Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Keju Berusia 3.600 Tahun Ditemukan di Leher Mumi Tertua di Dunia

Melani Pau
06/10/2024 11:10
Keju Berusia 3.600 Tahun Ditemukan di Leher Mumi Tertua di Dunia
Para ilmuwan menemukan keju kefir berusia 3.600 tahun di leher mumi Xiaohe di Xinjiang, Tiongkok, yang mengungkap wawasan baru tentang teknik fermentasi kuno. (archaeology)

ILMUWAN menemukan keju berusia 3.600 tahun di leher mumi di Tiongkok, yang membuka petunjuk baru tentang teknik fermentasi kuno. Meski asal-usulnya mulai terungkap, alasan keju itu menempel di leher mumi masih misterius. Namun, analisis DNA terbaru memberikan beberapa jawaban. 

Dari tiga sampel keju kefir yang diteliti, dua di antaranya kemungkinan besar berasal dari susu sapi, sementara satu lagi dari susu kambing. Selain itu, studi tentang bakteri dalam keju tersebut memberi wawasan baru tentang sejarah fermentasi susu di Asia, serta bagaimana teknik pembuatan kefir menyebar di seluruh benua. Temuan ini dilaporkan oleh ahli paleontologi Qiaomei Fu dan timnya pada 25 September lalu di jurnal Cell.

Sampel keju ini pertama kali ditemukan lebih dari dua dekade lalu di wilayah Xinjiang, Tiongkok, pada mumi Xiaohe yang berusia sekitar 3.600 tahun. Pada saat itu, para ilmuwan tidak bisa mengidentifikasi keju tersebut sepenuhnya. Kemudian, pada 2014, penelitian lain menunjukkan keju tersebut adalah kefir—minuman fermentasi yang mirip dengan yogurt, dibuat dengan butiran kefir yang mengandung bakteri dan ragi hidup. Ketika dikeringkan, kefir berubah menjadi keju yang menggumpal.

Baca juga : Primula Medogensis, Spesies Tanaman Baru yang Ditemukan di Tibet

"Ini adalah keju yang diawetkan tertua di dunia," kata Fu dari Akademi Ilmu Pengetahuan China di Beijing. Keju ini bahkan berusia hampir 400 tahun lebih tua dibandingkan temuan keju tertua sebelumnya. Namun, rasanya tidak seperti keju pada umumnya. Fu menggambarkan ketika ia memegangnya, keju tersebut terasa seperti "debu yang padat."

Karena kefir hanya dapat dibuat dari kultur kefir yang sudah ada, bakteri dalam butiran kefir ini bisa menjadi petunjuk untuk melacak penyebaran teknik fermentasi ini. Tim Fu membandingkan DNA bakteri dari sampel kuno dengan 15 sampel modern, dan mereka berhasil membuat pohon keluarga bakteri. 

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa teknik fermentasi kefir sebagian besar menyebar dari Rusia ke Eropa. Namun, studi terbaru ini menunjukkan adanya jalur tambahan yang membentang dari Xinjiang menuju Tibet dan Asia Timur.

“Mereka berhasil menemukan satu bakteri spesifik dari sampel kuno yang terkontaminasi dan melacak penyebarannya,” ungkap Anna Shevchenko, seorang ahli kimia di Max Planck Institute of Molecular Cell Biology and Genetics di Jerman. “Bagi saya, ini adalah temuan yang paling menarik.”

Namun, misteri mengapa keju ini ditemukan di leher mumi masih belum terpecahkan. (livescience.com/archaeology/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya