Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Beda Pandangan Simone Inzaghi dan Nicolo Barella Soal Kekalahan Inter Milan

Dhika Kusuma Winata
01/6/2025 17:58
Beda Pandangan Simone Inzaghi dan Nicolo Barella Soal Kekalahan Inter Milan
Pelatih Inter Milan Simone Inzaghi selepas laga final Liga Champions melawan PSG.(AFP)

PARIS Saint-Germain (PSG) akhirnya mengangkat trofi Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub usai menggulung Inter Milan dengan kemenangan 5-0 di partai final di Allianz Arena, Minggu (1/6) WIB. Laga ini mencatatkan diri sebagai final dengan skor paling telak di Liga Champions.

Kemenangan PSG disumbangkan berkat brace Desire Doue yang belum genap berusia 19 tahun. Dia mencuri sorotan dengan dua gol dan satu assist.

Achraf Hakimi membuka keunggulan PSG di menit-menit awal. Tak lama berselang, Doue menggandakan keunggulan Les Parisiens di menit ke-20. Setelah jeda, Doue kembali mencatatkan namanya di papan skor pada menit ke-61. Khvicha Kvaratskhelia kemudian memperbesar keunggulan menjadi 4-0 sebelum pemain muda lainnya, Senny Mayulu, menutup pesta gol menjadi 5-0.

Inter Milan, yang tampil untuk kali kedua di final dalam tiga musim terakhir, benar-benar tak mampu mengimbangi permainan cepat dan agresif PSG.

Kekalahan kedua Inter

Ini menjadi kekalahan kedua mereka di partai puncak, setelah sebelumnya kalah dari Manchester City pada final 2023. Pelatih Inter, Simone Inzaghi, mengakui keunggulan lawan.

"PSG memang pantas menang di laga ini. Kami sangat kecewa," ujar Inzaghi pasca pertandingan.

"Sebagai pelatih, saya bangga dengan pencapaian kami musim ini, tapi kami jelas tidak puas dengan performa di laga final. PSG benar-benar mendominasi," imbuhnya.

Inzaghi juga menyinggung kelelahan skuadnya yang didominasi pemain senior sebagai salah satu faktor yang menghambat performa timnya. Namun, pandangan itu tidak sepenuhnya diamini oleh gelandang Nicolo Barella.

"Kelelahan bukan alasan di final. Yang paling mengecewakan adalah, seolah-olah mereka (PSG) lebih menginginkannya. Semangat jauh lebih penting dari taktik dan hari ini kami kehilangannya," kata Barella menyesalkan.

Tidak bisa berkutik

Kiper Inter, Yann Sommer, mengungkapkan kekecewaannya karena rencana permainan yang disusun selama seminggu penuh sebelum final tidak bisa diterapkan di lapangan. Inter benar-benar tak bisa berkutik.

"Kami sangat kecewa. Ini malam yang berat, kami tampil buruk," ujarnya.

"Segala yang kami siapkan sepanjang pekan tidak berhasil kami terapkan di lapangan. Kekalahan ini sangat menyakitkan. Kami kehilangan kesempatan besar untuk meraih gelar prestisius," imbuh Sommer.

Bagi Inter, musim ini berakhir tanpa trofi, setelah gagal di Serie A yang dimenangkan Napoli, serta tersingkir dari Coppa Italia. Dengan rata-rata usia skuad utama yang melewati 30 tahun, klub asal Milan itu potensial menghadapi perombakan besar jika ingin bersaing di level tertinggi musim depan. (AFP/I-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya