Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Cuaca Antariksa Berdampak pada Akurasi GPS

Ihfa Firdausya
07/7/2025 08:54
Cuaca Antariksa Berdampak pada Akurasi GPS
Ilustrasi(Freepik)

CUACA antariksa ternyata berdampak pada beragam aktivitas manusia. Peneliti Ahli Muda Bidang Ionosfer Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rizal Suryana menjelaskan bahwa di luar angkasa, badai yang terjadi adalah badai energi bermuatan dari matahari. 

“Dampaknya bisa terasa hingga ke teknologi yang kita gunakan sehari-hari,” kata Rizal, dilansir dari laman BRIN, Senin (7/7).

Ia menjelaskan, aktivitas matahari, geomagnet, dan ionosfer merupakan tiga parameter utama dalam memprediksi cuaca antariksa. 

Perubahan pada parameter tersebut berpotensi memberikan pengaruh terhadap aktivitas kehidupan manusia. Salah satunya sistem komunikasi, operasional satelit dan navigasi berbasis global positioning system (GPS).

“Ketika terjadi badai matahari, geomagnet, dan ionosfer dalam intensitas kecil, sedang, atau besar, salah satu dampaknya dapat menurunkan akurasi posisi GPS. Ini akan berdampak pada aktivitas sehari-hari, seperti pemesanan ojek online, pengiriman makanan secara online, dan navigasi,” terangnya.

Dampak cuaca antariksa juga sangat signifikan terhadap operasi satelit. Oleh karena itu, BRIN melakukan pengamatan melalui dua pendekatan utama, berbasis satelit (space-based) dan berbasis Bumi (ground-based).

Rizal memaparkan bahwa BRIN saat ini tengah mengembangkan berbagai program strategis di bidang sains antariksa. Mulai dari pengembangan satelit, eksplorasi luar angkasa, hingga pemanfaatan data observasi Bumi untuk mendukung pembangunan nasional.

BRIN tengah mengembangkan teleskop di Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. Teknologi itu mampu mengamati benda-benda langit dan satelit yang melintas di antariksa.

Upaya pengembangan peralatan riset juga terus dilakukan. Salah satunya Callisto berbasis software defined radio (SDR). Itu adalah alat pengamat cuaca antariksa untuk menerima frekuensi yang bersumber dari semburan matahari, memungkinkan pemantauan intensif sepanjang hari.

Alat tersebut dapat mengetahui intensitas semburan, baik kecil, sedang, maupun besar. 

“Teknologi ini lebih murah dan penggunaanya bisa dikuasai secara penuh,” sebut Rizal.

Dia juga menyampaikan bahwa BRIN menyediakan berbagai skema program beasiswa dan magang riset yang dapat diakses oleh mahasiswa yang tertarik mendalami sains dan teknologi, khususnya keantariksaan. Beasiswa ini menjadi bagian dari strategi BRIN membangun ekosistem talenta nasional di bidang riset dan inovasi. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya