sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi.
Manuver pertama, kedua, dan ketiga telah berhasil dilakukan pada 3, 5, dan 10 September. Dalam perjalanan 16 hari mengelilingi Bumi, pesawat ini secara bertahap meningkatkan kecepatannya untuk menuju titik L1. Setelah menyelesaikan empat manuver orbit Bumi, Aditya-L1 akan melaksanakan manuver Trans-Lagrangean 1, yang menandai dimulainya perjalanan selama 110 hari menuju titik L1.
Pesawat antariksa Aditya-L1 diluncurkan pada 2 September menggunakan Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV-C57) dari Pusat Antariksa Satish Dhawan (SDSC) di Sriharikota. Setelah terbang selama 63 menit dan 20 detik, pesawat ini berhasil ditempatkan di orbit elips 235x19.500 km mengelilingi Bumi.
Menurut ISRO, posisi orbit halo Aditya-L1 di sekitar titik L1 memberikan keuntungan utama, yaitu kemampuan untuk terus memantau Matahari tanpa gangguan dari gerhana atau okultasi.
Keunggulan ini memungkinkan pemantauan aktivitas Matahari dan dampaknya terhadap cuaca antariksa secara real-time.
Aditya-L1 dilengkapi dengan tujuh perangkat ilmiah yang dikembangkan oleh ISRO bersama lembaga penelitian nasional, termasuk Indian Institute of Astrophysics (IIA) di Bengaluru dan Inter-University Centre for Astronomy and Astrophysics (IUCAA) di Pune.
Perangkat-perangkat ini dirancang untuk mengamati fotosfer, kromosfer, dan korona (lapisan terluar Matahari) menggunakan detektor partikel elektromagnetik dan medan magnet.
Empat perangkat akan melakukan pengamatan langsung terhadap Matahari, sementara tiga perangkat lainnya akan mempelajari partikel dan medan di sekitar titik Lagrange L1 secara in-situ.
Data yang diperoleh dari perangkat ini diharapkan memberikan wawasan penting mengenai pemanasan korona, lontaran massa korona, aktivitas sebelum dan selama flare Matahari, dinamika cuaca antariksa, serta propagasi partikel dan medan magnet.
Ilmuwan menjelaskan bahwa terdapat lima titik Lagrange antara Bumi dan Matahari yang memungkinkan objek kecil tetap berada di posisi stabil dengan konsumsi bahan bakar rendah.
Titik-titik ini dinamai sesuai dengan matematikawan Italia-Prancis, Joseph-Louis Lagrange, yang pertama kali menjelaskan konsep ini dalam karya ilmiahnya "Essai sur le Probleme des Trois Corps" pada tahun 1772.
Titik-titik ini berada pada posisi di mana gaya gravitasi Matahari dan Bumi seimbang dengan gaya sentripetal yang dibutuhkan agar objek tetap mengikuti gerakan kedua benda tersebut.
Sumber:
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Penelitian terbaru NASA menunjukkan permukaan Bulan dapat menghasilkan dan mengisi ulang molekul air melalui bantuan angin matahari, yang membawa ion hidrogen bermuatan positif.
Meskipun Matahari jelas menjadi pusat dari Tata Surya, pemahaman terbaru tentang gerak planet menunjukkan hal yang menarik: ternyata, Bumi tidak benar-benar mengelilingi Matahari.
Pesawat komersial milik maskapai Saudi Airlines rute Jeddah-Jakarta terpaksa melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Kualanamu, Sumatra Utara, Selasa (17/6) siang.
Pesawat Boeing 787 milik Air India yang dijadwalkan menuju London, Inggris, jatuh tak lama setelah lepas landas dari bandara di Ahmedabad, wilayah barat India.
Pada kecelakaan dengan energi rendah, seperti pesawat tergelincir saat mendarat, maka lokasi duduk bisa jadi penentu keselamatan.
Secara garis besar, pasien-pasien dengan kondisi kesehatan jantung yang masih akut artinya belum stabil, tidak direkomendasikan.
Pada 2025 puncak arus mudik Lebaran diprediksi terjadi pada H-2, yaitu pada Sabtu, 29 Maret, dengan 83 pergerakan pesawat dan 14.292 penumpang.
Penerbangan American Airlines 1006 mengalami kebakaran mesin setelah mendarat di Bandara Internasional Denver. Lebih dari 175 penumpang dievakuasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved