Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bau Badan Mumifikasi Mesir Kuno Dapat Ungkap Detail Praktik Konservasi Kuno

Thalatie K Yani
17/2/2025 10:26
Bau Badan Mumifikasi Mesir Kuno Dapat Ungkap Detail Praktik Konservasi Kuno
Penelitian terbaru yang dipimpin mengungkapkan bau badan mumifikasi Mesir Kuno memiliki aroma 'kayu,' 'pedas,' dan 'manis.'(UCL)

PENELITI UCL dan Universitas Ljubljana menemukan bau 'kayu,' 'pedas,' dan 'manis' pada badan mumi Mesir kuno, yang merindi praktik mumifikasi.

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam Journal of the American Chemical Society, adalah yang pertama kalinya bau badan mumifikasi diteliti secara sistematis dengan menggabungkan teknik instrumental dan sensori, termasuk 'hidung' elektronik dan 'pencium' manusia terlatih. Sebanyak sembilan badan mumifikasi Mesir Kuno diteliti.

Data baru ini menawarkan petunjuk tentang bahan yang digunakan dalam mumifikasi dan bagaimana praktik serta bahan-bahan tersebut berkembang, serta mengungkap rincian tentang bagaimana museum kemudian melestarikan sisa-sisa tubuh tersebut.

Diharapkan dengan menggunakan analisis kimia seperti ini dapat membantu menjaga keselamatan konservator, melindungi artefak kuno, dan melestarikan warisan penciuman mereka.

Penulis utama, Profesor Matija Strli? (UCL Bartlett School Environment, Energy & Resources dan Universitas Ljubljana) mengatakan: "Bau dari badan mumifikasi selama bertahun-tahun telah menarik minat besar dari para ahli dan masyarakat umum, tetapi hingga sekarang belum ada studi ilmiah yang menggabungkan aspek kimia dan persepsi. Penelitian terobosan ini benar-benar membantu kita merencanakan konservasi dengan lebih baik dan memahami bahan pengawetan kuno. Ini menambah lapisan data lain untuk memperkaya pameran museum tentang badan mumifikasi."

Dr. Cecilia Bembibre (UCL Bartlett School of Environment, Energy & Resources) menambahkan: "Dua aspek dari studi ini sangat mencolok bagi saya. Pertama, informasi baru terungkap melalui bau, menyoroti pentingnya menggunakan indera kita untuk memahami masa lalu.

"Kedua, sementara sebagian besar studi tentang badan mumifikasi sejauh ini dilakukan di museum-museum Eropa, di sini kami bekerja sama dengan rekan-rekan Mesir untuk memastikan keahlian dan pengalaman persepsi mereka terwakili, dan kami bersama-sama mengembangkan pendekatan yang etis dan menghormati dalam mempelajari badan mumifikasi."

Bau adalah molekul kimia yang terlarut dalam udara yang dilepaskan oleh suatu zat. Para peneliti menggunakan kromatograf gas yang digabungkan dengan spektrometer massa untuk mengukur dan mengkuantifikasi bahan kimia yang dilepaskan oleh sembilan badan mumifikasi Mesir Kuno yang dipajang dan disimpan di Museum Mesir di Kairo. Selain itu, sebuah panel 'pencium' manusia terlatih menggambarkan bau tersebut dalam hal kualitas, intensitas, dan kesenangan.

Dengan menggabungkan metode ini, para peneliti dapat mengidentifikasi apakah bahan kimia yang tercium berasal dari benda arkeologi itu, produk konservasi atau pestisida yang mungkin ditambahkan kemudian, atau dari proses pelapukan alami benda tersebut selama bertahun-tahun akibat jamur, bakteri, dan mikroorganisme lainnya. Penelitian ini menunjukkan efektivitas bau sebagai metode non-invasif dan non-destruktif untuk mengkategorikan dan menganalisis sisa-sisa kuno secara kimiawi.

Selain memberikan wawasan lebih dalam tentang konservasi dan sejarah material dari badan mumifikasi kuno, penelitian ini akan memungkinkan museum untuk melibatkan audiens tidak hanya secara visual, tetapi juga menggunakan penciuman mereka dengan menciptakan 'landskap bau.' Di masa depan, tim peneliti akan membuat rekonstruksi bau kontemporer dari badan mumifikasi kuno, yang akan memungkinkan audiens untuk merasakan aspek penting dari warisan Mesir Kuno ini, dan mendekati praktik pengawetan dan konservasi dengan cara yang menarik secara olfaktori.

Penulis bersama, Profesor Ali Abdelhalim, direktur Museum Mesir di Kairo, mengatakan: "Bagi orang Mesir Kuno, mumifikasi adalah praktik pemakaman yang penting untuk menjaga tubuh dan jiwa untuk kehidupan setelah mati melalui ritual pengawetan yang terperinci menggunakan minyak, lilin, dan balsem. Praktik ini berkembang seiring waktu, dan mengidentifikasi berbagai teknik dan bahan yang digunakan memberikan wawasan tentang era, lokasi, dan status sosial ekonomi individu yang dimumikan."

Bau merupakan pertimbangan utama bagi orang Mesir Kuno selama proses mumifikasi, karena bau yang menyenangkan dikaitkan dengan tubuh dewa-dewa dan kesucian mereka, sementara bau busuk dianggap sebagai indikasi korupsi dan pembusukan tubuh. Bahkan hingga hari ini, sekitar 5.000 tahun kemudian, konservator sering menggambarkan aroma dari badan mumifikasi ini sebagai 'menyenangkan,' karena merupakan produk dari resin konifer dan minyak (seperti pinus, cedar, dan juniper), resin getah (seperti mur dan kemenyan), dan lilin.

Penelitian ini dilakukan bekerja sama antara konservator dan kurator di Museum Mesir di Kairo dan peneliti dari Slovenia, Polandia, dan Inggris. (Science Daily/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya