Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PARA ilmuwan di Field Museum of Natural History Chicago berhasil mengungkap identitas dan detail proses mumifikasi manusia Mesir kuno, tanpa harus membuka satu pun kain pembungkus mumi.
Pada September lalu, staf museum memindahkan 26 mumi yang dipajang ke tempat parkir menggunakan troli khusus untuk dipindai menggunakan CT scanner mobile. Teknologi non-destruktif ini menghasilkan ribuan gambar sinar-X yang kemudian disusun menjadi gambar 3D, memperlihatkan kerangka dan artefak di dalam mumi dan peti mati mereka.
Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang praktik pemakaman masyarakat Mesir kuno lebih dari 3.000 tahun lalu, serta barang-barang yang dianggap penting untuk dibawa ke alam baka.
Pameran “Inside Ancient Egypt” di museum ini mencakup replika makam bertingkat tiga yang dikenal sebagai mastaba, lengkap dengan ruang pemakaman dari tahun 2400 SM. Pameran tersebut menampilkan 23 mumi manusia dan lebih dari 30 mumi hewan.
Menurut para ilmuwan, masyarakat Mesir kuno percaya bahwa jiwa tetap berada di dalam tubuh setelah kematian. Oleh karena itu, tubuh diawetkan melalui proses mumifikasi yang dapat berlangsung hingga 70 hari.
Proses ini melibatkan pengangkatan organ dalam (kecuali jantung yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya jiwa), pengeringan tubuh menggunakan garam, pembungkusan tubuh dengan kain linen, serta penambahan jimat dan doa pada kain pembungkusnya.
Organ-organ yang diangkat biasanya disimpan dalam guci kanopi yang dilengkapi tutup berbentuk ikonografi empat putra dewa Horus. Misalnya, Imsety melindungi hati, Hapy melindungi paru-paru, Duamutef menjaga lambung, dan Qebehsenuef melindungi usus.
Sebelumnya, pemindaian CT menunjukkan beberapa embalmers menyisipkan organ-organ kembali ke dalam mumi dalam bentuk paket berisi patung lilin putra-putra Horus sebagai pelindung. Penemuan ini membantu ilmuwan mengidentifikasi organ-organ di dalam paket tersebut.
Salah satu mumi paling terkenal di museum adalah Lady Chenet-aa, seorang wanita berstatus tinggi yang hidup sekitar 3.000 tahun lalu pada Dinasti ke-22 Mesir. Pemindaian terbaru mengungkap ia meninggal pada usia akhir 30-an atau awal 40-an. Sisa-sisa makanan dengan butiran pasir yang ditemukan pada giginya menunjukkan jenis makanan yang dikonsumsi.
Tubuh Lady Chenet-aa diawetkan dengan cara yang unik, seperti penempatan mata buatan untuk memastikan ia memiliki mata di alam baka dan pengisian pada trakeanya agar lehernya tidak runtuh. Setelah dibungkus dengan kain linen mahal, tubuhnya ditempatkan dalam peti mati karton (sejenis peti mati berbahan dasar seperti papier-mâché).
Namun, misteri besar dari mumi ini adalah bagaimana tubuhnya dimasukkan ke dalam peti mati yang tidak memiliki bukaan besar. Pemindaian menunjukkan bagian belakang peti mati dilubangi dan dijahit sebelum dilapisi plester untuk menciptakan estetika mulus. Embalmer menggunakan kelembaban untuk melunakkan karton sehingga bisa dibentuk sesuai tubuh mumi.
Selain Lady Chenet-aa, pemindaian juga dilakukan pada Harwa, penjaga lumbung gandum dari 3.000 tahun lalu. Analisis menunjukkan Harwa meninggal di usia 40-an dengan sedikit tanda kerja fisik, mencerminkan status sosialnya yang tinggi.
Pada masa lalu, praktik mengungkap mumi sering dilakukan tanpa mempertimbangkan penghormatan. Contohnya, Harwa pernah diterbangkan dengan pesawat ke New York untuk dipajang di Pameran Dunia 1939. Kini, pendekatan terhadap mumi lebih berfokus pada perlindungan dan penghormatan terhadap jenazah tersebut.
Field Museum berupaya untuk memperlakukan mumi sebagai individu manusia yang layak dihormati, bukan hanya sebagai objek seni. Melalui pemindaian CT, para ilmuwan berharap dapat menggali cerita di balik kehidupan mereka untuk dipahami dan dibagikan dengan lebih manusiawi kepada publik. (CNN/Z-3)
Perayaan ulang tahun telah ada sejak zaman kuno, tetapi tradisi merayakannya dengan pesta tahunan baru berkembang seiring berjalannya waktu.
Penelitian terbaru yang dipimpin mengungkapkan bau badan mumifikasi Mesir Kuno memiliki aroma 'kayu,' 'pedas,' dan 'manis.'
Lukisan kuno Mesir yang menggambarkan kehidupan burung-burung di tengah rawa hijau telah memberikan wawasan luar biasa kepada peneliti modern.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved