Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PEMERINTAH Amerika Serikat menekan ByteDance, perusahaan di balik TikTok, untuk menjual aplikasi tersebut ke perusahaan di luar Tiongkok. Langkah ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa TikTok dapat mengumpulkan informasi sensitif dari warga AS dan menyebarkan informasi yang salah.
Sementata Presiden Joe Biden telah menandatangani undang-undang yang berpotensi melarang TikTok di Amerika Serikat. Ini adalah bagian dari pertarungan jangka panjang antara pemerintah AS dan aplikasi populer Tiongkok ini. Namun larangan ini baru akan berlaku setidaknya pada Januari 2025.
Tak hanya itu, ByteDance dikabarkan lebih memilih untuk menutup TikTok di AS dibandingkan menjual aplikasinya ke perusahaan lain. Karena, teknologi dan algoritma TikTok lebih jauh dibandingkan bisnisnya di AS.
Baca juga : RUU Larangan TikTok di AS Disahkan Kongres
Penutupan tersebut kemungkinan akan memberikan dampak yang terbatas terhadap bisnis dari ByteDance. Namun, menutup TikTok di AS dianggap lebih baik daripada menjual aplikasi tersebut ke perusahaan AS, sehingga algoritma inti dari aplikasi tersebut masih bisa tetap dipertahankan.
ByteDance juga mengeluarkan pernyataan di salah satu platform media sosialnya, Toutiao, yang mengatakan bahwa pendiri ByteDance, Zhang Yiming, tidak akan pernah mempertimbangkan untuk menjual bisnisnya di Amerika Serikat.
Mengingat jawabannya tidak memiliki rencana untuk menjual aplikasi dan algoritmanya, kemungkinan besar TikTok akan ditutup di Amerika Serikat pada 19 Januari 2025 dan tidak lagi dapat beroperasi pada smartphone di negara tersebut.
Baca juga : Kepala FBI Peringatkan Ancaman TikTok saat Senat AS Bersiap Mendukung Larangan
Baru-baru ini diberitakan bahwa selain memaksa ByteDance menjual platform media sosialnya, TikTok, pembuat drone asal Tiongkok, DJI pun terancam memiliki nasib yang sama.
Komite Energi dan Perdagangan DPR AS diketahui sedang menyiapkan rancangan undang-undang (RUU) yang diberinama "Countering Drones Act" sebagai landasan hukum perangkat DJI. Hal itu dilakukan karena DJI dianggap memiliki banyak informasi sensitif mengenai infrastruktur AS yang dianggap berbahaya bagi keamanan nasional.
Menariknya, RUU tersebut dilaporkan telah diajukan oleh Komite Energi dan Perdagangan DPR AS pada bulan Maret lalu. Sayangnya, jika undang-undang ini disahkan, berbagai perangkat drone DJI akan ditambahkan ke daftar Secure and Trusted Communications Networks Act atau Undang-Undang Jaringan Komunikasi yang Aman dan Terpercaya yang dibuat oleh Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) pada tahun 2019.
Jika demikian, perangkat DJI juga akan dianggap sebagai barang terlarang dan tidak akan dimasukkan dalam rencana pembelian inventaris pemerintah AS. (Z-10)
Pertamina berencana melakukan pergeseran (shifting) sumber impor minyak mentah (crude) dari beberapa negara ke Amerika Serikat.
Serangan Israel menargetkan program nuklir Iran serta sejumlah fasilitas militer lainnya.
AMERIKA Serikat mengevakuasi staf diplomatik dari kedutaan besarnya di Baghdad, Irak. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi itu kepada Anadolu, Rabu (11/6).
Pemerintah Indonesia terus melakukan pendampingan melalui perwakilan RI di Amerika Serikat dengan bantuan konsuler.
AS dan Tiongkok mencapai kemajuan yang meredakan perang dagang.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesepakatan telah dicapai antara AS dan Tiongkok untuk meredam tensi perang dagang berkepanjangan.
Konsumen merasa tertipu, karena harga awal yang ditampilkan berbeda dengan total yang harus dibayar. Ini tentu menimbulkan ketidakpercayaan dan membuat loyalitas konsumen menurun.
QuantumByte, platform artificial intelligence app builder yang dikembangkan oleh startup Indonesia, Quantum Teknologi Nusantara terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Peluncuran MyPro+ ini merupakan inovasi digital besar kedua pada tahun ini setelah MyGo+ baru-baru ini diperkenalkan kepada publik.
Meski berguna untuk hal positif seperti belajar jarak jauh, ponsel ini juga kerap menjadi pintu masuk untuk berbagai masalah terkait dengan era digital ini.
Dalam aplikasi MyMoment, pengguna dapat mengirimkan pesan dukungan kepada para pemain, memprediksi skor pertandingan, hingga menebak pencetak gol pertama.
Melalui aplikasi Nyalanesia, pengguna dapat mengakses berbagai program literasi, pelatihan guru, marketplace literasi, hingga forum komunitas pendidikan dalam satu genggaman.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved