Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sebanyak 57 Produk Inovasi telah Dihasilkan untuk Menanggulangi

Gan/S1-25
30/6/2020 04:44
Sebanyak 57 Produk Inovasi telah Dihasilkan untuk Menanggulangi
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dan Menristek/Kepala BRIN Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro(DOK KEMENRISTEK/BRIN)

PANDEMI global coronavirus disease (covid-19) tidak menghentikan kreativitas anak bangsa. Terbukti sebanyak 57 produk inovasi diciptakan selama masa pandemi covid-19 dari konsorsium riset dan inovasi covid-19. Konsorsium tersebut berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyampaikan Kemenristek telah melakukan terobosan penting dalam merespons pandemi covid-19 sejak Maret lalu. Salah satunya adalah dengan membentuk konsorsium riset dan inovasi covid-19, yang langsung dikoordinasikan oleh Kemenristek/ BRIN dan ber anggotakan berbagai unsur dari lintas kementerian, LPNK, perguruan tinggi, BUMN, swasta, hingga rumah sakit.

“Berbagai produk inovasi pun telah dihasilkan oleh konsorsium ini. Termasuk meluncurkan 57 produk inovasi guna menanggulangi pandemi
covid-19 pada hari Kebangkitan Nasional 20 Mei lalu,” kata dia belum lama ini.

Ke-57 produk tersebut terdiri atas produk-produk yang berkaitan dengan aspek pencegahan, skrining, dan diagnosis, alat kesehatan dan pendukung, hingga terapi covid-19.

Pasca-peluncuran, lanjut Bambang, Kemenristek/BRIN melalui konsorsium terus berupaya mengembangkan dan menyempurnakan produk-produk tersebut agar sampai pada tingkatan yang memenuhi standar yang berlaku dan bisa diproduksi massal serta digunakan. Salah satu produk yang sangat ditunggu kehadirannya oleh masyarakat adalah ventilator.

“Dan kini, sudah hadir lima jenis ventilator yang dikembangkan anggota Konsorsium Riset dan Inovasi covid-19 dan telah berhasil mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan, setelah sebelumnya lulus uji sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Adapun lima ventilator lainnya saat ini sedang dalam proses pengujian untuk mendapatkan izin edar,” jelas dia.

Setelah mengantongi izin edar, kelima ventilator tersebut memasuki tahap produksi massal. Bahkan, beberapa di antaranya sudah diproduksi dalam jumlah ratusan dan sudah dimanfaatkan oleh rumah sakit untuk membantu menyelamatkan pasien covid-19.

“Bangsa Indonesia patut bersyukur dan berbangga karena di tengah kebutuhan ventilator yang saat ini langka, mahal, serta bergantung pada ventilator impor, para inovator Indonesia telah berhasil menghasilkan produk-produk riset dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat dalam waktu yang relatif singkat, hanya dalam waktu tiga bulan,” jelas Bambang.

Lima jenis ventilator

Kelima jenis ventilator tersebut antara lain, pertama BPPT3S-LEN. Ini adalah ventilator berbasis Ambu Bag dan Cam dikembangkan BPPT bersama PT LEN. BPPT3S-LEN telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI ADK 20403020870 dan sekarang ini PT LEN sedang proses produksi 100 unit ventilator.

Kedua, GERLIP HFNC-01. Ventilantor ini dikembangkan LIPI bekerja sama dengan PT Gerlink Utama Mandiri. Penggunaan jenis ventilator HFNC (High Flow Nasal Cannula) untuk mencegah pasien tidak sampai gagal nafas dan tidak harus diinkubasi menggunakan ventilator invasif dengan cara memberikan terapi oksigen beraliran tinggi. Sampai saat ini sudah diproduksi 5 unit.

GERLIP HFNC-01 telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI ADK 20403020951. Ketiga, Vent-I Origin. Vent-I merupakan model ventilator Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) yang dikembangkan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bersama Unpad dan ITB. Vent-I telah mengantong Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI ADK 20403020696.

Hingga 19 Juni lalu, sebanyak 139 unit Vent-I produksi pertama yang telah didistribusikan kepada RS yg membutuhkan. Sementara ini total target produksi Vent-I sekitar 800-900 unit.

Keempat, Covent-20. Covent-20 merupakan ventilator hasil kolaborasi dari para peneliti di Fakultas Teknik UI (FTUI) dan Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUP Persahabatan Jakarta, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik. Covent-20 mudah dibawa dan dapat digunakan dalam keadaan darurat.

Covent-20 memiliki dua mode operasi, yaitu mode CPAP (continuous positive airway pressure) dan CMV (continuous mandatory ventilation). Mode Ventilasi CPAP dioperasikan ketika kondisi pasien masih sadar untuk membantu oksigenasi ke paru-paru pasien. Sedangkan Mode CMV dioperasikan ketika pasien tidak sadar atau mengalami kesulitan mengatur pernafasannya untuk mengambil alih fungsi pernafasan pasien.

Kedua mode tersebut dapat digunakan pada saat pasien berada di rumah maupun dalam perjalanan (di mobil ambulans), namun tidak digunakan di ruang isolasi. Covent-20 telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES AKD 20403021003 dan telah diproduksi sekitar 300 unit oleh beberapa mitra produsen alat kesehatan (alkes) diantaranya PT Enesers Mitra Berkah, PT Graha Teknomedika, dan PT PINDAD dan dikalibrasi oleh beberapa mitra Perusahaan Kalibrasi Alkes.

Dalam Mobile Lab BSL-2 itu, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan Rapid Diagnostic Test berbasis antibodi IgG/IgM dan Real Time PCR covid-19. Laboratorium ini telah terintegrasi dengan aplikasi Pantau covid-19 yang memungkinkan pasien dapat melihat hasil tesnya sekaligus berguna untuk tenaga kesehatan dalam melakukan contact tracing kepada pasien positif covid-19.

Kelima, DHARCOV-23S. Ventilator Emergency CMV dan CPAP berbasis pneumatic DHARCOV 23S. Ventilator ini dikembangkan oleh BPPT bekerja sama dengan PT Dharma Precission Tools dan telah mengantongi Nomor Izin Edar Alat Kesehatan KEMENKES RI AKD 20403020892.

Hingga Jumat (19/06), Dharcov-23S telah memasuki fase produksi massal. Total unit dalam batch pertama yang akan diproduksi adalah sebanyak 200 unit ventilator. Sampai dengan 19 Juni 2020 telah selesai diproduksi dan terkalibrasi sebanyak 100 unit, sedangkan sisanya akan selesai pada akhir minggu ke tiga Juni 2020.

Selain kelima ventilator tersebut, BPPT bekerja sama dengan PT Polijaya juga sedang mengembangkan BPPT3S-Poly yang masih dalam uji sertifikasi. Sedangkan Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Toyota dan industri lokal, mengembangkan tiga jenis ventilator, yakni versi fully featured ventilator (high end), versi low cost dan versi ambu bag conversion.

Selain itu, ITS melalui Tim Ventilator Departemen Teknik Fisika ITS telah menciptakan Simple and Low-Cost Mechanical Ventilator atau Robot Ventilator.

Pada 16 Juni 2020, Menristek/ Kepala BRIN juga telah meluncurkan pengoperasian Mobile Laboratorium BSL-2 hasil Inovasi BPPT kepada Rumah Sakit Mohammad Ridwan Meuraksa (RS MRM) di Jakarta Timur. Pengembangan laboratorium bergerak ini terutama didasari oleh kebutuhan untuk menjangkau daerah-daerah yang belum mempunyai laboratorium berstandar BSL-2 sebagai syarat untuk melakukan pemeriksaan covid-19. (Gan/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya