Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
NASA baru saja merilis foto terdekat dari permukaan matahari yang pernah diambil, berkat wahana antariksa Parker Solar Probe. Gambar menakjubkan ini diambil dari jarak hanya 6,1 juta kilometer dari permukaan sang bintang, dan menjadi kunci untuk memahami salah satu fenomena luar angkasa paling misterius: angin surya.
Angin surya adalah aliran partikel bermuatan yang keluar dari atmosfer luar matahari (korona) dengan kecepatan lebih dari 1,6 juta km/jam. Aliran ini membawa medan magnet dan materi yang dapat memicu aurora, merusak atmosfer planet, bahkan mengganggu jaringan listrik di Bumi.
Memahami perilaku angin surya sangat penting, terutama untuk melindungi astronot, satelit, serta infrastruktur komunikasi dan energi dari gangguan cuaca antariksa.
Diluncurkan pada 2018, Parker Solar Probe adalah wahana pertama yang berhasil menembus lapisan korona matahari. Dilengkapi dengan berbagai instrumen seperti Wide Field Imager for Solar Probe (WISPR) dan SWEAP, wahana ini dirancang untuk menahan suhu ekstrem dan radiasi tinggi demi mengungkap rahasia aktivitas matahari.
Dalam manuver terdekatnya pada 24 Desember tahun lalu, Parker berhasil menangkap gambar unik saat angin surya baru saja keluar dari korona. Terlihat tabrakan antara gelembung plasma tak terduga dan medan magnet kuat yang dikenal sebagai Coronal Mass Ejections (CMEs).
“Dalam gambar ini, kita bisa melihat CME saling bertumpuk,” kata Angelos Vourlidas, ilmuwan WISPR dari Johns Hopkins Applied Physics Laboratory. “Kami menggunakannya untuk memahami bagaimana CME menyatu, yang penting bagi prediksi cuaca antariksa.”
Ada dua tipe angin surya:
Data sebelumnya menunjukkan semakin dekat ke matahari, turbulensi meningkat. Di jarak 23 juta kilometer, terdeteksi pola medan magnet zigzag yang disebut switchbacks, diyakini berasal dari "corong magnetik" di permukaan matahari. Fenomena ini kini diketahui berperan dalam mendorong angin surya cepat.
Namun, asal angin surya lambat masih menjadi teka-teki. “Pertanyaan besarnya adalah: bagaimana angin surya terbentuk dan bisa lolos dari gravitasi matahari yang luar biasa kuat?” ujar Nour Rawafi, ilmuwan proyek Parker di Johns Hopkins APL.
Selama ini, para ilmuwan menduga ada dua jenis angin surya lambat:
Kini, untuk pertama kalinya, Parker Solar Probe berhasil mengonfirmasi teori ini. Data terbaru mengindikasikan angin Alfvénic berasal dari coronal holes di wilayah matahari yang lebih dingin, sementara angin non-Alfvénic kemungkinan berasal dari helmet streamers — struktur lengkungan magnetik yang panas.
“Kami belum mencapai kesimpulan akhir, tapi kini kami punya banyak data menarik untuk diteliti,” kata Adam Szabo, ilmuwan misi dari NASA Goddard Space Flight Center.
Misi Parker Solar Probe masih akan terus berlanjut. Wahana ini dijadwalkan melakukan pendekatan terdekat berikutnya ke matahari (perihelion) pada 15 September mendatang.
Dengan setiap lintasan, Parker membawa manusia selangkah lebih dekat memahami kekuatan besar yang mengendalikan cuaca antariksa — dan dampaknya terhadap kehidupan di Bumi. (NASA/Space/John Hopkins/Z-2)
Uranus memancarkan 12,5% lebih banyak panas internal daripada panas yang diterima dari Matahari.
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved