Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
APAKAH Anda pernah merasa cemas tentang kapan matahari akan mati? Tenang saja, saat itu masih miliaran tahun lagi. Matahari berfungsi sebagai sumber energi utama bagi kehidupan di Bumi, dan tanpa keberadaannya, kehidupan seperti yang kita kenal tidak akan mungkin ada.
Namun, seperti halnya semua bintang lainnya, matahari memiliki masa hidup yang terbatas dan pada suatu saat nanti, ia akan mati.
Matahari diperkirakan akan mulai mati dalam waktu sekitar 5 miliar tahun ketika kehabisan hidrogen.
Baca juga : Periset BRIN Singkap Rahasia Matahari Melalui AI
Saat waktunya tiba, matahari akan mengakhiri hidupnya sebagai bintang katai putih. Sebagai katai putih, matahari akan menjadi bintang mati yang telah kehabisan bahan bakar nuklir.
Setelah mencapai status ini, matahari akan mendingin secara perlahan, memudar ke temperatur yang lebih rendah. Inilah kondisi akhir bagi bintang bermassa rendah, termasuk matahari.
Meskipun matahari memiliki volume satu juta kali volume Bumi, katai putih hanya seukuran Bumi. Sebagian besar katai putih terdiri dari materi ultra-massa yang disebut materi degenerasi elektron, di mana semua elektron berada dalam kondisi energi serendah mungkin.
Baca juga : Peneliti BRIN Manfaatkan AI untuk Mengungkap Dinamika Matahari dan Dampaknya bagi Bumi
Inti dari matahari sebagai katai putih akan didominasi oleh karbon dan oksigen, sisa pembakaran helium. Di sekeliling inti ini terdapat lapisan tipis helium dan hidrogen yang tidak terbakar.
Ketika matahari mati, Bumi bahkan mungkin tidak akan ada lagi. Matahari perlahan-lahan mengembang, dan dalam waktu sekitar 5 miliar tahun, ia akan memasuki fase raksasa merah. Selama fase ini, matahari bertransisi dari pembakaran hidrogen di inti ke pembakaran hidrogen di sekitar inti, yang telah diubah menjadi helium.
Produksi energi matahari akan meningkat secara dramatis, memaksa bintang ini untuk mengembang lebih dari 200 kali lipat untuk mencapai kondisi kesetimbangan baru.
Baca juga : Quiz: Benda Langit Mana yang Kamu Pilih? Temukan Kepribadian Aslimu!
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa matahari mungkin menelan Bumi saat mencapai ukuran maksimumnya.
Ketika matahari mencapai ujung cabang raksasa asimtotik (AGB), pembakaran helium akan dimulai melalui denyut termal. Setiap denyut akan mengakibatkan kehilangan massa yang signifikan.
Proses kehilangan massa ini akan terus berlanjut, meskipun saat ini laju kehilangan massa matahari cukup rendah dan ditunjukkan oleh adanya angin matahari.
Baca juga : Mengungkap Risiko Badai Matahari dan Dampaknya bagi Manusia: Apa yang Perlu Anda Ketahui?
Saat ini, Bumi juga kehilangan air. Interaksi dengan radiasi UV dan partikel dari angin matahari dapat memisahkan air di atmosfer bagian atas, di mana hidrogen ringan bisa lepas dari tarikan gravitasi Bumi.
Diperkirakan, Bumi akan kehilangan sebagian besar airnya dalam satu miliar tahun, menjadikannya seperti Mars. Jika matahari tidak menelan Bumi, peningkatan luminositas dan angin bintang yang kuat pada fase akhir evolusinya mungkin akan melucuti atau merebus atmosfer dan lautan yang tersisa, menjadikan Bumi sebuah batu yang mengorbit bintang katai putih.
Pertanyaan selanjutnya adalah: apa yang akan terjadi pada planet-planet gas raksasa di tata surya bagian luar? Kehilangan massa yang meningkat pada fase evolusi matahari di kemudian hari pasti akan menghapus lapisan atmosfer terluar Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, meskipun sejauh mana hal ini akan terjadi sulit diprediksi tanpa perhitungan yang rinci.
Kehilangan massa ini bergantung pada lontaran massa yang terjadi pada tahap akhir evolusi bintang. Katai putih yang tersisa setelah pelepasan selubung bintang akan memiliki inti dengan temperatur lebih dari 100.000 K dan angin berkecepatan lebih dari 2000 km/detik.
Ada kemungkinan bahwa planet gas raksasa ini akan bertahan, tetapi jika ada, mereka hanya akan menjadi bayangan dari apa yang pernah ada sebelumnya.
Materi yang terlontar dari evolusi matahari dan lontaran planetari nebula akan memperkaya medium antarbintang dengan elemen berat yang dihasilkan dari proses pembakaran hidrogen dan helium, termasuk karbon, nitrogen, dan oksigen.
Materi yang diperkaya ini, jika bergabung dengan materi dari bintang lain, dapat membentuk awan yang sangat rapat, yang kemudian akan runtuh dan membentuk bintang-bintang generasi berikutnya.
Bintang seperti matahari terbentuk ketika awan gas besar (terutama hidrogen dan helium) tumbuh cukup besar sehingga runtuh akibat beratnya sendiri.
Tekanan di pusat massa gas yang runtuh menjadi sangat tinggi, menyebabkan suhu meningkat hingga tingkat yang tidak terbayangkan.
Atom-atom hidrogen yang telanjang kemudian menyatu menjadi helium, melepaskan energi yang cukup untuk melawan tekanan gravitasi yang meruntuhkan awan gas.
Namun, dalam waktu sekitar 5 miliar tahun, matahari akan kehabisan hidrogen. Saat ini, matahari berada dalam fase paling stabil dalam siklus hidupnya, yang sudah berlangsung sejak pembentukan tata surya sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.
Setelah semua hidrogen habis, matahari akan meninggalkan fase stabil ini, dengan cangkang hidrogen fusi terbentuk di sekitar inti helium.
Saat hidrogen di inti terluar habis, unsur helium yang melimpah akan melebur menjadi unsur yang lebih berat, seperti oksigen dan karbon, dalam reaksi yang tidak menghasilkan banyak energi.
Setelah semua helium menghilang, gaya gravitasi akan mengambil alih, dan matahari akan menyusut menjadi katai putih, meninggalkan nebula planet.
Ketika sebuah bintang mati, ia melontarkan massa gas dan debu, dikenal sebagai selubung, ke angkasa. Selubung ini bisa mencapai setengah massa bintang, mengungkapkan inti bintang yang pada titik ini kehabisan bahan bakar.
Para astronom memperkirakan bahwa matahari memiliki waktu sekitar 7 hingga 8 miliar tahun lagi sebelum akhirnya mati.
Matahari kita tidak cukup masif untuk memicu ledakan supernova saat ia mati, dan tidak akan pernah menjadi lubang hitam. Untuk menghasilkan supernova, sebuah bintang harus memiliki massa sekitar 10 kali massa matahari, dan objek sebesar itu akan membentuk bintang neutron setelah ledakan.
Supernova yang lebih besar, dengan massa 20 kali matahari, akan meninggalkan lubang hitam. (Z-10)
Sumber:
Pilih tabir surya anak dengan minimal SPF 30, dan PA+++. Pastikan produknya juga sudah tahan air (water resistant) 40 - 80 menit supaya kulit anak tetap aman meskipun ia dalam kondisi basah.
Salah satu tantangan dalam memilih sunscreen untuk kulit berminyak adalah bila salah, malah bisa menyebabkan pori-pori tersumbat yang berujung pada munculnya komedo dan jerawat.
Badan antariksa India mengatakan pada Senin (28/8/2023) bahwa pihaknya akan meluncurkan satelit untuk mengamati Matahari.
NASA mencetak sejarah baru dengan peluncuran Parker Solar Probe, wahana antariksa yang berhasil terbang sangat dekat dengan Matahari, mencapai jarak hanya 3,8 juta mil
Jadi, ketika kulit terkena zat polutan, misal dari udara, ditambah dengan UV, efek kerusakan yang ditimbulkan polutan itu makin meningkat.
Sepeda listrik tenaga surya ini berhasil meraih juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Kategori Mahasiswa di ajang VOSICO, Agustus 2020.
IESR menilai bahwa fokus ASEAN seharusnya lebih diarahkan pada akselerasi pengembangan infrastruktur energi terbarukan yang sudah terbukti lebih efektif dan ekonomis.
Indonesia harus serius menggarap sumber pendanaan transisi energi dari dalam negeri dengan sumber yang ada di depan mata.
Sumber Energi Terbarukan: Jenis & Manfaatnya. Energi terbarukan: Solar, angin, air, panas bumi. Ramah lingkungan, hemat biaya, masa depan energi berkelanjutan. Pelajari jenis & manfaatnya!
Kerangka Materi Struktur dan Fungsinya. Pelajari kerangka materi: struktur, fungsi, dan sifatnya. Panduan lengkap untuk memahami dasar ilmu material dan aplikasinya.
Energi Alternatif Murah dan Tidak Polutif. Temukan energi alternatif murah & ramah lingkungan! Solusi inovatif kurangi polusi, hemat biaya, masa depan bumi lebih baik.
Pelajari perbedaan energi terbarukan & tak terbarukan. Temukan sumber energi berkelanjutan untuk masa depan bumi yang lebih baik!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved