Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PARA peneliti telah melakukan sebuah studi mengenai kotoran dinosaurus. Temuan ini memberikan pandangan baru mengenai bagaimana pola makan dinosaurus memungkinkan mereka mendominasi planet Bumi.
Analisis terhadap ratusan kotoran yang membatu (ditambah sedikit muntahan yang membatu) dari sekitar 230 juta tahun lalu menunjukkan bahwa dinosaurus bertahan hidup karena mereka tidak pilih-pilih makanan.
"Nenek moyang dinosaurus pertama bersifat oportunis. Mereka memakan serangga, ikan, tanaman, apa pun yang mereka temukan," kata Martin Qvarnström, seorang paleontolog dikutip dari NPR.
Mereka mengatakan, bahwa selama jutaan tahun, fleksibilitas pola makan itu memungkinkan dinosaurus menguasai Bumi.
Dinosaurus paling awal hanya menjadi hewan kecil di superbenua yang dipenuhi reptil purba lainnya saat mereka pertama kali berevolusi sekitar 230 juta tahun yang lalu.
Namun, 30 juta tahun berikutnya, dinosaurus mendominasi planet ini, muncul dalam berbagai bentuk, ukuran, dan rupa, sementara banyak reptil telah punah. Alasan mengapa mereka begitu sukses secara evolusi masih menjadi misteri. Sebuah penelitian baru menunjukkan beberapa jawaban dengan menganalisis kotoran dinosaurus.
"Kita tahu banyak tentang kehidupan dan kepunahan dinosaurus, tetapi tidak begitu banyak tentang kebangkitan dinosaurus," kata Qvarnström.
Untuk lebih memahami raksasa yang telah punah itu, Qvarnström dan rekan-rekannya menyelidiki fosil yang terabaikan yang dikenal sebagai koprolit. Itu adalah sisa-sisa dari sistem pencernaan, alias muntahan dan kotoran dinosaurus.
Mereka mempelajari lebih dari 500 fosil yang dikumpulkan selama periode 25 tahun dari sekitar 10 situs di Cekungan Polandia, sebuah wilayah di selatan Polandia. Sisa-sisa fosil tersebut berasal dari rentang waktu dari Periode Trias Akhir hingga Periode Jura awal, dari sekitar 200 juta tahun lalu.
"Ini mengandung begitu banyak informasi paleoekologi, tetapi saya rasa ahli paleontologi belum benar-benar mengakuinya dan menganggapnya sebagai lelucon. Anda mengumpulkan beberapa koprolit karena itu lucu,” kata Qvarnström seperti dilansir dari ctvnews.
Penelitian yang khusus dalam kotoran dinosaurus ini menunjukkan buktinya. Beberapa tahun lalu, para peneliti ini menganalisis sejumlah kecil kotoran, yang dikenal sebagai koprolit. Mereka mulai memperhatikan jejak kecil dari apa yang dimakan dinosaurus di dalam irisan sampel.
"Ternyata, semua sampel kami mengandung sisa makanan yang tidak tercerna," katanya.
Sisik ikan di sini, serangga di sana, setiap kotoran merupakan jendela kecil untuk melihat apa yang dimakan. Dengan kotoran yang cukup, peneliti menyadari, mungkin saja untuk merekonstruksi seluruh rantai makanan dari periode ketika dinosaurus berkuasa.
Mereka mengumpulkan semua kotoran yang telah menjadi fosil, dari dinosaurus dan hewan lainnya, lalu memperoleh lebih dari 500 sampel.
"Itu banyak sekali kotorannya," kata Qvarnström.
Kotoran tersebut dianalisis secara mendalam oleh tim peneliti yang terdiri lebih dari selusin ilmuwan menggunakan teknik canggih, dan bahkan akselerator partikel sinkrotron, untuk menyelidiki setiap bagian kotoran hingga ke tingkat molekuler.
Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature itu menunjukkan bahwa sementara kadal lain saat itu fokus pada satu jenis tanaman atau sumber makanan lain, dinosaurus memakan banyak hal.
"Dinosaurus sangat cepat beradaptasi dengan kondisi baru, sedangkan hewan yang lebih terspesialisasi sebelumnya mengalami masa yang lebih sulit. Selama sekitar 30 juta tahun, katanya, dinosaurus menjadi spesies dominan di daratan," kata Qvarnström.
Lawrence Tanner, seorang profesor ilmu lingkungan di Le Moyne College di Syracuse, NY, mengatakan minat terhadap fosil koprolit sudah ada sejak lama.
"Orang-orang telah mengumpulkan dan mengklasifikasikan koprolit selama puluhan tahun, bahkan ratusan tahun. Namun, belum ada yang pernah mempelajarinya secara mendetail sebelumnya," kata Tanner.
Tanner, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, memuji penelitian baru tersebut, tetapi mengatakan penelitian tersebut hanya mengamati kotoran dari wilayah Eropa Tengah modern.
"Yang kita perlukan sekarang adalah mencoba melihat apakah kita dapat melihat jenis transisi yang sama antara kelompok hewan di lokasi lain," lanjutnya.
Dengan kata lain, ilmuwan perlu mempelajari lebih banyak lagi kotoran yang telah membatu.
PENELITIAN terbaru yang mendalam terhadap muntahan dan feses dinosaurus yang telah membatu-dikenal sebagai regurgitalite dan coprolite-mengungkap rahasia era prasejarah.
PENEMUAN fosil dinosaurus baru bernama Ahvaytum bahndooiveche di Wyoming, Amerika Serikat, yang diperkirakan berusia sekitar 230 juta tahun memicu perdebatan paleontolog.
Para peneliti di Australia menemukan fosil megaraptor terbesar dan tertua yang pernah ditemukan, serta fosil carcharodontosaur pertama di wilayah tersebut.
Penemuan luar biasa terjadi baru-baru ini di Provinsi Yunnan, Tiongkok. Di sana, dtemukan tengkorak dinosaurus raksasa yang diperkirakan berusia sekitar 200 juta tahun.
Fosil tengkorak dinosaurus yang diperkirakan berusia sekitar 200 juta tahun berhasil ditemukan di wilayah Lufeng, barat daya Tiongkok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved