Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
PARA ilmuwan menemukan Uranus memancarkan panas internalnya sendiri. Bahkan lebih besar dari jumlah panas yang diterima dari sinar matahari. Temuan ini bertentangan dengan hasil pengamatan wahana Voyager 2 NASA hampir 40 tahun lalu.
Tim peneliti yang dipimpin Xinyue Yang dari University of Houston menganalisis data puluhan tahun dari berbagai wahana antariksa dan model komputer. Hasilnya, Uranus memancarkan 12,5% lebih banyak panas internal daripada panas yang diterima dari Matahari.
Meski begitu, jumlah ini masih jauh lebih kecil dibanding planet-planet raksasa lain seperti Jupiter, Saturnus, dan Neptunus. Di mana memancarkan panas hingga dua kali lipat lebih banyak dari yang mereka terima.
“Ini menunjukkan Uranus masih perlahan melepaskan sisa panas dari awal pembentukannya, yang menjadi kunci untuk memahami asal-usul dan evolusinya,” ujar Wang, salah satu anggota tim riset.
Pada 1986, Voyager 2 menjadi wahana pertama dan satu-satunya yang pernah terbang dekat Uranus. Saat itu, data menunjukkan Uranus tidak memiliki panas internal signifikan. Namun, para ilmuwan kini menduga pengamatan itu mungkin terpengaruh oleh aktivitas cuaca matahari yang sedang tinggi saat Voyager 2 melintas.
Dengan menggabungkan data lama dan simulasi komputer terbaru, peneliti menemukan panas Uranus mengindikasikan struktur internal atau sejarah evolusi yang berbeda dari yang diperkirakan sebelumnya. Uranus diyakini terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu bersama planet lain di Tata Surya, dan mungkin awalnya terbentuk lebih dekat ke Matahari sebelum berpindah ke bagian luar tata surya. Temuan baru ini menantang narasi tersebut.
Penelitian ini tidak hanya memperluas pemahaman kita tentang Uranus, tetapi juga membantu merencanakan misi masa depan ke planet raksasa es tersebut. Pada 2022, Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS sempat merekomendasikan misi Uranus Orbiter and Probe (UOP) sebagai prioritas utama dekade ini. Namun, tantangan politik, pendanaan, dan teknis masih menghambat realisasinya.
Meski demikian, para ilmuwan menilai temuan ini sudah cukup revolusioner. Selain membuka wawasan tentang Uranus, riset ini juga memberi gambaran tentang proses penyimpanan dan pelepasan panas yang dapat membantu memahami dinamika atmosfer, cuaca, dan bahkan perubahan iklim di Bumi.
“Dengan mengungkap bagaimana Uranus menyimpan dan melepaskan panas, kita bisa mendapat wawasan berharga tentang proses fundamental yang membentuk atmosfer dan sistem iklim planet,” kata Liming Li, salah satu penulis studi. (Space/Z-2)
NASA merlisi foto permukaan matahari dengan jarak 6,1 juta kilometer menggunakan wahana antariksa Parker Solar Probe.
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved