Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
AKTIVITAS matahari mulai dari semburan matahari hingga lontaran massa korona yang dapat mempengaruhi teknologi di bumi menjadi fokus kajian dan riset di Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Cuaca antariksa sendiri bisa berdampak pada gangguan di satelit, komunikasi radio, jaringan listrik, jaringan pipa minyak, gangguan di GPS, dan gangguan komunikasi radio di bumi.
Peneliti Ahli Madya PR Antariksa BRIN, Tiar Dani menyingkap rahasia matahari melalui dinamika aktivitasnya untuk memprediksi dampaknya terhadap bumi dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI).
Dani menyampaikan bahwa sangat penting untuk memitigasi dampak-dampak tersebut dengan memperkirakan apa yang terjadi di matahari. “Karena jika kita tidak bisa memprediksi maka akan ada kerugian ekonomi di dalamnya,” terang Dani, Minggu (13/10).
Baca juga : Peneliti BRIN Manfaatkan AI untuk Mengungkap Dinamika Matahari dan Dampaknya bagi Bumi
Ia menjelaskan bahwa machine learning dan deep learning (AI) bisa mendeteksi pola dan memprediksi aktivitas matahari dengan tingkat akurasi dan kecepatan yang belum pernah ada sebelumnya sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang dinamika matahari dan mitigasinya sebelum ke bumi.
Alur kerja AI dimulai dari data berkualitas yang kemudian akan di training dan dibuatkan algoritmanya. Setelah itu data disiapkan agar AI dapat membacanya.
“Data sheet yang sudah siap dibaca ini akan dimasukkan ke algoritma dan dilakukan training dan akan memprediksi data yang baru. Untuk itu perlu dibandingkan dengan data testing pertama. Setelah itu, dihitung akurasinya, jika tidak bagus, maka harus dirubah algoritmanya sehingga dapat menghasilkan akurasi yang baik,” terang Dani.
Baca juga : Fenomena Hari Tanpa Bayangan, Catat Tanggalnya!
Dataset matahari biasanya didapat dari satelit-satelit yang mengamati matahari yang jumlahnya sangat banyak. Untuk itu, diperlukan penguasaan AI dan latar pendidikan fisika agar dapat menggunakan tools AI untuk mengolah data yang akan di training agar mendapatkan hasil yang sesuai.
“Untuk model prediksi solar flare, dibutuhkan data dari sunspot yang didalamnya ada lokasi, luas area, jumlah bintik dan magnetik seperti apa. Pemanfaatan AI dilakukaan menggunakan parameter atau fitur-fitur dari data sunspot 3 hari kebelakang untuk memprediksi kelas flare dengan menggunakan metode random forest yang merupakan machine learning klasik," bebernya.
Dataset dimasukkan ke beberapa pohon atau decision tree yang akan menghasilkan beberapa prediksi. Dengan model prediksi solar flare ini kita bisa mendapatkan akurasi 70%. AI sendiri berperan sebagai pijakan awal atau dukungan keputusan.
Baca juga : BRIN Kembangkan Instrumen Pengamatan Antariksa Berbasis Satelit
Selanjutnya AI juga dapat digunakan untuk model prediksi kecepatan angin matahari. Angin matahari dimodelkan memutar, dan menggunakan model long short term memory atau deep learning.
Pemanfaatan AI dilakukan dengan menggunakan data angin matahari dan data lubang korona saat aktivitas matahari minimum atau CME (Coronal Mass Ejection) saat aktivitas matahari maksimum untuk memprediksi seperti apa kecepatan angin matahari.
Dani menambahkan, AI juga digunakan untuk model prediksi CME Transit Time untuk memprediksi kapan CME tiba di bumi, prediksi falset atau memprediksi kemunculan sunspot serta untuk model prediksi magnetik sisi jauh matahari.
Lebih lanjut, Dani menjelaskan bahwa Pusat Riset Antariksa BRIN sendiri memiliki ML OPS dan SWIFtS yang menggunakan seluruh model prediksi cuaca antariksa diatas.
”Space Weather Information and Forecast Services (SWIFtS) menggunakan model-model untuk mendukung layanan kepada masyarakat di antaranya untuk model prediksi siklus matahari, solar flare, lubang korona dan angin matahari, CME, geogenetik, sollar summary, ionosphere,” tutup Dani. (Z-9)
Ketika terjadi badai matahari, geomagnet, dan ionosfer dalam intensitas kecil, sedang, atau besar, salah satu dampaknya dapat menurunkan akurasi posisi GPS.
WAHANA antariksa Gaia milik Badan Antariksa Eropa, yang selama ini telah bertugas memetakan galaksi Bima Sakti, kini telah menyelesaikan fase pengamatan bintangnya.
Pendirian Asosiasi Antariksa Indonesia dilandasi visi besar untuk mendukung kemajuan industri antariksa nasional sehingga Indonesia menjadi salah satu pemain utama di dunia.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan misi wahana pendarat bulan, Blue Ghost, berhasil diluncurkan dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center, Florida, 15 Januari 2025 lalu.
Jules Verne, penulis asal Prancis, menjadi pelopor dalam memprediksi perkembangan teknologi masa depan.
Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun penuh dengan misi antariksa ambisius dari berbagai negara yang akan membuka babak baru dalam pengetahuan dan inovasi.
Algoritma sama sekali bukan barang baru. Hanya saja, pemaknaannya perlu mendapatkan perspektif baru, bahkan ketika harus mengeluarkannya dari pengertian dasar yang melekat.
Para ilmuwan mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang merevolusi imunoterapi kanker.
Kolaborasi ini juga memperluas adopsi solusi ERP cloud SAP yang dilengkapi AI, termasuk ketersediaan GROW with SAP in AWS Marketplace.
Amazon menutup laboratorium riset kecerdasan buatan (AI) miliknya di Shanghai, ditengah persaingan AS dan Tiongkok.
PENGUATAN peran pengusaha mikro, kecil, dan menengah, dalam pertumbuhan ekonomi terus dilakukan saat terjadi efisiensi anggaran, perang dagang internasional, dan konflik geopolitik.
Masa depan keuangan bukan semata soal kecepatan dan efisiensi, tapi tentang kolaborasi antara teknologi dan manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved